Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusnidar Yusuf
Abstrak :
Dari ekstrak n-heksana yang berasal dari talus Ramalina inflata, Hook, & Tayl tanaman tersebut di kumpulkan/diperoleh dari Taman Nasional Botani, Seblat, Gunung Kerinci, Propinsi Jambi, Sumatra, berhasil diisolasi (+) - asam usnat dalam bentuk kristal jarum berwarna kuning. Sedangkan dari ekstrak aseton berhasil diisolasi suatu senyawa baru dalam bentuk kristal putih, yang diduga merupakan turunan dari asam norstiktat, dimana strukturnya ditetapkan berdasarkan data spektrum 1H-NMR dan 13C-NMR serta massa. Diduga cincin D dari senyawa baru tersebut dibentuk oleh α, β, -δ- lakton (cincin 6), sedangkan cincin D dari asam norstiktat dibentuk dari cincin α, β, -γ-lakton tidak jenuh. Ada kemungkinan bentuk lain dari struktur senyawa B, dimana gugus metilenanya berada pada cincin depsidon (lingkar 8, sedangkan pada cincin depsidon normal terbentuk dari lingkar 7). Oleh karena itu senyawa baru tersebut diusulkan diberi nama asam norstiktat A. Sifat anti bakteri dari (+) -asam usnat sudah diketahui dan dikenal, sedangkan pada penelitian ini senyawa baru tersebut diketahui tidak mempunyai aktivitas biologi.
From the n-hexane extracto£ the Ramalina inf lata's thallus, that is collected from the Seblat-National Botanical Garden, Mount Kerinci, West Sumatra, has been isolated usnic acid as light yellow crystal. Whereas from the acetone extract has been isolated a new compound as white crystal with structure as derivative from the norstictic acid. Its structure is established by nmr-and mass spectral data. The D-ring of the norstictic acid is formed by α, β, -unsaturated- γ-lactone, whereas the new compound is formed by α, β, -unsaturated- γ-lactone. Another possibilities are, the B compound from the depsidone ring is formed by eight ring, that means methylene group belongs to the depsidone ring. Normally depsidone ring is formed by seventh ring. So that we give the name for this new compound is norstictic acid A. The Biological activities of usnic acid is well known, but unfortunately the new isolated compound has no biological activities.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuki Bambang Nugroho
Abstrak :
Beberapa senyawa steroid yang aktif farmakologik mempunyai atom oksigen pada atom karbon posisi sebelas (C-11), misalnya : kortison, kortikosteron, prednison, dan prednisolon. Senyawa-senyawa tersebut dapat diproduksi melalui sintesis parsial (semisintesis) kortisol dari progesteron atau korteksolon. Kesulitan utama pada sintesis kortisol secara kimiawi adalah pemasukkan satu atom oksigen pada posisi C-11 dalam cincin steroid. Kesulitan ini dapat diatasi dengan penggunaan mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan tiga kultur kapang lokal yaitu dua jenis kapang (Rhizopus stolonlfer UICC 137 dan Aspergillus niger) untuk melakukan transformasi progesteron, serta Curvularia lunata untuk melakukan transformasi korteksolon. Percobaan yang dilakukan terhadap R. stolonifer dan A. niger berdasarkan metode transformasi progesteron menjadi 11µ-hidroksiprogesteron, sedangkan terhadap C. lunata berdasarkan metode transforrnasi 11-deoksikortisol menjadi kortisol. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan 5 parameter percobaan yaitu ; (1) saat penambahan substrat (pada percobaan dengan C. lunata parameter ini adalah waktu germinasi), (2) waktu inkubasi, (3) pH medium, (4) konsentrasi substrat, dan (5) laju pengadukan. Percobaan dilakukan dengan sistem "batch", di dalam labu-labu Erlenmeyer 100 ml (kecuali percobaan biotransformasi kondisi optimum memakai labu 500 ml) dan diinkubasi dalam bak air penggojog pada suhu 30°C. Biotransformasi optimum oleh Rhizopus stolonrfer berlangsung jika substrat (progesteron) ditambahkan setelah pertumbuhan kapang mencapai pertengahan fasa eksponensial (14 jam setelah inokulasi kapang ke