Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eva Nirmala
"ABSTRAK
Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan di Indonesia sementara ini hanya pada buah,biji, umbi, daun, kulit dan bunga. Bagian tumbuhan yang lain seperti batang, tangkai, sekam dan jerami umumnya belum dimanfaatkan. Bagian-bagian tumbuhan tersebut merupakan limbah hasil pertanian yang diantaranya banyak mengandung selulosa.
Sekarang ini penggunaan karbon aktif banyak sekali industri-industri baik pangan maupun non pangan untuk memurnikan hasil dari produksinya. Karbon aktif yang ada dipasaran harganya cukup mahal maka salah satu sumber alternatif yang dapat dijadikan karbon aktif adalah tongkol Jagung yang berasal dari limbah pertanian. Hal ini sangat memungkinkan karena dilihat dari bahan yang dikandungnya tongkol jagung banyak mengandung selulosa. Di Indonesia tongkol jagung diperkirakan akan terus meningkat jumlahnya mengingat jagung menempati urutan kedua sebagai makanan pokok setelah beras. Maka diperkirakan jumlah tongkol jagung juga akan terus meningkat.
Pembuatan karbon aktif melalui tiga tahapan yaitu dehidrasi, karbonisasi dan aktivasi. Aktivasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan cara aktivasi kimia. Aktivator yang digunakan adalah ZnCl2 dengan konsentrasi 10%( w/v ).
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah semakin tinggi suhu aktivasi maka daya serap semakin baik dan semakin lama waktu aktivasi juga akan meningkatkan daya serap dari karbon aktif tongkol jagung. Diperoleh hasil yang maksimal dari penelitian ini yaitu dengan suhu 500oC selama 3 jam. Untuk daya serap terhadap l2 adalah 734,45 mg/gr, Metilen Biru sebanyak 1100 ml/gr, logam Pb2+ berkurang sebanyak 18,01%, zat warna merah berkurang sebanyak 14,88%, zat warna hijau berkurang sebesar 9,19%, da minyak kemiri dengan hasil yang tidak berate."
1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Justin Edgar
"Co-pyrolysis antara bonggol jagung dengan plastik polipropilena dilakukan di dalam reaktor tangka berpengaduk menggunakan gas CO2 sebagai gas pembawa karena ketersediaannya yang melimpah dan harganya yang murah. Percobaan dilakukan pada berbagai komposisi bonggol jagung dan plastik polipropilena untuk memperhitungkan pengaruh komposisi pada yield dan kualitas minyak nabati yang dihasilkan. Laju alir gas yang digunakan adalah 750 mL/menit dan laju pemanasan sebesar 5°C/menit hingga suhu mencapai 500°C.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yield gas non-kondensibel dan char yang dihasilkan lebih banyak, sedangkan yield minyak nabati lebih sedikit dibandingkan saat gas N2 digunakan sebagai gas pembawa. Derajat percabangan molekul pada fraksi non-polar minyak nabati yang dihasilkan terbukti lebih besar dan kandungan aromatiknya lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar komersial. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fianna Utomo
"Bonggol jagung memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan menjadi bio-oil oleh karena banyaknya limbah pertanian jagung Indonesia. Selain itu, limbah plastik juga berlimpah di Indonesia, terutama plastik polipropilena. Co-pyrolysis antara bonggol jagung-plastik polipropilena memiliki efek sinergetik yang mengubah sebagian fraksi polar dari bio-oil menjadi fraksi non-polar yang mengandung senyawa non-oksigenat sebagai bahan baku untuk sintesis biofuel. Pada percobaan ini, pirolisis dari fraksi non-polar dilakukan untuk memproduksi bio-oil yang memiliki karakteristik yang dekat dengan bensin. Pirolisis dilakukan pada dua tahapan, di mana tahap pertama adalah co-pyrolysis untuk memproduksi fraksi non-polar dan tahap kedua adalah untuk mempirolisis fraksi non-polar tersebut untuk menurunkan viskositasnya menjadi dekat dengan viskositas bensin. Kedua tahap pirolisis akan dilakukan dalam reaktor tabung berpengaduk pada suhu 100 RPM, heating rate 5°C/menit, dan laju alir nitrogen 750 mL/menit pada tekanan gas nitrogen 3 bar. Variasi yang dilakukan berupa suhu akhir pirolisis tahap kedua. Produk bio-oil dikarakterisasi menggunakan H-NMR, GC-MS, LC-MS, FTIR, dan viskometer. Yield dan viskositas bio-oil dari hasil pirolisis tahap kedua bergantung kepada suhu akhir pirolisis, di mana semakin tinggi suhu, yield akan semakin tinggi dan viskositas juga cenderung untuk semakin tinggi. Adapun bio-oil dengan suhu akhir pirolisis tahap kedua 300°C memiliki karakteristik yang paling dekat dengan bensin.

