Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 266 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inu Laksito Wibowo
Abstrak :
Sistem kripto (data encryption) dengan kunci publik, mempunyai keunggulan dalam pengaturan kunci dibanding dengan sistem kripto yang konvensional. Pada sistem kripto konvensional, suatu jaringan komputer dengan n riser dibutuhkan n(n-1)2 kunci, sedangkan pada sistem kripto dengan kunci publik ini hanya dibutuhkan n kunci. Di samping mempunyai keunggulan pada pengaturan kunci, sistem kripto dengan kunci publik ini menjamin keaslian pesan yang dikirimkan oleh seorang user. Sistem kripto dengan kunci publik ini dapat pula diaplikasikan untuk pembuatan skema pemeriksaan keaslian password. Salah satu keunggulan skema pemeriksaan keaslian password dengan dasar sistem ini mampu mempertahankan keamanan sistem walaupun berkas yang berisi password-password user berhasil diketahui. Salah satu alasannya adalah derajat kesulitan untuk menurunkan password-password yang sebenarnya relatif tinggi.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Valdano T.
Abstrak :
Dewasa ini, otentikasi berbasis password telah digunakan berbagai situs penyedia layanan berbasis web. Hal ini disebabkan kemudahan yang diberikan layanan Single Sign On (SSO) untuk memberikan akses ke berbagai aplikasi web melalui satu kali otentikasi password. Namun, layanan SSO memiliki kerentanan terhadap serangan password guessing, terutama serangan brute force dan dictionary attack. Penerapan protokol login berupa protokol Pinkas-Sander (PS), protokol van Oorchot-Stubblebine (VS) dan Password Guessing Resistant Protocol (PGRP) pada layanan SSO bertujuan untuk menyediakan layanan otentikasi berbasis password yang aman dan terpercaya bagi pengguna. Hal ini dipertimbangkan berdasarkan beberapa aspek, seperti keamanan (security), keberdayagunaan (usability) dan konsumsi sumber daya komputasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa protokol PGRP mendukung tiga aspek tersebut dengan baik. Protokol PGRP hanya memunculkan tiga kali CAPTCHA saat pengguna melakukan login secara benar menggunakan tiga akun berbeda, sedangkan protokol PS dan protokol VS memunculkan CAPTCHA sebanyak 30 kali. Selain itu, protokol PGRP menghasilkan utilisasi memory server otentikasi lebih kecil dibandingkan protokol PS dan protokol VS. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata dari protokol PS memiliki selisih nilai utilisasi memory sebesar 226,1 kB ? 706,35 kB lebih kecil dibandingkan protokol PS dan protokol VS. Dengan demikian, protokol PGRP direkomendasikan untuk diterapkan pada layanan SSO.
Nowadays, password based authentication have been used by various web service provider. It is due to the convenience of Single Sign On (SSO) service to permit a user to access into multiple web applications through password authentication at once. However, password based authentication prone to password guessing attacks, especially brute force and dictionary attack. The implementation of login protocol as PS protocol, VS protocol and Password Guessing Resistant Protocol (PGRP) in SSO service aim to provide a secured and trustworthy password based authentication service for legitimated users. It will be considered based on several aspect including security, usability and computation resource consumption. The experiment's result show that PGRP is able to support the three aspect of SSO service. PGRP protocol only challenged CAPTCHA three times when user use three different account, whereas PS protocol and VS protocol challenged CAPTCHA 30 times. In addition, PGRP protocol result memory utilization of authentication server less than protocol PS and protocol VS. It was showed by average value of memory utilization about 226.1 kB to 706.35 kB less than PS protocol and VS protocol. Thus, PGRP protocol is recommended to be implemented on SSO service.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35651
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dony Harso
Abstrak :
Advanced Persistent Threats (APT) adalah istilah yang digunakan untuk sebuah serangan cyber yang didanai oleh pemerintah asing dengan kemampuan yang sangat tinggi dalam melakukan serangannya sekaligus mampu melakukannya dalam jangka panjang dengan target yang sangat spesifik seperti pencurian informasi. Pusat Komunikasi (Puskom) merupakan unit kerja yang bertugas melaksanakan sebagian tugas Kementerian Luar Negeri di bidang pelaksanaan, pembinaan dan pengamanan pemberitaan serta pengelolaan sistem informasi dan komunikasi Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI. Karena tugasnya tersebut, Pusat Komunikasi Kementerian Luar Negeri dituntut untuk dapat menjamin ketersediaan layanan dan menjamin keamanan sistem Teknologi