dalam medium). Medium biotransformasi terdiri dari campuran glukosa, ekstrak khamir, beberapa garam mineral, dan unsur runut. Medium dengan tingkat keasaman (pH) awal 5 memberikan transformasi optimum. Kondisi optimum lainnya adalah inkubasi selama 8 jam di dalam medium sambil digojog 100 gojogan/menit dan konsentrasi awal substrat g/liter. Rendemen produk biotransformasi oleh R. stolonifer adalah 49,88% transformasi. Biotransformasi optimum oleh Aspergillus niger mempunyai kondisi optimum penambahan substrat pada saat pertumbuhan kapang mencapai fasa eksponensial (26 jam setelah inokulasi kapang ke dalam medium), konsentrasi awai substrat 0,6 g/l, penggunaan pH awal medium 6, dan inkubasi selama 20 jam sambil digojog 100 gojogan/menit. Produk biotransformasi oleh A. niger memiliki rendemen sebesar 46,03% transformasi. Biotransformasi korteksolon oleh Curvularia lunata mempunyai rendemen produk terlalu kecil (19,31% transformasi). Kondisi optimumnya adalah proses germinasi spora selama 36 jam dan proses biotransformasi memakai substrat 1,5 g/l dalam medium dengan pH awal 6 sambil digojog 120 gojogan/menit selama 50 jam.
Several pharmacological active steroid compounds have an oxygen atom attached to the 11th carbon atom on steroid ring (C-11), such as : cortisone, corticosterone, prednisone, and prednisolone. These compounds could be produced through a cortisol partial synthesis from progesterone or cortexolone. If cortisol synthesized chemically, it is difficult to introduce an oxygen atom to C-1I in steroid ring but this process could be conducted by using microorganism. The aim of this study is to determine the ability of Rhizopus stolonifer UICC 137 and Aspergillus niger to transform progesterone, and the ability of Culvularia lunata to transform cortexolone. The experiments for Rhizopus stolonifer UICC 137 and Aspergillus niger based on progesterone transformation to 11µ-hydroxyprogesterone and for Culvularia lunata based on cortexolone transformation to cortisol. The biotransformations were varied with five experiment parameter, i.e. : (1) time interval of substrate addition (substrate addition at different growth phase), in C. lunata this parameter is germination time, (2) incubation time, (3) medium acidity (pH), (4) substrate concentration, and (5) stirring rate. Biotransformation process was carried out on batch system in 100 ml Erlenmeyer flasks (for optimum conditions of biotransformation, 500 ml Erlenmeyer flasks were used) then these flasks were incubated in a shaking waterbath with temperature maintained at 30°C. The optimum biotransformation for R. stolonifer was reached when the substrate (progesterone) was added to the middle of the exponential growth phase (14 hours after spores inuculation). Biotransformation medium contained glucose, yeast extract, some mineral salts, and trace elements. The medium with pH 5 gave the optimum transformation. The Optimum transformation were also found after 8 hours incubation at 100 stroke/minute shaking with the initial substrate concentration of 1 gll, The result for R. stolonifer was 49.88% transformation. The optimum biotransformation conditions for A. niger were found as follows : substrate addition to the initial of the exponential growth phase (26 hours after spores inoculation), initial substrate concentration of 0.6 g/l, medium with pH 6, and 100 stroke/minute shaking for 20 hours incubation. The result for A. niger was 46.03% transformation. Cortexolone biotransformation by using Curvularia hrnata gave a very low product yield (19.31% transformation). The optimum conditions for cortexolone biotransformation were found as follows : spores germination for 36 hours, biotransformation process in a liquid medium with the initial pH 6, substrate concentration of 1,5 g/l, and 50 hours incubation time at 120 stroke /minute shaking.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yennita Indra Bastian
