Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jessica Sere Minenda
"[ABSTRAKbr
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fear of intimacy dan adiksi cybersex pada dewasa muda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan responden penelitian sebanyak 972 dewasa muda yang pernah melakukan aktivitas cybersex. Fear of intimacy diukur dengan adaptasi Fear of Intimacy Scale (FIS), sementara adiksi cybersex diukur dengan adaptasi Internet Sex Addiction Screening Test (ISST). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan (r = 0,180, p < 0,01, one tail) antara fear of intimacy dan adiksi cybersex pada dewasa muda. Dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi fear of intimacy, maka semakin banyak gejala adiksi cybersex yang ditunjukkan oleh dewasa muda.
;The aim of this research is to examine the relationship between fear of intimacy and cybersex addiction among young adults. This quantitative study assessed 972 young adults in Indonesia who have ever done cybersex activities. The adaptation of Fear of Intimacy Scale is used to measure fear of intimacy while the adaptation of Internet Sex Addiction Screening Test is used to measure cybersex addiction. The result of this research showed that fear of intimacy positively correlated significantly (r = 0,180, p < 0,01, one-tail) with cybersex addiction among young adults. Therefore, the higher someone’s fear of intimacy, the more signs of cybersex addiction shown among young adults.
, The aim of this research is to examine the relationship between fear of intimacy and cybersex addiction among young adults. This quantitative study assessed 972 young adults in Indonesia who have ever done cybersex activities. The adaptation of Fear of Intimacy Scale is used to measure fear of intimacy while the adaptation of Internet Sex Addiction Screening Test is used to measure cybersex addiction. The result of this research showed that fear of intimacy positively correlated significantly (r = 0,180, p < 0,01, one-tail) with cybersex addiction among young adults. Therefore, the higher someone’s fear of intimacy, the more signs of cybersex addiction shown among young adults.
]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Chandra Clarasita
"[Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gejala adiksi cybersex dan kepuasan perkawinan pada pelaku cybersex yang telah menikah. Sebanyak 171 pelaku cybersex yang telah menikah menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi online questionnaire yang berisikan item-item yang mengukur gejala adiksi cybersex dan kepuasan perkawinan. Gejala adiksi cybersex diukur dengan menggunakan alat ukur Internet Sexual Screening Test (ISST) yang dikonstruksi oleh Delmonico (1997, dalam Delmonico & Miller, 2003). Berdasarkan alat ukur tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata skor adiksi cybersex responden penelitian sebesar 11,33. Selanjutnya kepuasan perkawinan diukur dengan menggunakan alat ukur Marital Satisfaction Scale (MMS) yang dikonstruksi oleh Roach, Frazier, dan Bowden (1981). Berdasarkan alat ukur tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata skor kepuasan perkawinan responden penelitian sebesar 210,82. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gejala adiksi cybersex memiliki hubungan yang signifikan dan berkorelasi negatif dengan kepuasan perkawinan pada pelaku cybersex yang telah menikah (r = -.630, p < .01, two tails)., This study was conducted to examine the correlation between symptom of cybersex addiction and marital satisfaction on married cybersex users. A total of 171 married cybersex users become participants in this study by completing an online questionnaire that contains items that measure symptom of cybersex addiction and marital satisfaction. Symptom of cybersex addiction was measured by using a measuring instrument Internet Sexual Screening Test (ISST), which is constructed by Delmonico (1997, in Delmonico & Miller, 2003). Based on the measuring instrument, it can be seen that the average symptom of cybersex addiction by study respondents is 11,33. Furthermore, marital satisfaction was measured by using a measuring instrument Marital Satisfaction Scale (MMS), which is constructed by Roach, Frazier, and Bowden (1981). Based on the measuring instrument, it can be seen that the average marital satisfaction scores by study respondents is 210,82. Results of this study indicate that symptom of cybersex addiction has a significant relationship and negatively correlated with marital satisfaction on married cybersex users (r = -.630, p < .01, two tails).
]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imadudin Zanky
"Sikap terhadap aktivitas seksual online dan perceived peer norms memiliki beberapa dampak dalam kehidupan seksual, seperti keterlibatan seseorang dalam perilaku seksual berisiko. Sikap seseorang terhadap aktivitas seksual online ditemukan memiliki hubungan dengan aktivitas seksual online. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perceived peer norms sebagai moderator terhadap hubungan sikap terhadap OSA dengan aktivitas seksual online pada emerging adulthood di Indonesia. Partisipan penelitian ini berjumlah 462 dengan karakteristik berusia 18-25 tahun dan aktif menggunakan internet dari berbagai wilayah di Indonesia. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Attitude Towards Online Sexual Activity Scale untuk mengukur sikap terhadap OSA, Online Sexual Activities Questions untuk mengukur Online Sexual Activity (OSA) dan perceived peer norms scale untuk mengukur perceived peer norms. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Hayes Macro Process. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap OSA memiliki hubungan positif yang signifikan dengan OSA (β=.1884, t(462)=4.5161, p<.05). Selain itu, variabel lain yang memiliki hubungan yang signifikan dengan OSA adalah jenis kelamin dan orientasi seksual. Meskipun demikian, perceived peer norms tidak memoderatori hubungan sikap terhadap OSA dengan OSA (β=-.0023, t(462)=-1.5836, p>.05). Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan penelitian ini gagal menolak hipotesis null, seperti keterlibatan OSA partisipan yang kurang merata serta persentase jenis kelamin dan orientasi seksual yang cukup berbeda, serta terdapat kemungkinan perceived peer norms sebagai independen variabel.
