Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eko Ristiyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga jenis kanker yang paling sering terjadi di dunia. Data mengenai gambaran tatalaksana kanker kolorektal di RSUP Fatmawati belum pernah tercatat dan belum pernah dievaluasi keberhasilanya. Untuk itu kami mengumpulkan data penderita kanker kolorektal sehingga kami bisa menggambarkan profil penderita kanker kolorektal di RSUP Fatmawati. Metode : Penelitian ini dirancang secara potong lintang retrospektif analitik, di RSUP Fatmawati Jakarta dengan mencatat rekam medis penderita kanker kolorektal yang mendapatkan tatalaksana pembedahan dan terapi adjuvan pada tahun 2010 – 2012. Hasil : Selama 3 tahun periode Januari 2010 sampai dengan 2012, kami dapatkan 122 penderita kanker kolorektal yang di tatalaksana di Departemen Bedah RSUP Fatmawati Jakarta, yang sesuai kriteria inklusi 85 penderita. prevalensi dari tahun ke tahun semakin tambah, dengan jenis kelamin pria lebih banyak (55%) dan wanita (45%). Kelompok usia terbanyak pada penderita usia 50 tahun ke atas (55%), dan. lokasi tumor terbanyak pada kolon kanan (21%). Sebagian besar datang mencari pertolongan dengan keluhan utama buang air besar yang berdarah dan berlendir (47%). Stadium klinis penderita datang dengan stadium I (1%), stadium II (20%), stadium III (50%), stadium IV (28%). Sebagian besar temuan histopatologi adalah adenokarsinoma, dengan differensiasi baik (42%), differensiasi baik-sedang (8%), differensiasi sedang (24%), differensiasi sedang-buruk (4%), differensiasi buruk (10%), dan musinosum (12%). Hanya 68% penderita kanker kolorektal yang mendapatkan kemoterapi adjuvan. Simpulan : Berdasarkan penelitian ini kami menyimpulkan bahwa RSUP Fatmawati dengan jumlah insidensi kanker kolorektal bertambah tiap tahunnya. Rerata pasien yang berkunjung ke pelayanan kami adalah penderita pada stadium III. Kecenderungan insidensi pada usia muda semakin bertambah, kemoterapi adjuvan atau paliatif belum maksimal, neoadjuvan kemoradiasi atau radiasi tidak ada pada pelayanan kami. Sebagian besar penderita diberikan kemoterapi capecetabine oral. Sebagian besar terdapat ketidaksesuaian antara staging klinis dengan staging histopatologis. Data yang didapatkan ini merupakan data pertama yang kami buat di Departemen Bedah RSUP Fatmawati.
ABSTRACT
Colorectal cancer was the third most frequent type of cancer that occurs in the world. Data of colorectal cancer management in Fatmawati hospital has not been recorded and has not been evaluated. we collected the data and we can describe the profile of colorectal cancer patients in Fatmawati hospital. Method : The study was designed as a cross-sectional retrospective analytic, in Fatmawati hospital Jakarta recorded base on colorectal cancer patient medical record who received surgery and adjuvant therapy in 2010-2012 . Result : During the 3 years, period from January 2010 to 2012, we got the 122 colorectal cancer patients in in the Department of Surgery Fatmawati hospital Jakarta, appropriate inclusion criteria 85 patients. Prevalence from year to year was increased, with more male gender (55%) and female (45%). The age group most in people aged 50 years and over ( 55 % ). Most tumor location in the right colon (21%). Most come for help with a chief complaint of bloody and mucus stool (47%). Clinical staging of patients with stage I came (1 %), stage II (20%), stage III (50%), stage IV (28%). Most of the findings histopathology is adenocarcinoma, with good differentiated (42%), well-moderate differentiated (8%), moderate differentiated (24%), moderate-poor differentiated (4%), poor differentiated (10%), and mucinous (12%). Only 68 % of patients with colorectal cancer who received adjuvant chemotherapy. Conclusion : Based on this study we conclude that the number of colorectal cancer patients in Fatmawati increased every each year. The most patients who visited our departement was in stage III. Tendency prevalence was increased at a young age, adjuvant or palliative chemotherapy is not maximized, neoadjuvant chemoradiation or radiation does not exist in our services. Most of the patients given oral chemotherapy capecetabine. Mostly there was a mismatch between clinical staging and histopathological staging. The data obtained was the first data that we created in the Department of Surgery Fatmawati hospital Jakarta .