Abstrak :
Senyawa golongan kuinazolinon memiliki aktivitas biologis yang luas. Salah satunya adalah senyawa 2-[(E)-2-feniletenil]-3,4-dihidrokuinazolin-4-on yang memiliki aktifitas antibakteri. Aktivitas antibakteri paling efektif ditunjukkan oleh turunan senyawa kuinazolinon dengan cincin benzena yang tidak tersubstitusi atau tersubstitusi oleh substituen kecil dan cincin pirimidin yang tersubstitusi oleh substituen besar. Dalam rangka memperoleh senyawa turunan kuinazolinon baru yang diperkirakan memiliki aktivitas antibakteri, telah dilakukan sintesis senyawa 6-amino-2-[(E)-2-feniletenil]-3,4-dihidrokuinazolin-4-on. Sintesis dilakukan melalui empat tahap. Tahap 1, sintesis 2-metil-3,4-dihidrokuinazolin-4-on (1) dari antranilamida dan asetamida dengan iradiasi microwave. Tahap 2, sintesis 2-metil-6- nitro-3,4-dihidrokuinazolin-4-on (2) dari nitrasi 2-metil-3,4-dihidrokuinazolin-4-on dengan asam nitrat pekat berasap dan asam sulfat pekat. Struktur molekul produk 1 dan 2 telah dikonfirmasi dengan FT-IR. Tahap 3, sintesis 6-nitro-2-[(E)-2-feniletenil]-3,4-dihidrokuinazolin-4-on (3) dari kondensasi Knoevenagel 2-metil-6-nitro-3,4-dihidrokuinazolin-4-on dan benzaldehida. Tahap 4, sintesis 6-amino-2-[(E)-2-feniletenil]-3,4-dihidrokuinazolin-4-on (4) dari reduksi 6-nitro-2-[(E)-2-feniletenil]-3,4-dihidrokuinazolin-4-on dengan serbuk besi, dan asam klorida pekat menggunakan ultrasonik. Struktur molekul produk 3 dan 4 telah dikonfirmasi dengan FT-IR dan 1H-NMR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk hasil sintesis sudah sesuai dengan senyawa yang diharapkan dengan nilai rendemen tahap 1 sebesar 90,19%; tahap 2 sebesar 79,61%; tahap 3 sebesar 42,04% dan tahap 4 sebesar 72,24%. ...... Quinazolinone derivatives have wide spectrum of biological activity. One of them is 2-[(E)-2-phenylethenyl]-3,4-dihydroquinazolin-4-one which have antibacterial activity. The most effective antibacterial activity were showed by quinazolinone derivative with an unsubstituted benzene ring or substituted with one small substituents and a pyrimidine ring substituted with large substituents. To get a novel quinazolinone derivative which predicted to have antibacterial activity, 6-amine-2-[(E)-2-phenylethenyl]-3,4-dihydroquinazolin-4-one has been synthesized. There were four stages of synthesis. First, synthesis of 2-methyl-3,4-dihydroquinazolin-4-one (1) from antranilamide and acetamide by microwave irradiation. Second, synthesis of 2-methyl-6-nitro-3,4-dihydroquinazolin-4-one (2) by nitration of 2-methyl-3,4-dihydroquinazolin-4-one with nitric acid fuming and concentrated sulfuric acid. The structure of first and second products was confirmed using FT-IR. Third, synthesis of 6-nitro-2-[(E)-2-phenylethenyl]-3,4-dihydroquinazolin-4-one (3) by Knoevenagel condensation of 2-methyl-6-nitro-3,4-dihydroquinazolin-4-one and benzaldehyde. Fourth, synthesis of 6-amine-2-[(E)-2-phenylethenyl]-3,4-dihydroquinazolin-4-one (4) by reduction of 6-nitro-2-[(E)-2-phenylethenyl]-3,4-dihydroquinazolin-4-one with iron powder and concentrate hydrocloric acid using ultrasonic. The structure of third and fourth products was confirmed using FT-IR and 1H-NMR. The results showed that the synthesized products are in confirmity with the expected compound with 90,19% yield for first stage; 79,16% yield for seconde stage; 42,04% yield for third stage and 72,24% yield for fourth stage.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walker, C. H.
London: Taylor and Francis, 2001
615.95 WAL o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Parlindungan P.
Abstrak :
ABSTRAK
Pada senyawa semikonduktor InGaAsP (Indium - Galium - Arsenit-Phosfor) yang ditumbuhkan diatas substrat InP (Indium-Phosfor), lapisan aktif Ins-xGaxAsyPI-y akan menentukan emisi foton pada panjang gelombang L untuk harga x dan y tertentu.

Lapisan aktif yang mempunyai energi gap Eg = 0,8 eV ditumbuhkan sesuai kisi substrat p-InP dari struktur jamak ganda InGaAsP/InP akan menghasilkan spektrum emisi spontan pada daerah panjang gelombang X = 1,55 mm. Doping konsentrasi aseptor Na lapisan p-InP akan menentukan puncak panjang gelombang Xp dari pada spektrum emisi spontan. Spektrum emisi spontan pada puncak panjang gelombang Xp = 1,55 pm memungkinkan untuk ditransmisikan melalui media serat optik yang terbuat dari bahan serat silika optik mode tunggal.

Pada penulisan tugas thesis ini dilakukan simulasi spektrum emisi spontan relatif R dari lapisan aktip terhadap perubahan dari konsentrasi aseptor Na menggunakan perangkat lunak Borland delphi.

Analisa hasil simulasi menunjukkan spektrum emisi spontan relatif R pada puncak panjang gelombang 7-p = 1,55 pm terjadi pada konsentrasi aseptor Na = 150 x 1017 Cm-9 dan parameter band tail = 0,072 eV.
In semiconductor compound of InGaAsP (Indium--Gallium--Arsenit-Phosfor) being growing on InP (Indium--Phosfor) substrate, the active layer of Ini-xGaxAsyPI-y is going to determine photon emission at wavelength of k for values certain of x and y.

The active layer having gap energy of Eg = 0.8 eV lattice-matched to InP of double heterostructure InGaAsP/InP yield spontaneous emission spectrum at wavelength region of X = 1.55 pm. Doping acceptor concentration of Na for p--InP layer would determine on peak wavelength of kp for spontaneous emission spectrum. The spontaneous emission spectrum on the peak wavelength of Xp = 1.55 pm is possible for use as transmitted through single mode fiber optic which made of optic silica material. In the writing this thesis, the relative spontaneous emission spectrum of R from active layer simulated with various of Na acceptor concentrations by using delphi borland software.

Simulation result analyzing show that relative spontaneous emission of R on peak wavelength of Xp = 1.55 pm is happened for acceptor concentration of Na = 150 x 1017 Cm-3 and band tail parameter of 77 = 0.072 eV.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Arrahman
Abstrak :
ABSTRAK
Resistensi yang terjadi pada trimetoprim dan beberapa antibiotika konvensional lainnya menyebabkan pencarian akan molekul antibakteri baru dari golongan senyawa yang berbeda sangat dibutuhkan. Senyawa turunan kuinazolinon diketahui memiliki aktivitas antibakteri, oleh karena itu sintesis senyawa 6-amino- 2-[(E)-(4-hidroksi-3-metoksifenil)etenil]-3,4-dihidrokuinazolin-4-on dan senyawa antaranya yang diujikan sebagai antibakteri perlu dilakukan. Senyawa 6-amino-2- [(E)-(4-hidroksi-3-metoksifenil)etenil]-3,4-dihidrokuinazolin-4-on disintesis dengan empat tahap reaksi. Tahap pertama adalah sintesis 2-metil-3,4-dihidrokuinazolin-4- on, tahap kedua adalah sintesis 2-metil-6-nitro-3,4-dihidrokuinazolin-4-on, tahap ketiga adalah sintesis 2-[(E)-(4-hidroksi-3-metoksifenil)etenil]-6-nitro-3,4- dihidrokuinazolin-4-on dan tahap keempat adalah sintesis 6-amino-2-[(E)-(4- hidroksi-3-metoksifenil)etenil]-3,4-dihidrokuinazolin-4-on. produk yang dihasilkan dari setiap tahapan dimurnikan dengan cara pencucian dan rekristalisasi, kemudian diuji kemurniannya dengan jarak lebur dan kromatografi lapis tipis. Bobot molekul senyawa dianalsis dengan LC-MS, Struktur senyawa dielusidasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis, FT-IR, 1H-NMR dan 13C-NMR, COSY, HMQC dan HMBC. Uji aktivitas antibakteri dilakukan pada bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Salmonella typhimurium ATCC 14028 dan Escherichia coli ATCC 25922. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa target telah berhasil disintesis dan dimurnikan berdasarkan metode kimia organik. Struktur senyawa telah dibuktikan kebenarannya melalui elusidasi struktur. Hasil uji aktivitas antibakteri senyawa 6-amino-2-[(E)-(4-hidroksi-3-metoksifenil)etenil]-3,4-dihidrokuinazolin-4- on tidak menunjukkan aktivitas antibakteri.