......Attitudes towards online sexual activity and perceived peer norms has several impacts on sexual life, such as involvement in OSA and risky sexual behavior. A person's attitude towards online sexual activity was found to have a correlation with online sexual activity.This study aims to examine the effect of perceived peer norms as a moderator on the relationship between Attitude Towards OSA and online sexual activity in Indonesian emerging adults. This study was conducted on 462 participants with individual characteristics in the period 18-25 years and actively using the internet from various regions in Indonesia. The measurement tools used for this study were The Attitude Towards Online Sexual Activity Scale to measure the variable of Attitude Towards OSA, Online Sexual Activities Questions to measure the variable Online Sexual Activity and perceived peer norms scale to measure the variable of perceived peer norms. Data is analyzed using Hayes Macro Process. Results showed there was a significant positive correlation between Attitude Towards OSA and OSA (β=.1884, t(462)=4.5161, p<.05). In addition, other variables that have a significant relationship with OSA are gender and sexual orientation. Perceived peer norms did not significantly moderate the relationship between Attitude Towards OSA and OSA (β=-.0023, t(462)=-1.5836, p>.05). There were several reasons which could cause this study failed to reject the null hypothesis, such as the uneven involvement of the participant OSA and the quite different percentages of the participants' gender and sexual orientation, as well as there is a possibility of perceived peer norms as independent variables."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Improvia Ejie Danissa
"Pengalaman negatif remaja dapat membentuk konsep diri negatif salah satunya adalah pengalaman pelecehan seksual online. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengalaman pelecehan seksual online terhadap konsep diri remaja putri. Penelitian cross sectional ini melibatkan sejumlah 427 sampel remaja puteri yang diseleksi dengan quota sampling. Kuesioner menggunakan Cyber-Sexual Experiences Questionnaire versi Bahasa Indonesia untuk pengalaman pelecehan seksual online dan Adolescents’ Self-Concept Short Scale versi Bahasa Indonesia untuk menilai konsep diri. Penelitian ini menunjukkan sebagian besar remaja putri yang pernah mengalami pelecehan seksual online sebanyak 76,3% dan sebanyak 47,8% memiliki konsep diri yang rendah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pengalaman pelecehan seksual online terhadap konsep diri remaja putri melalui hasil analisis uji Chi Square didapatkan p-value 0,001. Hasil penelitian ini merekomendasikan perlunya rehabilitasi dan konseling kepada remaja yang mengalami dampak sosial akibat pengalaman seksual online.
......Negative experiences, including cyber sexual harassment, can lead to a negative self-concept toward adolescents. This research aims to identify the correlation between cyber sexual harassment experiences and the self-concept of female adolescents. This quantitative research uses a correlational descriptive design and a cross-sectional approach involving 427 samples of female adolescents determined using quota sampling. This research uses the Cyber-Sexual Experiences Questionnaire Indonesian version to examine cyber sexual harassment experiences and the Adolescents’ Self-Concept Short Scale Indonesian version to assess self-concept. This research shows that the majority of female adolescents who have experienced online sexual harassment are 76.3% and as many as 47,8% of female adolescents have a low self-concept. The research results show that there is a correlation between cyber sexual harassment experiences and the self-concept of young women, as can be seen from the results of the Chi-Square test analysis, i.e., the p-value was 0.001. The results of this study recommend the need for rehabilitation and counseling for female adolescents who experience social impacts due to cyber sexual harassment experiences."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teresa Almaputri Lestario
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran neurotisisme terhadap kecanduan aktivitas seksual daring dengan mengontrol jenis kelamin dan lama penggunaan internet sebagai variabel kovariat. Partisipan penelitian berjumlah 181, yang terdiri dari 102 perempuan dan 79 laki-laki. Karakteristik individu pada periode emerging adulthood yang berumur 18-25 tahun dan aktif dalam menggunakan internet. Alat ukur yang digunakan untuk penelitian adalah International Personal Pool Big Five Factor Model version 50 items (IPIP-BFM-50) untuk mengukur neurotisisme dan Internet Sex Screening Test (ISST) yang digunakan untuk mengukur kecanduan aktivitas seksual daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa neurotisisme tidak memiliki peran yang signifikan terhadap kecanduan aktivitas seksual daring (β= .057, t(181) =1.539, p<.05). Analisis terhadap variabel kovariat menemukan bahwa  jenis kelamin dan lama penggunaan internet memiliki hasil yang signifikan terhadap kecanduan aktivitas seksual daring. 
......This study aims to examine the role of neuroticism in cybersexual addiction with controlling gender and duration internet use as covariate variables. This study was conducted on 181 participants, which consisted of 102 women and 79 men. The characteristics of individuals were in the emerging adulthood period aged 18-25 and active in using the internet. The measurement instruments used are International Personal Pool Big Five Factor Model version 50 items (IPIP-BFM-50) for measuring neuroticism and Internet Sex Screening Test (ISST) for measuring cybersexual addiction. The result of this study showed that neuroticism did not have a significant role in cybersexual addiction, (β= .057,t(181) =1.539, p<.05). Analysis of the covariate variables found that gender and duration of the internet use had significant results on cybersexual addiction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover