Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sari Nuriswarawati
Abstrak :
PT Kawasan industri Jababeka merupakan suatu perusahaan swasta yang bergerak di bidang pengembangan kawasan industri di daerah Cikarang, kabupaten daerah tingkat II Jawa Barat. Pada kawasan ini terdapat 1008 buah industri yang bergerak di berbagai bidang. Limbah cair yang dihasilkan bermacam-macam. Pengolahan Limbah cair ini dilakukan secara terpadu dengan menggunakan proses Lumpur aktif dengan menggunakan oxidation ditch. Efluen Iimbah cair ini harus memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999. Efluen ini dibuang ke saluran Cikarang Bekasi Laut. Menurut data analisis Laboratorium Jababeka, nilai COD masih di atas baku mutu sehingga perlu penanganan lebih lanjut. Selain itu limbah Lumpur aktif (waste activated sludge) yang dihasilkan cukup banyak sehingga menjadi beban ekonomi bagi pengelola karena biaya pembuangannya cukup mahal. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh Jababeka dalam hal limbah cair industri di Jababeka. 2. Untuk mengetahui proses pengolahan limbah cair industri di VVWTP Jababeka. 3. Untuk mengetahui kemampuan aktivator biologis untuk mereduksi TS, TVS, TSS dan COD dalam Oxidation flitch dalam rangka upaya minimasi limbah cair industri di Jababeka. Penelitian ini bersifat deskriptif dan eksperimental dengan membuat pilot oxidation ditch yang merupakan scale down oxidation ditch VVWTP Jababeka. Eksperimen dilakukan dengan ulangan sebanyak empat kali dalam berbagai variasi dosis (0,5 ml, 2,5 mf, 5 ml) dengan waktu detensi 24 jam. Kemudian eksperimen dilakukan dengan variasi waktu detensi (24 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 jam) untuk dosis aktivator biologis 0,5 ml dan 5 ml. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan penurunan parameter dengan variasi dosis. Kesimpulan dari penelitian ini: 1. Pengelolaan Iimbah cair di Kawasan Industri Jababeka sudah mengikuti arahan yang terdapat dalam Amdal Kawasan namun hasilnya tidak efektif terutama dalam hal pemantauan limbah cair industri. 2. Proses pengolahan limbah cair Kawasan industri Jababeka yang menggunakan metode lumpur aktif dengan oxidation ditch plant menghasilkan efluen yang sudah memenuhi baku mutu SK Gubernur Jawa Barat kecuali nilai COD yang masih di atas baku mutu. Selain itu, Oksigenasi oxidation ditch kurang, tidak adanya emergency plant menyebabkan rotor oxidation ditch tripped. Nilai MISS lumpur aktif pun cukup tinggi. 3. Kemampuan aktivator biologis dalam berbagai dosis untuk mereduksi TS, TVS, TSS dan COD dalam oxidation ditch dalam rangka upaya minimasi limbah cair industri menghasilkan kesimpulan bahwa dosis tidak berpengaruh pada kenaikan TVS dan penurunan TSS namun dosis berpengaruh pada kenaikan TS dan penurunan COD. Namun, perlu ada yang perlu digarisbawahi, dalam percobaan ini, masih dalam skala laboratorium sehingga untuk bisa dioperasionalkan harus di scale up dengan menggunakan pickle number. Penelitian ini menghasilkan saran: 1. Beban pemantauan lingkungan yang selama ini ditanggung PT Kawasan Industri Jababeka hendaknya dipindahkan ke masing-masing industri dengan mengirimkan efluen limbahnya ke laboratorium yang ditunjuk dan memberikan laporan langsung kepada Jababeka 2. Perlu ada perbaikan dari sistem oxidation ditch seperti penambahan tangki ekualisasi untuk menghindari shock loading, perbaikan oksigenasi pada oxidation ditch dengan menambah jumlah rotor. 3. Dalam pengelolaan limbah dapat ditambah aktivator biologis 0,5 mill agar dapat menurunkan COD sampai dengan di bawah baku mutu lingkungan.
Jababeka Industrial Estate is private company which develops industrial area in Cikarang, Bekasi, West Java. There are 1008 industries operate in Jababeka that produce wastewater everyday. The wastewater treatment of these industries is integrated in one plant using activated sludge process. According to the laboratory annual report, COD of supernatant is over the standard of Governor Decree of West Java No. 6 Year 1999. The activated sludge process also produces wasted sludge that cost a lot of money because the disposal is expensive. The aims of this research are: 1. To know environmental management in wastewater industry that implemented in Jababeka. 2. To know wastewater treatment process in Jababeka. 3. To know the removal of TS, TVS, TSS and COD by addition of Bio-Activator. This research used descriptive and experiment method by using two oxidation ditch pilot which a scale down of Jababeka oxidation ditch. This experiment is repeated four times with various dosage of Bio-Activator (0,5 m11L, 2,5 mi1L and 5 ml1L). The results are: 1. Jababeka has implemented environmental management in wastewater industry that stipulated in the environmental impact assessment of Jababeka but environmental control isn't goad enough, 2. Lack of oxygenation in oxidation ditch, sometimes oxidation ditch is tripped because there is no equalization tank, MLSS of sludge is very thick, because the activated sludge process is not in optimum condition. 3. There is no significant removal differences in various dosage except COD but can be used to reduce COD.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wulandari
Abstrak :
ABSTRAK
Tidak semua material, pada setiap proyek konstruksi, digunakan dalam proses pembangunan proyek tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya kerusakan dan kehilangan material selama proses konstruksi berlangsung. Kedua hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan program pencegahan pencemaran sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan penghematan biaya.