informasi dan komunikasi khususnya dalam hal pemberitaan rahasia. Berdasarkan penelitian pada tahun 2012 pengelolaan keamanan informasi yang dilakukan oleh Puskom masih tergolong rentan dan memerlukan strategi penguatan dalam menghadapi ancaman yang kian meningkat. ......Advanced Persistent Threats (APT) was an adversary that possesses sophisticated levels of expertise and significant resources which allow it to create opportunities to achieve its objectives by using multiple attack vectors. Communication Center (Puskom) is a main unit in charge of carrying out some tasks of the Ministry of Foreign Affairs in the implementation and development information security management systems of Ministry of Foreign Affairs. Puskom are required to ensure the availability of services and guarantee the information security and communication technology systems, especially the secrecy of information. Based on the research in 2012 information security management conducted by the Puskom is still vulnerable and require reinforcement strategy against APTs threats.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Juniardi
Abstrak :
Keamanan informasi menjadi perhatian utama dalam era digitalisasi saat ini. Salah satu aspek penting dari keamanan informasi adalah perlindungan terhadap kata sandi. Pengumpulan kata sandi yang sering digunakan oleh penyerang dalam upayanya untuk meretas masuk ke dalam sebuah akun atau sistem memiliki peran yang sangat penting dalam memahami kelemahan sebuah sistem. Oleh karena itu, metode pengumpulan kata sandi yang efektif menjadi sangat penting dalam upaya melindungi sistem serta informasi dari sebuah serangan. Pada tesis ini bertujuan untuk mengembangkan metode pengumpulan kata sandi yang menggunakan honeypot cowrie dan mengacu kepada pedoman NIST SP 800-63b. Pedoman NIST SP 800-63b merupakan pedoman yang dikembangkan oleh National Institute of Standards and Technology (NIST) yang memberikan panduan praktis dalam hal kebijakan dan prosedur keamanan kata sandi. Honeypot cowrie merupakan sebuah sistem open source yang dapat dikustomisasi dan diperluas sesuai kebutuhan pengguna. Honeypot cowrie dirancang untuk menarik penyerang dan memantau aktivitas penyerang tersebut, termasuk upaya pembobolan terhadap sebuah kata sandi. Oleh karena itu, honeypot memiliki peranan yang penting untuk mempelajari teknik dan pola serangan yang digunakan oleh penyerang serta dilakukan identifikasi terhadap celah keamanan yang perlu diperbaiki. Pada penelitian kali ini, eksperimen dibagi kedalam dua tahapan, tahap pertama dengan menggunakan konfigurasi bawaan dan tahap kedua dilakukan penyesuaian konfigurasi honeypot cowrie dengan dilakukan variasi terhadap nama pengguna serta kata sandi yang digunakan oleh penyerang menggunakan pedoman NIST SP 800-63b . Hasil dari eksperimen dilakukan perbandingan untuk mengetahui efektivitas dari honeypot cowrie tersebut dalam melakukan pengumpulan kata sandi dengan indikator pengukuran yang berupa jumlah login attempt, username, password, serta password complexity. Dari hasil eksperimen didapati login attempt tahap 1 sebanyak 3364 dan tahap 2 sebanyak 7341, username tahap 1 sebanyak 776 dan tahap 2 sebanyak 904, password tahap 1 sebanyak 1341 dan tahap 2 sebanyak 2101, password complexity tahap 1 sebanyak 546 dan tahap 2 sebanyak 766. Dari data yang didapatkan tersebut, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan indikator login attempt sebesar 118,2%, indikator username sebesar 16,49%, indikator password sebesar 56,70%, serta peningkatan indikator password complexity sebesar 40,29%. ......Information security is a major concern in the current era of digitization. One important aspect of information security is the protection of passwords. The collection of passwords frequently used by attackers in their attempts to breach an account or system plays a crucial role in understanding the weaknesses of a system. Therefore, an effective method of collecting passwords becomes highly important in the effort to protect systems and information from attacks. This thesis aims to develop a password collection method that utilizes the honeypot Cowrie and references the NIST SP 800-63b guidelines. The NIST SP 800-63b guidelines, developed by the National Institute of Standards and Technology (NIST), provide practical guidance on password security policies and procedures.Cowrie honeypot is an open-source system that can be customized and expanded according to user needs. Cowrie honeypot is designed to attract attackers and monitor their activities, including attempts to crack a password. Thus, honeypots play an important role in studying the techniques and patterns of attacks used by attackers and identifying security vulnerabilities that need to be addressed. In this research, the experiments are divided into two stages: the first stage using the default configuration, and the second stage involving adjustments to the Cowrie honeypot configuration by varying the usernames and passwords used by attackers following the NIST SP 800-63b guidelines. The results of the experiments are compared to determine the effectiveness of the Cowrie honeypot in password collection using measurement indicators such as the number of login attempts, usernames, passwords, and password complexity. The experiment results showed that there were 3364 login attempts in stage 1 and 7341 in stage 2, 776 usernames in stage 1 and 904 in stage 2, 1341 passwords in stage 1 and 2101 in stage 2, and 546 password complexity indicators in stage 1 and 766 in stage 2. These findings indicate an increase of 118.2% in the login attempt indicator, 16.49% in the username indicator, 56.70% in the password indicator, and a 40.29% increase in the password complexity indicator.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andro Harjanto
Abstrak :
Manajemen Layanan TI (ITSM) memainkan peran penting dalam mengelola lingkungan yang berkelanjutan dengan menyediakan pendekatan terstruktur untuk mengelola layanan TI, menyelarasinya dengan tujuan bisnis, dan memastikan keamanan siber yang kuat. Horangi, sebuah startup perangkat lunak keamanan siber yang didirikan pada tahun 2016, menyadari pentingnya ITSM dan telah menginisiasi rencana untuk menerapkan kerangka kerja guna membentuk pedoman dan dasar yang kokoh, terutama karena tim TI baru saja dibentuk pada tahun 2021. Penelitian ini berfokus pada pengelolaan alur kerja Incident dan Service Request karena merupakan tugas yang paling dasar dan penting. ITIL 4, versi terbaru dari kerangka kerja ITIL, dianggap cocok karena pengakuan dan penggunaannya yang luas, selaras dengan tren manajemen TI saat ini seperti Agile dan DevOps. Model Continual Service Improvement dan Service Value Chain akan digunakan untuk menciptakan pedoman dan rekomendasi, dengan tujuan mengidentifikasi kelemahan dan meningkatkan proses yang ada. Model-model ini dipilih karena kemampuannya dalam menyediakan standardisasi, konsistensi, dan pendekatan holistik terhadap kepatuhan peraturan, sambil juga memungkinkan perbaikan berkelanjutan untuk beradaptasi dengan lanskap TI yang selalu berubah. Pengumpulan data dengan wawancara, dokumentasi perusahaan, studi literatur dari penelitian sebelumnya serta buku pedoman membantu dalam melakukan kajian kondisi layanan saat ini dan mencari peningkatan. Hasil dari penelitian ini berupa rekomendasi dan fondasi dalam pembentukan panduan serta alur kerja pada area Incident and Service Request Management. Keterbatasan dari penelitian ini adalah tidak bisa dilakukan sampai implementasi rekomendasi sehingga disarankan pada penelitian terkait adalah bisa sampai dengan proses implementasi agar dapat mendapatkan hasil evaluasi yang lebih optimal. ......IT Service Management (ITSM) plays a crucial role in managing a sustainable environment by providing a structured approach to managing IT services, aligning them with business objectives, and ensuring robust cybersecurity. Horangi, a cybersecurity software startup founded in 2016, recognizes the importance of ITSM and has initiated plans to implement a framework to establish solid guidelines and foundations, especially since the IT team was recently formed in 2021. This research focuses on the management of Incident and Service Request workflows as they are among the most fundamental and critical tasks. ITIL 4, the latest version of the ITIL framework, is considered suitable due to its widespread recognition and usage, aligning with current IT management trends such as Agile and DevOps. The models of Continual Service Improvement and Service Value Chain will be utilized to create guidelines and recommendations, aiming to identify weaknesses and enhance the current processes. These models are chosen for their ability to provide standardization, consistency, and a holistic approach to regulatory compliance, while also enabling continuous improvement to adapt to the ever-changing IT landscape. Data collection through interviews, company documentation, literature review from previous research, and guidebooks will assist in assessing the current service conditions and seeking improvements. The outcomes of this research will provide recommendations and a foundation for developing guidelines and workflows in Incident and Service Request Management. The limitation of this research is that it could not be carried out until the implementation of recommendations, therefore it is suggested that future related research should include the implementation process to obtain more optimal evaluation results.
