Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitompul, Nur Azizah
"Kerusakan lingkungan dan terancamnya kesehatan akibat dari perubahan iklim dapat meningkatkan perhatian konsumen terhadap konsumi makanan sehat dan ramah lingkungan, yaitu makanan organik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran sikap terhadap makanan organik sebagai mediator antara efikasi respons dengan intensi membeli makanan organik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan data penelitian yang diperoleh melalui survei secara daring kepada masyarakat dewasa muda usia 18 - 45 tahun (N = 248) yang dilakukan dengan teknik purposive sampling. Analisis mediasi dilakukan menggunakan tool Hayes’ model 4 yang terdapat pada IBM SPSS PROCESS versi 4.0 (efek langsung (c’) β = 0.49, p < 0.05 dan efek tidak langsung (ab) β = 0.21 , p < 0.05) hasil penelitian menunjukan niat membeli makanan organik dipengaruhi oleh sikap terhadap makanan organik, sedangkan sikap terhadap makanan organik dipengaruhi oleh efikasi respons. Untuk menjaga masyarakat tetap sehat, maka perlu diberikan pengetahuan terkait makanan organik agar memiliki sikap yang lebih positif terhadap makanan organik dan akan meningkatkan keinginan membeli makanan organik.

Environmental damage and health threats due to climate change can increase consumer attention to the consumption of healthy and environmentally friendly food, namely organic food. This study aims to examine the role of attitude towards organic food as a mediator between response efficacy and intense buying of organic food. This quantitative study obtained its research data through a survey for young adults aged between 18-45 years old (N = 248) which was conducted using purposive sampling technique. Mediation analysis was performed using the Hayes' model 4 tool contained in IBM SPSS PROCESS version 4.0 (direct effect (c’) β = 0.21, p < 0.05 and indirect effect (ab) β = 0.21 , p < 0.05). Results demonstrate that organic food intention was determined by attitude towards organic food, while attitude towards organic food was determined by response efficacy. To keep people healthy, it is necessary to provide knowledge related to organic food consumption, which in turn will encourage people to have a more positive attitude towards organic food, as well as will increase their desire to buy organic food"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rizki Azhari
"Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri M. tuberculosis yang merebak ketika penderita TB melepas bakteri tersebut ke udara. TB diperkirakan telah ada sejak lima ribu tahun sebelum Masehi dan diperkirakan sekitar seperempat populasi dunia telah terinfeksi. Faktor iklim merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting dalam penyebaran TB, karena dapat menentukan kelangsungan hidup M. tuberculosis dan mempengaruhi kondisi host. Tercatat sejak 2010 hingga 2019, Indonesia memiliki tren peningkatan prevalensi TB. Kasus TB paru di Kabupaten Serang memiliki tren peningkatan selama 2017-2019 dan menduduki peringkat pertama kasus baru TB BTA+ di Provinsi Banten pada tahun 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah kasus baru TB bulanan dengan faktor iklim bulanan (suhu rata-rata, kelembaban rata-rata, total curah hujan, kecepatan angin rata-rata, dan lama penyinaran matahari rata-rata) berdasarkan data tahun 2014-2020 serta model prediksi jumlah kasus baru TB berdasarkan faktor iklim di Kabupaten Serang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan studi ekologi tren waktu. Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa kelembaban (nilai-p = 0,010; r = -0,279), curah hujan, (nilai-p = 0,004; r = -0,312) dan lama penyinaran matahari (nilai-p = 0,007; r = 0,293) memiliki hubungan signifikan dengan jumlah kasus baru TB. Sedangkan suhu dan kecepatan angin tidak memiliki hubungan signifikan dengan jumlah kasus baru TB (nilai-p > 0,05). Hasil uji regresi liner berganda membentuk model prediksi dengan persamaan Jumlah Kasus Baru TB= 107,799 + 14,310(Suhu) – 3,940(Kelembaban) + 0,060(Curah Hujan) + 0,554(Lama Penyinaran Matahari) + e dengan nilai R2= 0,164. Dinas Kesehatan Kabupaten Serang dapat menggunakan model prediksi tersebut dalam perencanaan upaya pengendalian TB.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by M. tuberculosis which spreads when a TB patient releases the bacteria into the air. TB was estimated to have existed since five thousand years BC and about a quarter of the world's population has been infected. Climate factors are one of the most important environmental factors in transmission of TB, because they can determine survival time of M. tuberculosis and affect the condition of the host. Recorded data from 2010 to 2019, Indonesia had upward trend of TB prevalence. Pulmonary TB cases in Serang Regency had upward trend during 2017-2019 and were ranked first in the new AFB+ TB cases in Banten Province in 2019. The purpose of this research is to analyze the correlation of the number of new TB cases monthly with monthly climate factors (average temperature, average humidity, total rainfall, average wind speed, and average sunshine duration) based on 2014-2020 data and the prediction model for the number of new TB cases based on climate factors in Serang Regency. This research is a quantitative study with a time trend ecological study design. Spearman rank test results showed that humidity (p-value = 0.010; r = -0.279), rainfall (p-value = 0.004; r = -0.312) and sunshine duration (p-value = 0.007; r = 0.293 ) had a significant correlation with new TB cases. Temperature and wind speed were not correlate with new TB cases (p-value > 0.05). The results of multiple linear regression test showed predictive model with the equation: Number of New Cases TB = 107.799 + 14.310(Temperature) – 3.940(Humidity) + 0.060(Rainfall) + 0.554(Sunshine Duration) + e with R2 = 0.164. The Serang District Health Office can use this prediction model in planning TB control program."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelin Gotama
"Perubahan iklim merupakan ancaman global yang berdampak serius pada kesehatan masyarakat, dan Jakarta adalah salah satu wilayah paling rentan terhadap risikonya. Sebagai garda terdepan dalam sistem kesehatan, puskesmas memegang peran krusial dalam merespons krisis kesehatan akibat iklim. Ketahanan puskesmas sangat bergantung pada tenaga kesehatan dan keandalan sistem energinya. Namun, sejauh mana puskesmas telah siap dalam menghadapi tantangan perubahan iklim masih belum diketahui, mengingat data mengenai resiliensi iklim puskesmas masih terbatas. Studi deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan iklim pada puskesmas di Jakarta tahun 2025, dengan fokus pada aspek tenaga kesehatan (meliputi pengetahuan dan kapasitas, SDM, manajemen risiko) dan aspek energi (meliputi efisiensi, energi cadangan, energi terbarukan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar tenaga kesehatan telah memahami bahaya perubahan iklim dan dampaknya terhadap sektor kesehatan secara umum (>70%), pelatihan teknis dan kesiapsiagaan masih rendah (<45%). Sebanyak 62,5% puskesmas telah memiliki tim bencana, tetapi hanya 46,6% yang telah mengidentifikasi kebutuhan tenaga saat krisis, dan 62,5% belum memiliki sistem rekrutmen cepat. Sistem peringatan dini baru tersedia di 42% puskesmas, dan hanya 34% memiliki alokasi anggaran untuk risiko bencana terkait iklim. Terkait efisiensi energi, 78% puskesmas telah menerapkan langkah hemat energi. Hampir seluruhnya (93%) memiliki energi cadangan, dengan 98% melaporkan pemeliharaan rutin. Penerapan energi terbarukan masih terbatas, dengan hanya 19 dari 88 puskesmas (21,6%) yang telah memiliki panel surya. Dari jumlah tersebut, sebagian besar (79%) melaporkan keandalan sistem saat bencana, dan seluruhnya melakukan pemeliharaan berkala. Namun, dari puskesmas yang belum memiliki energi terbarukan, hanya 27% yang memiliki rencana implementasi ke depan. Temuan ini menyoroti perlunya penguatan kapasitas SDM, sistem tanggap darurat, dan integrasi kebijakan energi berkelanjutan di tingkat puskesmas.

Climate change is a global threat with serious impacts on public health, and Jakarta is one of the most vulnerable areas to its risks. As the frontline of the health system, puskesmas play a crucial role in responding to climate-related health crises. The resilience of puskesmas heavily depends on healthcare personnel and the reliability of their energy systems. However, the extent to which puskesmas are prepared to face climate change challenges remains unclear, given the limited data on their climate resilience. This qualitative descriptive study aims to assess the level of climate resilience in puskesmas across Jakarta in 2025, focusing on the health workforce (including knowledge and capacity, human resources, and risk management) and energy aspects (including efficiency, backup energy, and renewable energy). The findings show that although most health workers have an understanding of climate change and its general impact on the health sector (>70%), technical training and preparedness remain low (<45%). Around 62,5% of puskesmas have established disaster response teams, but only 46,6% have identified staffing needs during crises, and 62,5% lack a rapid recruitment system. Early warning systems are available in only 42% of puskesmas, and just 34% have allocated budgets for climate-related disaster risks. Regarding energy efficiency, 78% of puskesmas have implemented energy-saving measures. Nearly all (93%) have backup energy systems, with 98% reporting regular maintenance. The adoption of renewable energy is still limited, only 19 out of 88 puskesmas (21,6%) currently use solar panels. Among them, most (79%) report that the systems remain functional during disasters, and all conduct routine maintenance. However, among the puskesmas that have not yet adopted renewable energy, only 27% have plans to implement it in the future. These findings highlight the urgent need to strengthen human resource capacity, emergency response systems, and the integration of sustainable energy policies at the puskesmas level. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library