Pengamatan dilakukan pada proyek rumah tinggal, khususnya pada tahap pembuatan dinding di lantai satu, yag difokuskan pada pemakaian batu bata, semen, pasir dan cat serta kondisi lingkungan kerja yang ada di lokasi penelitian.

Persentase limbah yang terjadi selama proses pengerjaan dinding diperoleh dengan membandingkan antara nilai pekerjaan secara teoritis dan pada pelaksanaan. Persentase pemakaian lebih besar jika dibandingkan dengan teoritis (bata = 6-27%, semen = 7-99% dan pasir = 21-271%). Selain itu, dibandingkan juga nilai yang tercantum pada dokumen penawaran (RAB) dengan nilai pada pelaksanaan dengan hasil persentase pemakaian lebih kecil jika dibandingkan dengan TAB (bata = 5-12%, semen = 0-115%, pasir = 4-179%), sedangkan untuk pemakaian cat didapat hasil yang lebih besar dari RAB (31-40%). Dari hasil-hasil tersebut, diusulkan beberapa solusi untuk mengurangi maupun untuk menghilangkan masalah yang ada. Sedangkan untuk kondisi lingkungan kerja yang diamati, diusulkan untuk memperbaiki kondisi yang masih kurang baik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan program pencegahan pencemaran dapat meminimisasi pemakaian material bangunan, menghemat pengeluaran dan biaya operasional serta memperbaiki kondisi lingkungan kerja proyek.
2001
S34799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Novian Siddik
Abstrak :
Dunia konstruksi telah berkembang dengan pesatnya, sehingga dimana-mana kita dapat melihat proses konstruksi atau proses perubuhan bangunan sedang berlangsung. Proses ini akan menghasilkan limbah konstruksi dan perubuhan yang dapat dikelompokkan menjadi : material yang dapat didaur ulang (recyclable), limbah berbahaya (hazardous waste), dan landfill material (Johnston dan Mincks, 1992). Limbah konstruksi dan perubuhan yang dihasilkan semakin besar terutama di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat yaitu sebesar 23 % dari total volume limbah padat (Johnston dan Mincks, 1992). Karena itu industri konstruksi merasakan kebutuhan untuk mengurangi besarnya limbah yang dihasilkan proyek-proyek mereka, sehingga perusahaan-perusahaan konstruksi dapat mengurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan pengelolaan limbah tersebut. Selain itu potensi penghematan biaya pada proyek-proyek mereka dapat diperbesar antara lain dengan cara pemanfaatan kembali material sisa ataupun material bekas pakai dengan baik. Penelitian kali ini difokuskan pada masalah pengelolaan limbah yang dihasilkan dari proyek perubuhan di Jakarta, terutama untuk mengidentifikasikan aliran material limbah kayu dari pihak yang menghasilkan sampai pemanfaatan kembali. Dari data-data yang didapat berdasar hasil pengamatan langsung ke proyek-proyek perubuhan dan interview terhadap pihak-pihak yang terkait, seperti tukang bongkar bangunan, penjual dan pengrajin material limbah bekas, diketahui terdapat kecenderungan-kecenderungan penggunaan kembali material limbah kayu dari sumbernya pada bangunan sampai dengan konsumen penggunanya. Hasil penelitian mi memberikan identifikasi aliran material limbah kayu dari pihak yang menghasilkan sampai pemanfaatan kembali, yang dihasilkan dari proyek perubuhan di Jakarta. Aliran tersebut adalah sebagai berikut: Proyek perubuhan akan menghasilkan limbah kayu bekas yang akan dibeli oleh tukang bongkar. Apabila tukang bongkar tersebut memiliki tempat pengrajinan, maka kayu bekas tersebut akan diolah sendiri. Jika tidak atau ketika tukang bongkar tersebut sedang membutuhkan uang cash, maka kayu bekas tersebut akan dijual kepada pedagang atau pengrajin lain untuk diolah. Pengolahan yang dilakukan bermacam-macam sehingga menghasilkan perabotan untuk kalangan menengah atas, kusen untuk bangunan menengah atas, kayu yang dijual secara satuan untuk bangunan kelas bawah dan proyek-proyek konstruksi, kayu bakar untuk industri pembuat batu bata.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library