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nungky Awang Chandra
Abstrak :
Serangan siber yang meningkat dan bervariasi membutuhkan sebuah model yang mampu meningkatkan ketahanan dan kesadaran akan ancaman serangan bencana siber. Penelitian ini mengembangkan model cyberdisaster situation awareness yang mampu menggambarkan dua tahap proses yaitu penilaian tingkat risiko ancaman bencana siber dan kerangka pengujian kerentanan keamanan siber melalui metode audit, tabletop exercise dan penetration testing. Penelitian ini menggunakan metode risiko formal fuzzy FMEA dan temporal risk. Hasil penelitian pertama menunjukan bahwa model cyberdisaster situation awareness mampu meningkatkan ketahanan keamanan siber. Model ini menggambarkan bahwa dengan metode fuzzy FMEA didapatkan nilai tingkat risiko bencana tertinggi yaitu ancaman serangan ransomware dan gempa bumi. Dari dua nilai risiko yang tertinggi tersebut dilakukan validasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran dalam menghadapi ancaman ransomware dan gempa bumi melalui survey 152 responden. Hasil survey menunjukan bahwa keputusan respon bencana siber dipengaruhi oleh faktor kapabilitas sistem (p < 0,05), faktor pengetahuan (p < 0,05), dan faktor kesadaran akan situasi bencana (p < 0,05). Pada penelitian kedua menunjukan bahwa kerangka pengujian kerentanan keamanan siber dengan pendekatan temporal risk dapat membantu meningkatkan ketahanan dan keamanan siber. Metode pengujian audit, tabletop exercise dan penetration testing akan menghasilkan dua klasifikasi risiko yaitu risiko yang dapat diterima (tolerable risk) dan risiko yang tidak dapat diterima (intolerable risk). Penelitian ini juga menggunakan aplikasi untuk membantu mengukur tingkat risiko keamanan siber berdasarkan Annex ISO 27001:2013. Hasil pengujian penilaian risiko dengan metode audit berdasarkan annex ISO 27001:2013 ditemukan bahwa tingkat risiko yang dapat diterima adalah akuisisi, pengembangan dan pemeliharaan sistem, dengan nilai indeks kinerja pengamanan sebesar 38.29%. Untuk hasil pengujian metode tabletop exercise dihasilkan bahwa tidak ditemukan tingkat risiko tinggi atau yang tidak dapat diterima, dengan nilai indeks kinerja pengamanan sebesar 75%. Hasil pengujian dengan metode penetration testing menunjukan bahwa risiko yang tidak dapat diterima adalah pengendalian akses dan pengamanan komunikasi, dengan nilai indeks pengendalian pengamanan sebesar 16.66%. Dari temuan kerentanan ini dilakukan tindakan perbaikan melalui aplikasi untuk meningkatkan ketahanan dan keamanan siber. Tindakan perbaikan ini menghasilkan kinerja pengamanan 100% memenuhi annex ISO 2700:2013. Kebaruan dari penelitian ini adalah konsep model kerangka cybersituation awareness yang mampu menilai risiko ancaman keamanan siber dan pengujian kerentanan pengendalian keamanan siber. ......Cyber attacks that are increasing and varied require a model that is able to increase resilience and awareness of the threat of cyber-disaster attacks. This study develops a cyberdisaster situation awareness model that is able to describe two stages of the process, namely the assessment of the level of cyber disaster threat risk and a cybersecurity vulnerability testing framework through audit methods, tabletop exercise and penetration testing. This study uses a formal risk method fuzzy FMEA and temporal risk. The results of the first study showed that the cyberdisaster situation awareness model was able to increase cyber security resilience. This model illustrates that with the fuzzy FMEA method, the highest level score of disaster risk is the threat of ransomware attacks and earthquakes. From the two highest risk values, validation of the factors that affect the level of awareness in dealing with the threat of ransomware and earthquakes was carried out through a survey of 152 respondents. The survey results show that cyber disaster response decisions are influenced by factors such as system capability (p < 0.05), knowledge factor (p < 0.05), and awareness of disaster situations (p < 0.05). The second research shows that a cybersecurity vulnerability testing framework with a temporal risk approach can help improve cyber resilience and security. The audit testing method, tabletop exercise and penetration testing will produce two risk classifications, namely tolerable risk and intolerable risk. This study also uses an application to help measure the level of cybersecurity risk based on Annex ISO 27001: 2013. The results