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisi Wilanda Syamsi
Abstrak :

Kanker kolorektal merupakan penyebab kematian tertinggi kedua akibat kanker setelah kanker paru-paru. Pada tahun 2018 terdapat 1,8 juta kasus baru kanker kolorektal dan 892.000 mortalitas secara global. Sebagian besar kasus kanker kolorektal baru terdeteksi pada stadium lanjut. Hal ini dikarenakan mayoritas pasien tidak merasakan gejala yang serius pada fase awal (asimtomatik). Dari total kasus, sekitar 25% pasien kanker kolorektal diketahui telah mengalami metastasis pada diagnosis awal dan 60% lainnya setelah menjalani terapi, sehingga memerlukan pengobatan yang lebih serius dan spesifik. Salah satu jalur metastasis kanker kolorektal adalah melalui aliran darah. Proses pembentukan pembuluh darah baru atau angiogenesis dipicu oleh Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). Interaksi antara VEGF-A dengan protein reseptor VEGFR-2 kinase menginisiasi proses angiogenesis yang dapat mempercepat penyebaran sel kanker. Beberapa senyawa telah berhasil dikembangkan untuk menghambat protein VEGFR-2 kinase, namun sebagian besar bersifat multi target dan menghasilkan berbagai efek samping. Pada penelitian ini, dilakukan studi in silico untuk menemukan inhibitor VEGFR-2 kinase terbarukan dengan selektivitas dan afinitas yang tinggi melalui perancangan obat berbasis fragmen. Simulasi penambatan molekul dilakukan berdasarkan struktur 3D VEGFR-2 kinase yang diperoleh dari Protein Data Bank (PDB ID: 1Y6A). Fitur farmakofor dirancang berdasarkan ligan standar Pazopanib dan 2-anilino-5-aryl-oxazole yang diambil dari basis data ChemSpider. Sebanyak 22.727 senyawa diambil dari pangkalan data PubChem dan dipilih 4 fragmen yang paling potensial untuk dilakukan penumbuhan fragmen. Selanjutnya, dari hasil penumbuhan fragmen dan simulasi penambatan molekul diperoleh 10 senyawa baru yang dinilai paling berpotensi menghambat protein VEGFR-2 kinase. Uji farmakologi dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisikokimia dan toksisitas dari senyawa baru dengan menggunakan perangkat OSIRIS Data Warrior, SwissADME, pkCSM dan Toxtree. Berdasarkan interaksi molekular dan uji farmakologi diperoleh dua senyawa baru sebagai kandidat inhibitor VEGFR-2 kinase terbaik yaitu ligan 1070 dan ligan 1143.

 


Colorectal cancer is the second leading cause of cancer death after lung cancer. As of 2018, there are an estimated 1,8 new diagnoses and 892.000 mortalities worldwide. Most of colorectal cancer cases were identified at an advance stage. Approximately 25% of patients with colorectal cancer have developed metastases in early diagnoses and another 60% after undergoing therapy that requires more serious and specific treatment. Metastasis was caused by angiogenesis which mediated by Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). Interaction between VEGF-A and receptor protein VEGFR-2 initiated the formation of new blood vessels that can accelerate the spread of cancer cells. Several compounds have been successfully developed to inhibit VEGFR-2 kinase, however most of them are multi target and result many side effects. In this research, in silico study was conducted to discover novel VEGFR-2 kinase inhibitor with high selectivity and affinity through fragment-based drug design. Molecular docking simulation was conducted based on 3D structure of VEGFR-2 kinase obtained from Protein Data Bank (PDB ID: 1Y6A). The standard ligands used in this research are pazopanib and 2-anilino-5-aryl-oxazole that acquired from ChemSpider databases. About 22.727 compounds were taken from PubChem database and 4 potential fragments were selected for fragment growing. From the result of fragment growing and molecular docking simulation, 10 new compounds that potential to inhibit VEGFR-2 kinase were obtained. Then pharmacological and toxicity tests are performed using OSIRIS Data Warrior, SwissADME, pkCSM and Toxtree. According to the molecular interaction and pharmacological tests, two new compounds are selected as the best candidate of VEGFR-2 kinase inhibitor that is ligand 1070 and ligand 1143.