ABSTRACT
Resistance in trimethoprim and several conventional antibacetria, made the searching for new antibacterial agent from different groups of compound became nescessary. Quinazolinone derivate was known having antibacterial activity, for those reasons, synthesis of compound 6-Amino-2-[(E)-(4-hydroxy-3- methoxyphenyl)ethenyl)-6-nitro-3,4-dihydroquinazolin-4-one and its intermediate as antibacteria was necessary to be conducted. The titled compound was synthesized via four steps. First step was synthesis of 2-methyl-3,4- dihydroquinazolin-4-one. Second step was syhtesis of 2-methyl-6-nitro-3,4- dihydroquinazolin-4-one. Third step was synthesis of 2-[(E)-(4-hydroxy-3- methoxyphenyl)ethenyl]-6-nitro-3,4-dihydroquinazolin-4-one. Forth step was synthesis of 6-Amino-2-[(E)-(4-hydroxy-3-methoxy phenyl)ethenyl)-6-nitro-3,4- dihydroquinazolin-4-one. The synthesized product from each step was purified by washing and recrystalization. The purity testing was performed by examining melting range and thin layer chromatography. Mollecuar mass of synthezised compound was determined using LC-MS. Structure of synthesized compound was elucidated using UV-Vis, FT-IR, 1H-NMR dan 13C-NMR, COSY, HMQC and HMBC. Screening for antibacterial activity was performed against Staphylococcus aureus ATCC 25923, Salmonella typhimurium ATCC 14028 and Escherichia coli ATCC 25922. The result indicated that titled compound has sucsessfully been synthesized and purified using organic chemistry method. Structure of desired compound was confirmed based on structural elucidation analysis. The result of antibacterial activity of compound 6-Amino-2-[(E)-(4-hydroxy-3-methoxyphenyl) ethenyl)-6-nitro-3,4-dihydroquina-zolin-4-one did not perform antibacterial acitivity.
Depok: Fakultas Farmasi, 2014
T42081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Miftahul Ulum
Abstrak :
Indonesia memiliki deposit laterit yang cukup tinggi, di dalam laterit terdapat beberapa logam yang menguntungkan untuk diolah. Laterit memiliki beberapa lapisan yang salah satunya mengandung nikel yang cukup tinggi. Di beberapa perusahaan di Indonesia mengolah laterit untuk dijadikan nikel dengan kemurnian yang tinggi ataupun ferronickel dengan mereduksinya menggunakan reduktor berbasis karbon. Kandungan SiO2 pada saat reduksi, dari beberapa referensi diketahui akan mempengaruhi reduksibilitas Fe dan pada akhirnya akan mempengaruhi ferronickel yang dihasilkan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui reduksibilitas Fe dan pengaruh SiO2 pada proses reduksi campuran sintetis dengan komposisi senyawa yang dibuat serupa dengan komposisi senyawa utama saprolit Indonesia, salah satu lapisan di dalam laterit yang mengandung Ni yang cukup tinggi. Campuran sintetis ini dibuat dengan maksud agar proses reduksi lebih terkontrol. Adanya SiO2 pada reduksi senyawa oksida Fe akan menghasilkan fayalit yang sulit tereduksi, sehingga diharapkan gas CO atau CO2 yang dihasilkan difokuskan untuk mereduksi NiO dan sebagian Fe2O3 yang pada akhirnya akan meningkatkan recovery Ni. Pada penelitian digunakan reduktor karbon yang memiliki fixed carbon 68% dengan kadar yang sama 12%, SiO2 yang digunakan divariasikan menjadi 0%, 20% dan 40% , kadar NiO dibuat tetap 2% dan beberapa sampel ditambahkan MgO dengan kadar tetap 14% dan ada yang tidak ditambahkan MgO, lalu sisanya adalah Fe2O3. Temperatur reduksi yang dilakukan adalah 1250 °C. Uji komposisi kimia sebelum dan setelah penelitian digunakan sebagai parameter untuk memastikan pengaruh dari SiO2 tersebut. Senyawa ? senyawa sintetis dicampur merata dengan reduktor karbon, lalu dikompaksi kemudian dilakukan proses karbotermik. Sampel hasil proses karbotermik dikarakterisasi dengan pengujian XRD, XRF, dan SEM. Hasil pengujian XRD pada produk hasil karbotermik menunjukkan terbentuknya Fe3O4, FeO, FeNi, dan FeSiO2 atau Fe2SiO4. SiO2 akan mempengaruhi reduksibilitas Fe, terlihat dari munculnya Fe murni pada hasil karbotermik campuran tanpa penambahan MgO. Dari hasil pengujian SEM menunjukkan logam atau senyawa logam cenderung membentuk kelompok di daerah tertentu pada sampel tanpa penambahan SiO2, sedangkan dengan adanya SiO2 logam atau senyawa logam yang terbentuk cenderung tersebar merata. Recovery Ni menunjukkan kecenderungan meningkat dengan meningkatnya kandungan SiO2 pada campuran dengan penambahan MgO menghasilkan recovery Ni sebesar 69,71% pada penambahan 40% SiO2 dan recovery Fe sebesar 91,09% pada penambahan 20% SiO2, sedangkan pada campuran tanpa MgO, recovery Ni maksimum pada penambahan 20% SiO2 menghasilkan perolehan Ni sebesar 77,29% dan menghasilkan recovery Fe maksimum pada penambahan 40% SiO2 mencapai 98%.
Indonesia has the deposit of laterite in a significant number, it contains several commercial metals to be extracted. There are layers within the deposit of laterite and one of the layers contains nickel in a quite high level. Several companies in Indonesia process the laterite into nickel with high purity or ferronickel by reducing it using carbon-based reductor. The SiO2 content during reduction, from several references known would influence the reducibility of Fe and consequently will influence the ferronickel produced. The objective is to understand the reducibility of Fe and the influence of SiO2 on the synthetic mixture reduction process of compound whose composition is made similar to the main composition of compound that compose the saprolitic ore in Indonesia ? one of the layers that contains Ni in a quite high level. This synthetic mixture is made with purpose that the reduction process be more controlled. The present of SiO2 in the reduction of Fe oxide compound will produce fayalite that is difficult to be reduced, thus the gas CO or CO2 produced is expected to be focused to reduce NiO and some part of Fe2O3 which finally will increase the recovery of Ni. The experiment uses carbon reductor with fixed carbon of 68% with the same content of 12%, the SiO2 used is varied into 0%, 20%, and 40%, the content of NiO is made fix of 2% and several samples are added with MgO with fix content of 14% and the balance is Fe2O3. The reduction process is conducted in the temperature of 1250°C. The chemical analysis of before and after the experiment is used as the parameter to ensure the influence of SiO2. The synthetic compounds are mixed thoroughly with the carbon reductor, compacted then subjected to carbothermic process. The products of carbothermic process then characterized using XRD, XRF, and SEM. XRD testing result showed that carbothermic product consists of Fe3O4, FeO, FeNi, and FeSiO2 or Fe2SiO4, SiO2. SiO2 affected the reducibility of Fe-Oxide, from XRD result pure Fe revealed from product of Fe2O3, NiO and without MgO mixture. Based on SEM examination, metal or metal compound tend to cluster in some area, on sample without SiO2 addition. % Ni recovery tend to increase with increasing of SiO2 addition on sample with MgO addition resulted Ni recovery of 69.71% on the addition of 40% SiO2 and Fe recovery of 91.09% on the addition of 20% SiO2, while the mixture without MgO, the maximum Ni recovery was in the addition of 20% SiO2 produces recovery of 77.29% Ni and Fe maximum recovery on addition of 40% SiO2 with recovery of 98% Fe.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T28311