of risk assessment with testing the audit method based on annex ISO 27001:2013 found that the acceptable level of risk is the acquisition, development and maintenance of the system, with a security performance index value of 38.29%. For the results of the tabletop exercise test method, it was found that there was no high or unacceptable risk level, with a security performance index value of 75%. And for the test results using the penetration testing method, it shows that the unacceptable risk is access control and communication security, with a security control index value of 16.66%. From the findings of these vulnerabilities, corrective actions are taken through applications to increase cyber resilience and security. These corrective actions result in 100% security performance meeting the annex ISO 27001:2013. The novelty of this research is the concept of a cybersituation awareness framework model that is able to assess cybersecurity threat risks and test cybersecurity control vulnerabilities.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Edwina Renaganis
Abstrak :
Perusahaan XYZ merupakan start up baru yang bergerak di bidang properti. Dalam pembuatan aplikasi yang digunakan perusahaan XYZ, kualitas dari suatu API merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Untuk menjamin kualitas API dalam pengembangan aplikasi, perusahaan XYZ menggunakan metode pengecekan manual. Namun, pada implementasinya penggunaan manual testing memiliki beberapa kekurangan yang menghambat proses pengembangan seperti tidak dapat meng-handle issue setelah development serta waktu yang kurang efisien dalam melakukan testing. Alasan tersebut membuat tim quality assurance engineer merasa perlunya transformasi dari manual testing menjadi automation testing. Pada penelitian ini akan ditentukan testing tool yang paling sesuai untuk kebutuhan perusahan dengan membandingkan Mocha-Chai, Karate DSL, Postman. Adapun beberapa faktor yang menjadi kriteria pemilihan yaitu kemudahan dalam set up dan penggunaan, performansi yang dijadikan sebagai tolak ukur waktu menjalankan test serta keselarasan dengan tujuan perusahaan yaitu untuk mengatasi issue setelah deployment serta mengefisiensi waktu dalam melakukan testing. Setelah implementasi dilakukan, didapatkan hasil bahwa Karate DSL memenuhi kriteria kemudahan dalam set up dan penggunaan, performansi, dan keselarasan dengan tujuan perusahaan. Karate DSL unggul pada aspek kemudahaan penggunaan dan performansi dibandingkan dengan kedua tools lainnya, tools ini cocok untuk menggunaan jangka panjang. Penulis menyarankan kepada perusahaan XYZ untuk menggunakan testing tools tersebut karena dapat memudahkan pengujian API. ......XYZ company is a new start-up engaged in the property sector. In developing the application used by XYZ company, the quality of an API is one thing that needs to be considered. To ensure API quality in application development, XYZ company uses a manual checking method. However, in its implementation, the use of manual testing has several shortcomings that hinder the development process such as not being able to handle issues after development and inefficient time in doing testing. This reason makes the quality assurance engineer team feel the need to transform from manual testing to automated testing. In this study, the author will determine the most suitable testing tool for the company’s needs by comparing Mocha - Chai, Karate DSL, Postman. Several factors become the selection criteria, namely ease of setup and use, performances that are used as a time benchmark for running the test, and alignment with the company’s goals, namely to overcome issues after deployment and save time in testing. After implementation, it was found that DSL Karate met the criteria for ease of setting up and usage, performance, and alignment with company goals. Karate DSL excels in terms of ease of use and performance compared to the other two tools, this tool is suitable for long-term use. The author suggests the company XYZ to use this testing tool because it can facilitate API testing.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bishop, Matt
Boston: Addison-Wesley, 2003
005.8 BIS c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cohen, Frederick B.
New York: John Wiley & Sons, 1995
005.8 COH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wold, Geoffrey H.
Rolling Meadow, Illinois: Bankers Publishing, 1989
658.478 WOL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>