 

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fakhri Ramadhan
Abstrak :
Sel kanker adalah sel yang berproliferasi secara progresif, dan salah satu dasar pengendaliannya hingga saat ini yaitu dengan menghambat kemampuan proliferasinya melalui intervensi sintesis nukleotida purin/pirimidin menggunakan analog purin/pirimidin. Avidin, suatu protein yang ditemukan pada putih telur, diketahui dapat mengikat biotin dengan sangat kuat, yang merupakan koenzim pada reaksi karboksilasi, suatu tahapan penting di biosintesis de novo nukleotida purin. Studi sebelumnya membuktikan bahwa viabilitas dan proliferasi sel mononuklear darah tepi (SMDT) dapat dihambat dengan penambahan avidin yang diakibatkan gangguan ketersediaan biotin. Studi ini bertujuan melihat efek pemberian avidin terhadap sel kanker kolorektal HT-29 dilihat dari viabilitas, proliferasi, ekspresi gen dan protein cyclin D1, serta siklus sel. Penelitian dilakukan dengan mengultur sel kanker kolorektal HT-29 dengan avidin, lalu dianalisis viabilitas, proliferasi, ekspresi gen dan protein cyclin D1, serta siklus selnya pada 24, 48, dan 72 jam. Didapatkan hasil bahwa avidin menghambat viabilitas dan proliferasi sel HT-29, serta menurunkan ekspresi gen dan protein cyclin D1 pada sel HT-29, namun tidak memengaruhi transisi fase G0/G1 ke fase S siklus sel HT-29. ......Cancer cells are progressively proliferating cell, and up to now, one way to control its proliferation is by intervening the formation of purine/pyrimidine nucleotide using its purine/pyrimidine analog. Avidin, a protein from white egg, known to bind biotin strongly, whereas biotin is an important coenzyme in carboxylation reaction, a key step in purine nucleotide de novo pathway. Previous study showed that viability of peripheral blood mononuclear cells (PBMC) was reduced and its proliferation was inhibited caused by lack of biotin due to avidin administration. This study aims to observe the effect of avidin administration to HT-29 cells viability, proliferation, cyclin D1gene and protein expression, also the cell cycle. The experiment done by culturing HT-29 cells, then its viability, proliferation, cyclin D1 gene and protein expression, also the cell cycle analyzed at 24, 48, and 72 hours. The result showed that avidin halted HT-29 cells viability and proliferation, also lower its cyclin D1 gene and protein expression, but did not affect the transition between G0/G1 phase to S phase on HT-29 cell cycle
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Retna Lestari
Abstrak :
Tingginya rekurensi pada kanker kolorektal (KKR) disebabkan karena terapi saat ini belum mempertimbangkan keberadaan lingkungan mikrotumor dan kepuncaan. Kepuncaan adalah sifat dari sel punca kanker yang memiliki kemampuan self-renewal, pluripotensi, dan tumorigenic. Penelitian kami sebelumnya menunjukan bahwa sekretom fibroblas dari adenokarsinoma kolorektal meningkatkan ekspresi CD133 dan CD44 dalam sel Lestari HT-29. Namun peran sekretom fibroblas tersebut terhadap sifat kepuncaan masih perlu diteliti lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sekretom fibroblas adenokarsinoma kolorektal area tumor dibandingkan area nontumor dan fibroblas normal terhadap sifat kepuncaan, MnSOD, dan STAT3 pada sel lestari HT-29. Pemberian Conditioned Medium (CM) yang mengandung sekretom fibroblas adenokarsinoma kolorektal area tumor (CM-T) dan nontumor pasangannya (CM-NT) pada kultur sel lestari HT-29 sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Fibroblas normal (NF) diisolasi dari jaringan preputium. Semua fibroblas ditanam dalam media kultur bebas serum selama 24 jam untuk mengumpulkan CM. Kemudian, CM ditambahkan ke kultur sel lestari HT-29 selama 72 jam. Ekspresi mRNA Oct4 dan ALDH1A1 dianalisis dengan qRT-PCR. Ekspresi protein STAT3, pSTAT3, SOD, dan Oct4 dianalisis dengan western blot. Pemberian CM-T meningkatkan ekspresi mRNA OCT4 dan ALDH1A1 signifikan dibandingkan dengan kontrol, CM-NT, dan CM-NF. Kami menyimpulkan bahwa pemberian sekretom fibroblas KKR meningkatkan ekspresi OCT4 dan ALDH1A1 secara signifikan dibandingkan dengan fibroblas non tumor pasangannya dan fibroblas normal