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Triyantie
Abstrak :
Skripsi yang berjudul Makna (dasu) Pada Kata Kerja Majemuk Dengan Pala: (Renyokei)-{dasu} Dalam Buku Cerita Sen to Chihiro no Kamikakushi ini mengemukakan tentang pembentukan makna dasu pada kata kerja majemuk berpola (Renyokei)-{dasu}. Kata kerja majemuk dalam perbendaharaan kata bahasa Jepang merupakan salah satu kelas kata yang penggunaannya banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Oleh karena itu, untuk memperkaya kemampuan bahasa Jepang, kita perlu mengetahui dan memahami makna dan penggunaan kata kerja majemuk bahasa Jepang. Analisa makna dasu pada kata kerja majemuk bahasa Jepang yang berpola (Renyokei)-{dasu} dilakukan dengan metode kepustakaan. Sumber data berupa kata kerja majemuk diperoleh dari sebuah buku cerita anak berjudul Sen to Chihiro no Kamikakushi karya Miyazaki Hayao, yang terkenal baik di Jepang maupun dunia Internasional. Makna (dasu) dianalisa, dilihat dari pola pembentukan kata kerja majemuknya, dilanjutkan dengan analisa maknanya berdasarkan kalimatnya. Makna (dasu), sebagai salah satu kata kerja pembentuk kata kerja majemuk, ditentukan oleh pola pembentukan yang menunjukkan status dan maknanya dalam sebuah kata kerja majemuk. Status {dasu) pada sebuah kata kerja majemuk dapat sebagai kata kerja mandiri dan menunjukkan makna dasarnya sebagai kata kerja mandiri. Selain itu, {dasu} juga dapat bertindak sebagai kata kerja pelengkap, yang tidak menunjukkan makna dasarnya sebagai kata kerja mandiri, tetapi berfungsi menjelaskan aspek atau menambah nuansa kata kerja pembentuk lainnya. Sebuah kata dapat mengandung beberapa makna tergantung pada kalimatnya. Oleh karena itu, makna {dasu} juga dianalisa berdasarkan kalimatnya. Pemahaman makna dasu sebagai salah satu kata kerja pembentuk kata kerja majemuk berpola (Renyokei)-{dasu} penting diketahui agar kita dapat mengetahui makna kata kerja majemuk yang dibentuknya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julianty Dwieliza
Abstrak :
ABSTRAK
Verba majemuk merupakan salah satu aspek dari kata majemuk. Berdasarkan pengalaman dalam mempelajari bahasa Jerman, terdapat kesulitan dalam menerjemahkan suatu verba majemuk karena kita tidak mengetahui dasar dari verba majemuk itu. Untuk itu dilakukan analisis morfologis dan semantis dalam mengetahui apakah ada keterkaitan antara bentuk dan makna sebuah verba majemuk.

Dalam penelitian ini digunakan dua sumber acuan, yaitu: Grammatik der deutschen Gegenwartssprache_Bd.4 (Duden, 1984) dan Wortbildung der deutschen Gegenwartssprache (Wolfgang Fleischer, 1933).

Dalam menganalisis verba majemuk dijabarkan bagaimana terbentuknya sebuah verba majemuk. Setelah itu dilakukan analisis terhadap maknanya, apakah makna dari suatu bentuk verba majemuk itu berterima atau tidak.

Dari analisis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa proses pembentukan verba majemuk dapat dilakukan terhadap lima jenis leksem, termasuk di dalamnya tiga kelas kata dan dua jenis afiks, yaitu V+V, N+V, A+V, P+V dan V+S. Sedangkan korelasi makna antar-kata pembentuk dari sebuah verba majemuk dapat dilihat dari tipe/macam verba majemuk. Dengan kata lain antara bentuk dan makna terdapat suatu keterkaitan. Namun harus diketahui juga apakah makna itu berterima atau tidak.