The high recurrence in colorectal cancer (CRC) is because current therapy has not considered the presence of a tumor microenvironment and stemness. Stemness is a characteristic of cancer stem cells that have properties like self-renewal, pluripotent and tumorigenic abilities. Our previous study has demonstrated that the secretomes of fibroblasts isolated from colorectal carcinoma (CRC) patients could upregulated the expression of CD133 and CD44 in the HT29 CRC cell line. However, the role of CRC fibroblasts secretomes in CRC stemness is needed to be further investigated. Therefore, the present study aimed to investigate the effect of fibroblast secretomes from CRC patients in comparison with the secretomes from normal fibroblasts on the expression of stemness markers, MnSOD, and STAT3 on HT-29 cells. The supplementation of Conditioned Medium (CM) from adenocarcinoma colorectal fibroblast (CM-T) and its nontumor partner (CM-NT) in HT-29 cell cultures has been done by our previous study. Normal fibroblasts (NF) were isolated from prepuce tissue. All fibroblasts were grown in free-serum culture medium for 24 hours to collect conditioned medium (CM). Then, CM was supplemented to HT-29 CRC cells for 72 hours. The effects of CM-T on the mRNA expression of OCT4 and ALDH1A1 were analysed using qRT-PCR. Supplementation of CM-T significantly increased OCT4 and ALDH1A1 mRNA expressions compared to that of CM-NT, CM-NF, and control. We conclude that secretomes from CRC patients upregulate the expression of CRC stemness.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini Djunet
Abstrak :
Latar belakang. Bedah kanker kolorektal (KKR) adalah kasus terbany1k di Divisi Bedah Digestif RSUPNCM, di mana 46% di antaranya adalah karena kanker rektum I (K.R). Trauma pembedahan menimbulkan inflamasi, respon fase akut (RFA), dan stres metabolik. C- reactive protein (CRP) adalah protein fuse akut (PFA) dengan peningkatan tertinggi di antara PFA lainnya dan telah digunakan secara luas sebagai penanda inflamasi. Stres metabolik menyebabkan perubahan metabolisme zat gizi yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah sewaktu (GDS) plasma. Secara tidak langsung, pemberian terapi gizi adekuat dapat menekan laju inflamasi dan mempercepat proses penyembuhan pasca bedah. Tujuan. Untuk mengetahui peran terapi gizi adekuat selama tujuh hari terhadap perubahan kadar CRP serum dan GDS plasma pasien pasca bedah KR pada hari ke satu dan ke tujuh pengamatan. Metode. Penelitian ini adalah studi eksperimental dengan desain paralel, acak, dan tidak tersamar. Penelitian dilaksanakan di ruang rawat bedah kelas Ill RSUPNCM, pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April- Agustus 2009. .9erdasarkan kriteria penelitian didapatkan 24 subyek yang dibagi menjadi dua, kelompok perlakuan (P) dan kontrol (K). Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, pengukuran antropometri, dan pemeriksaan laboratorium. Hasil. Karakteristik awal kedua kelompok adalah sebanding pada HI. Rerata asupan energi kelompok P adalah 1 211 ,23 ± 161 ,95 kkallh ari (82,86 ± 9,91 % kebutuhan energi total atau KET), adekuat, dan lebih tinggi bermakna (p< 0,001) dibandingkan kelompok K yaitu 831,93 ± 129,58 kkal/hari (55,75 ± 9,48% KET). Rerata asupan protein subyek tidak adekuat meskipun asupan protein kelompok P lebih tinggi bennakna (p< 0,001). Kelompok P mengalami peningkatan berat badan (BB) 0,71 ± 0,79 kg sedangkan kelompok K mengalami penurunan BB 0,85 ± 1,06 kg. Penurunan kadar CRP serum kelompok P (7,13 ± 1,43 mg/L) berbeda bermakna (p=0,005) dengan kelompok K (5,20 ± 1,58 mg/L). Peningkatan kadar GDS plasma kelompok P (26,00 ± 29,67 mg/dL) cenderung lebih tinggi dari kelompok K (10,00 ± 24,40 mg/dL), sejalan dengan peningkatan asupan energi yang lebih tinggi. Kadar CRP serum memiliki korelasi positif derajat rendah (r-0,266) dan tidak bennakna (p=0,358) dengan kadar ODS plasma. Kesimpulan. Pemberian terapi gizi adekuat selama tujuh hari berperan untuk mempercepat penurunan kadar CRP serum pasien pasca bedah KR.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T20988
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adityawati Ganggaiswari
Abstrak :
Latar belakang : Beberapa data dari luar negri menunjukkan kanker kolorektal predominan terjadi pada populasi usia yang lebih tua (lebih dari 60 tahun). Kanker kolorektal yang terjadi pada usia lebih muda (kurang dari 40 tahun) hanya berkisar antara 3-6%. Dari penelitian terdahulu dilaporkan bahwa kanker kolorektal pada pasien usia muda cenderung memiliki gambaran perilaku tumor yang agresif dengan prognosis buruk. Pada beberapa penelitian, progresivitas dan prognosis yang buruk pada kanker kolorektal, dikaitkan dengan peristiwa angiogenesis. VEGF merupakan salah satu sitokin poten yang terlibat dalam proses angiogenesis seh.ingga tingginya kadar ekspresi VEGF berhubungan dengan progresivitas penyakit yang 1ebih tinggi dan prognosis yang burnk. Cancer-associated stroma mengalami perubahan-perubahan dinamis yang menyerupai reaksi penyembuhan luka, disebut sebagai reaksi desmoplastik. Reaksi ini didukung terutama oleh aktivasi "myofibroblas;'. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa myofibroblas mempuuyai peran untuk roemfasilitasi tumorigenesis dan progresi beberapa karsinoma, dan dikenal sebagai suatu petanda penting yang potensial untuk diagnosis, pengobatan dan prognosis kanker. Hasil : Pada penelitian ini terlihat ekspreSi VEGFA tidak berbeda, namun terdapat perbedaan yang bennakna pada reaksi desmoplastik usia muda dibanndingkan pada usia tua. Nampak pula hubungan yang sejaJan antara ekspresi VEGF-A positif kuat dengan reaksi desmoplastik yang keras pada kanker kolorektal usia muda. Hal ini menyokong hepotesa kedua dan ketiga dari penelitian ini. Kesimpulan : Progresivitas penyakit yang lebih tinggi dan prognosis yang buruk pada pasien kanker kolorektal usia muda kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor lain selain VEGF, yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32365
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Nikson
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit kanker kolorektal (KKR) merupakan salah satu jenis penyakit kanker dengan insiden. prevalen serta mortalitas yang terns meningkat dewasa ini. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh. stadium klinik kanker terhadap katahanan hidup lima tahun penderita kanker kolorektal. Desain: Desaio penelitian adalah kohort retrospektif. Sarnpel sebanyak 1!6 orang penderita kanker kolorektal yang mendapat pengobatan pertama kali di RSKD dari tahun 1994 - 2004. Analisis bivariat dengan uji Lng rank test dan kurva probabilitas untuk ketahanan hldup menggunakan metode Kaplan Meier. Analisis seeara multivariat menggunakan Cox Proportional Hazard Regression Hasil : Ditemukan penderita kanker kolorektal yang meninggal selarna lima tahun follow up adalah 46 orang (39, 7%). Probahilitas ketahanan hidup 5 tahtm penderita seeara keseluruhan adalah sebesar 42,23% dengan Median sehesar 36 bulan, Probabilitas ketahanan hldup 5 tahun menurut stadium adalah Dukes B sehesar 74,38%, Dukes C sebesar 37,28% dan Dukes D sehesar 22,28%. Menurut stadium awol sebesar 74,38% dan stadium !anjut sebesar 31,58%. Pada analisis Cox regresi stadium lanjut memiliki risiko kematian sehesar 4,83 kali (95%CI:1,72-13,60) dibandingkan stadium awal sebelum memperhitungkan variahel lain dan setelah memperhitungkan variabci derajat diferensiasi sel, umur, status perkawinan, jumlah sel darah putih sebelum operasi dan status pengobatan, risiko kematian stadium lanjut menjadi 9,37 kali(95%CI:2,88-30,48) dibandingkan stadium awaL Kesimpulan dan Saran : Stadium terbukti merupakan faktor prognostik yang kuat dan signifikan terhadap ketahanan hidup lima tahun penderita kanker kolorektaL Diharapkan kepada masyarakat terutama umur 40 tahun ke atas untuk segera memeriksakan diri hila ada keluhan pada saluran pencernaan sehingga kalaupun temyata kanker kolorektal maka akan ditemukan pada stadium lebih awal.
Abstract
Background: Colorectal cancer (CRC) disease is a kind of cancer disease with increasing incidence, prevalence, and mortality nowadays, Objective: This research is aimed to know the effect of cancer clinical stadiums on five~ year survival of colorectal cancer patients. Design: The design of this research is retrospective cohor4 using as sample 116 colorectal cancer patients who got their first treatment in RSKD from J 994 to 2004. Bivariate analysis was done with Log Rank Test and the probability curve of survival used Kaplan Meier method. Multivariate analysis was done with Cox Proportional Hazard Regression. Result : It is found that the number of colorectal cancer patients' death during 5 years of follow up is 46 (39.7%). Patients' probability of 5-year survival as overall survival is 42.23% with a median of36 months. The probabilities of 5-year survival by Dukes' slage are Dukes B being 74.38%, Dukes C 37.28%, and Dukes D 22.28%. For early stadium it is 74.38% and advanced stadiwn 31.58%. Cox regression analysis reveals that advanced stadium has a death risk of 4.83 times (95%CI: 1, 72- 13.60) higher than early stadium before controlling otller variables; and after controlling cell differentiation degree, age, marital status, preoperative amount of white blood cell, and treatment status, advanced stadiwn death risk becomes 937 times (95%C!: 2.88-30.48) than early stadium. Conclusion and Suggestion: lt. is proved that stadium is strong and significant prognostic !actor of colorectal cancer patients' 5 year-survival. It is hoped that all people especially those who are 50 years old up to gel themselves cheeked immediately when they have complaints about their digestive system
2009
T32492
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jilly Octoria Tagore Chan
Abstrak :
Latar Belakang: Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker dengan prevalensi yang cukup tinggi dan penanganan yang tersedia dapat menyebabkan efek samping buruk. Oleh karena itu, pengobatan alternatif untuk kanker kolorektal perlu dikembangkan. Asam galat telah menunjukkan aksi menghambatan proliferasi sel di berbagai tipe sel kanker termasuk HCT 15 colon cancer cells. Penambahan grup hidrofobik ke asam galat diduga dapat meningkatkan efek anti kanker asam galat. Riset ini dilakukan untuk mengobservasi efek antikanker derivat asam galat, (enam senyawa alkil amida galat hasil sintesis) terhadap sel kolon karsinoma HCT 116. Metode: Menggunakan MTT, enam (6) senyawa alkil amida galat, yaitu: -metil, -etil, -butil, -sek-butil, -ters-butil dan heksil amida galat diuji efek antikankernya terhadap sel HCT 116. Penentuan nilai IC50 dilakukan dengan menggunakan metoda regresi linear untuk analisis data. Hasil uji efek antikanker senyawa turunan alkil amida galat dibandingkan dengan hasil uji efek antikanker asam galat sebagai senyawa awal dan doxorubicin sebagai kontrol positif. Jika dibandingkan dengan asam galat (IC50: 0.05 μg/mL) dan doxorubicin (IC50: 0.001 μg/mL), keenam senyawa turunan alkil amida galat memiliki aktivitas antikanker yang lebih rendah terhadap sel kanker kolon HCT 116. Diantara ke-enam senyawa alkil amida galat hasil sintesis, heksil amida galat dengan IC50 0,07 μg/mL memiliki aktivitas antikanker terbaik. Kesimpulan: Dari hasil studi yang telah dilakukan ini, dapat disimpulkan bahwa heksil amida galat memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi agen antikanker kolon. ......Background: Colorectal cancer is one of the most prevalent cancers and its common managements still evoke undesirable side effects. Therefore, there needs to be a development of a safer alternative. Gallic acid has exhibited significant cell proliferation inhibition in a variety of cancer cell lines including HCT 15 colon cancer cells. Addition of hydrophobic groups to gallic acid has been postulated to increase the anti-cancer effects of gallic acid and henceforth this research is conducted to observe the derivatives of gallic acid (six derivative compounds of alkyl amide gallate) on HCT 116 cells. Methods: With the utilization of MTT assay, six synthesized compounds of alkyl amide gallate, namely methyl-, ethyl-, butyl-, sec-butyl-, tert-butyl-, and hexyl amide gallate were measured for their anticancer effect on HCT 116 cells. Determination of IC50 values was carried out by the linear regression method for data analysis. Lastly, results were compared with gallic acid as an original compound and doxorubicin as a positive control. Results: In comparison to gallic acid (IC50: 0.05 μg/mL) and doxorubicin (IC50: 0.001 μg/mL), a lower anticancer effect on colon HCT 116 cells was displayed by all the six- synthesized alkyl amide gallates. Hexyl amide gallate with IC50 value of 0.07 μg/mL shows the strongest anticancer and inhibitory effect on HCT 116 cells. Conclusion: Result of the study indicates that hexyl amide gallate has the potential to undergo further development as a promising anti- colon cancer agent.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Balqis Deyan Sofiana
Abstrak :
Terdapat sebanyak 14,1 juta kasus kanker didiagnosis dan sebanyak 8,2 juta individu meninggal setiap tahunnya dari total ±32,6 juta pengidap kanker, menurut GLOBOCAN 2012. Kanker kolorektal memberikan 9,7% dalam kasus kanker dan insidesinnya pada usia <50 tahun menjadi meningkat 13% (2000-2014). Ekspresi siklooksigenase-2 (COX-2) yang berlebihan merupakan salah satu meaknisme yang terlibat dalam patogenesis kanker kolorektal. Sayangnya, pengobatan kanker menggunakan inhibitor enxim COX, NSAID, memiliki beberapa efek samping yang prominen seperti perdarahan gastointestinal, komplikasi kardiovaskular, dan nefrotoksisitas yang diinduksi NSAID. Dalam beberapa tahun terakhir, tanaman herbal telah mengundang perhatian banyak peneliti karena mudah didapat, murah, memiliki potensi dalam pencegahan kanker, dan memiliki toksisitas yang rendah. Hal ini memicu peneliti untuk mencari apakah ekstrak etanol biji delima mampu menurunkan ekspresi COX-2 pada sel HCT116. Ektrak biji delima (Punica granatum) dimaserasi dalam etanol. Satu kelompok tidak mendapatkan perlakuan (kontrol negatif) sementara tiga kelompok lainnya diberi ekstrak ekstrak biji delima dalam tiga dosis berbeda (50, 100, dan 200 ppm). Pengaruh pemberian ekstrak etanol biji delima pada ekspresi COX-2 dalam sel HCT116 dinilai melalui perhitungan H-score dari pewarnaan imunositokimia. Ekstrak etanol biji delima (Punica granatum) menunjukkan hasil dapat menurunkan ekspresi COX-2 yang ditunjukkan melalui penurunan nilai H-score dengan rerata nilai H-score sebesar 159,07 . Dan nilai p < 0,005 Penelitian ini membuktikan bahwa terjadi penurunan ekspresi protein COX-2 pada sel HCT116 setelah pemberian ekstrak etanol biji delima (Punica granatum). ...... 14.1 million new cancer cases are diagnosed annually in 2012. And about 8.2 million people are dying every year worldwide while 32.6 million people are living and afflicted with cancer, according to GLOBOCAN. Colorectal cancer (CRC) contributes to 9.7% of all cancer cases and in population <50 years old its incidence increased by 13% (2000-2014). Excessive expression of COX-2 plays a role in the pathogenesis of CRC. Unfortunately, current cancer treatment using COX enzyme inhibitor, NSAIDs is known for its multiple adverse effects, including gastrointestinal bleeding, cardiovascular complications, and NSAID induced nephrotoxicity. In recent years, medicinal herbs have become popular among researchers for its easily obtainable nature, cheap, promising cancer preventing properties, and low toxicity. Thus, reseacher would like to investigate whether ethanol extract from pomegranate seed can reduce the expression of COX-2 in HCT116 cell. Ethanol extract from pomegranate (Punica granatum) seed was