1990
S14691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Kusumadewi
Abstrak :
Degradasi fotokatalitik paraquat diklorida menggunakan fotokatalis magnetik Fe3O4/SiO2/TiO2 telah berhasil dilakukan untuk pertama kali di Indonesia. Paraquat diklorida merupakan salah satu pestisida yang digunakan dalam industri perkebunan kelapa sawit. Paraquat memiliki sifat tidak mudah terhidrolisis, resisten terhadap degradasi mikroba, dan karenanya mempunyai potensi mencemari air tanah di sekitar perkebunan serta berbahaya apabila terpapar pada makhluk hidup. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan aktivitas katalitik degradasi paraquat, digunakan fotokatalis magnetik Fe3O4/SiO2/TiO2 dengan keunggulan seperti mudah dipisahkan setelah digunakan dan memiliki sifat fotoaktif yang baik. Fotokatalis magnetik Fe3O4/SiO2/TiO2 (2:1:3) yang digunakan, dikarakterisasi menggunakan SEM - EDX, FTIR, XRD, dan UV Vis DRS. Analisis menggunakan SEM - EDX memperlihatkan morfologi dari komposit yang didomonasi oleh agregasi mikropartikel dengan komposisi Fe3O4/SiO2/TiO2 (1,04 : 1 : 1,68). Karakterisasi fotokatalis dengan FTIR sebelum dan setelah digunakan untuk reaksi degradasi paraquat menunjukkan bahwa puncak serapan vibrasi ikatan Fe - O, Ti - O - Ti, Si - O - Si, Si - O - Ti tetap dipertahankan keberadaannya, yang menandakan tidak adanya kerusakan yang berarti pada penyusun komposit adalah Fe3O4/SiO2/TiO2 selama pemakaian. Demikian juga hasil analisis XRD fotokatalis sebelum dan setelah pemakaian untuk degradasi menunjukkan bahwa ciri kristal TiO2 anatase, rutil, dan Fe3O4 magnetit tetap dipertahankan. Dari pengukuran band gap menggunakan UV-Vis DRS didapatkan hasil band gap TiO2 sebelum dan setelah digunakan adalah 3,21 dan 3,32 eV. Hasil uji fotokatalisis paraquat selama 4 jam menghasilkan penurunan konsentrasi paraquat sebesar 56%. Sedangkan uji fotolisis dan adsorpsi untuk paraquat tidak menunjukkan penurunan konsentrasi yang berarti. Pola spektrum UV Vis degradasi paraquat selama 15 jam menunjukkan terdapat pola serapan baru pada panjang gelombang 228 nm yang diindikasi merupakan nilai serapan dari senyawa intermediet yang terbentuk. Pola penurunan konsentrasi TOC dan paraquat juga mengindikasikan adanya senyawa intermediet. Uji identifikasi adanya senyawa intermediet menggunakan instrumen MS/MS mengindikasikan terdapat senyawa 4- karboksi-1 metil piridinium klorida sebagai senyawa intermediet hasil degradasi paraquat selama 15 jam. ...... Photocatalytic degradation of paraquat dichloride using magnetic Fe3O4/SiO2/TiO2 composite has been successfully conducted. Paraquat dichloride is one of pesticides used in the palm plantation. Paraquat is not easily hydrolyzed, resistant to microbial degradation, and therefore have potential to contaminate ground water nearby the palm plantation, and it is dangerous if exposed to a living things. In order to eliminate paraquat from the contaminated water by photocatalytic degradation, the magnetically separable Fe3O4/SiO2/TiO2 composite (with the formula raito of Fe3O4:SiO2:TiO2 is 2:1:3) was used. The Fe3O4/SiO2/TiO2 composite, was characterized by SEM- EDX which showed that the morphology of composite dominated by the aggregation of microparticles, where as the elemental composition ratio of Fe3O4:SiO2:TiO2 is 1.04:1:1.68. The photocatalyst before and after being used for paraquat degradation was subjected to FTIR, XRD, and UV Vis DRS measurements. FTIR characterization indicated that peaks absorption spectra correspond to vibration of Fe- O, Ti- O-Ti, Si-O- Si, and Si- O-Ti were relatively unchanged. In addition, XRD analysis also indicated that no significant change in diffraction pattern corresponding to rutile, anatase, and magnetite phase. Similar trend was also observed in their UV-Vis DRS spectra. These evidence indicate that no significant damage of the composite during photocatalytic process. The photocatalytic degradation of paraquat for 4 hours resulted decreasing paraquat concentration up to 56%. While the adsorption and photolysis of paraquat did not show significant decrease in the paraquat concentration. UV Vis spectral pattern of paraquat during 15 hours show a gradual changes, which are absorption peak at 257 nm disappear, while a new absorption peak at a wavelength of 228 nm occured, indicating the formation of intermediate compound. The decline pattern of Total Organic Carbon (TOC) was observed slower than that of paraquat concentration, give further indication of intermediate compound formation. The occurence of 4-carboxyl-1-methyl pyridinium chloride as intermediate compound was confirmed based on MS/MS analysis of treated water, after being photocatalytically degraded for 15 hours.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>