prepared for maceration in ethanol. One group was given no treatment (negative control) while the other three groups were given ethanol extract from pomegranate seed in three different doses (50, 100, 200 ppm). The effect of ethanol extract of pomegranate seed on inhibition of COX-2 expression in the HCT116 cell was then assessed by counting the H-score from immunocytochemistry staining. The ethanol pomegranate (Punica granatum) extract was shown able to decrease expression of COX-2, which was shown by decresing the H-score with average H-score 159.07. P <0,05 This study revealed there is a decrease in COX-2 protein expression in HCT116 cells after administration of ethanol pomegranate.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvan Wiyarta
Abstrak :

Pendahuluan: Kanker kolorektal (KKR) merupakan salah satu jenis kanker dengan insiden yang tinggi di dunia. Pada 2012, tercatat sekitar 614.000 perempuan dan 746.000 laki-laki terdiagnosis KKR. Dari populasi tersebut, 694.000 orang meninggal karena KKR. Di Indonesia, KKR masuk ke dalam 10 besar jenis kanker dengan insiden tertinggi. Saat ini, banyak teknik terapi yang dikembangkan (radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi) untuk KKR. Akan tetapi, teknik tersebut belum memberikan hasil memuaskan. Oleh karena itu, penelitian ini ingin menguji terapi alternatif tatalaksana KKR dengan menggunakan minyak ikan, karena sampai saat ini belum ada penelitian in-vivo tentang penghambatan ekspresi TNF-α setelah pemberian minyak ikan pada sel KKR. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dari material biologis mencit  penelitian sebelumnya. Jaringan kolon mencit diinduksi AOM dan DSS dan dikelompokkan dalam 6 kelompok (normal (N), kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), kontrol pelarut (KPel), dosis 6mg/kgBB/hari (D1), dan dosis 3mg/kgBB/hari (D2)). Hasil dan Pembahasan: Hasil uji Tukey menunjukkan terdapat perbedaan antara K- dengan N (p<0,01**), N dengan D2 (p<0,05*), N dengan KPel**, K+ dengan K-**, K+ dengan KPel*, K- dengan D1**, K- dengan D2*, dan D1 dengan KPel*. Perbedaan bermakna antara D1 dan D2 terhadap K- (p<0,01 dan p<0,05) menunjukkan minyak ikan dapat menurunkan ekspresi TNF-α. Kesimpulan: Administrasi minyak ikan sebesar 6mg dan 3mg mampu menghambat ekspresi TNF-α pada sel epitel kolon mencit yang diinduksi AOM dan DSS.

 


Introduction: Colorectal cancer (CC) is one type of cancer with a high incidence in the world. In 2012, about 614,000 women and 746,000 men were diagnosed with CC. Of these, 694,000 people died because of the CC. In Indonesia, cancer is among the top 10 cancers that have the highest incidence. At present, many therapeutic techniques have been developed (radiotherapy, chemotherapy, and immunotherapy) for CC. However, this technique has not yet yielded satisfactory results. Therefore, this study wants to examine alternative therapies using fish oil., because until now there has been no in-vivo study about inhibition of TNF-α results after receiving fish oil on CC cells. Method: This research is a experimental study using the biologic material mice from previous studies. Colon tissue of mice was induced by AOM and DSS and grouped into 6 groups: normal (N), negative control (K-), positive control (K +), solvent control (KPel), dose 6mg/kgBW/day (D1), and dose 3mg/kgBW/day (D2)). Result and Dicussion: Tukey's test results show there are differences between K- with N (p <0.01**), N with D2 (p <0.05*), N with KPel **, K + with K - **, K + with KPel *, K- with D1 **, K- with D2 *, and D1 with KPel *. Significant differences between D1 and D2 on K- (p<0,01 dan p<0,05) indicate that fish oil can reduce TNF-α expression. Conclusion: Fish oil administration on 6mg and 3mg were able to inhibit the expression of TNF-α on mice’s colonic tissue induced with AOM and DSS.

 

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>