Corncobs biomass has a high potential to be developed into bio oil because of large amount of maize farm waste in Indonesia. In addition, plastic waste is also abundant in Indonesia, especially polypropylene. Co pyrolysis between corncobs and polypropylene has a synergetic effect that transforms some polar fraction of bio oil into non polar fraction containing non oxygenate compounds as precursor for synthesis of biofuel. In the present work, pyrolysis of the non polar fraction of bio oil was led to produce bio oil which had similar characteristics to that of gasoline. The pyrolysis was carried out in two stages, where the first stage was co pyrolysis to produce non polar bio oil and the second stage was pyrolysis of non polar fraction to reduce its viscosity similar to that of gasoline. The first and second stage pyrolysis was carried out in a stirred tank reactor at 100 RPM, heating rate of 5°C min and nitrogen flow rate of 750 mL min under 3 bar nitrogen gas pressure with the second stage pyrolysis final temperature varied. The resulting bio oil product was characterized by FT IR, GC MS, H NMR, viscometer and LC MS. Bio oil viscosity and yield of the second stage pyrolysis heavily depended on its final temperature, in which the higher the temperature, the higher was the viscosity, yet the higher was the bio oil yield. Bio oil with secondary pyrolysis final temperature of 300°C has the most similarities to gasoline characteristics. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
His Muhammad Bintang
"Dengan tren perkembangan sumber energi baru terbarukan EBT dan mobil listrik, tuntutan akan piranti penyimpan energi PPE berperforma tinggi tidak dapat dihindari. Peningkatan yang signifikan telah dicapai melalui penelitian mengenai mekanisme penyimpanan energi dan penelitian material baru. Saat ini, PPE dengan kepadatan energi tinggi diwakilkan oleh baterai, dan PPE dengan kepadatan daya tinggi diwakilkan oleh superkapasitor. Namun beberapa aplikasi membutuhkan kepadatan energi dan daya yang tinggi. Solusinya adalah kapasitor ion lithium, yang menggabungkan mekanisme kerja dari baterai dan superkapasitor.
Pada penelitian ini, setengah sel kapasitor ion lithium disusun menggunakan elektroda berbahan karbon aktif yang telah tersedia secara komersial dan karbon aktif yang disintesis dari limbah tongkol jagung. Pengujian BET menunjukkan bahwa proses aktivasi dapat meningkatkan luas permukaan spesifik SSA dari karbon tongkol jagung lima kali lebih tinggi, yaitu mencapai 615,448 m /g. Sementara pengujian elektrokimia menunjukkan bahwa semakin tinggi SSA, maka kapasitas spesifik menjadi lebih besar. Dari tiga elektroda yang berbeda, elektroda berbahan karbon aktif komersial menunjukkan performa yang lebih unggul dengan kapasitas spesifik sebesar 91,85 mAh/g.

Nowadays, the development of renewable energy and electric carsmaking the demand for high performance energy storage devices unavoidable. Significant improvements have been achieved through research on energy storage mechanisms and investigation on new materials. At this time, the high energy density energy storage is represented by batteries, and high power density device is represented by supercapacitors. However, some applications require both of high energy and power density. The solution is combining the mechanism of the battery and the supercapacitor as lithium ion capacitor.
In this study, half cell lithium ion capacitor were assembled using commercially available activated carbon electrodes and activated carbon electrodes synthesized from corncob waste. The BET test shows that the activation process can increase the specific surface area SSA of corncob carbon up to five times higher, reaching 615,448 m g. While electrochemical characterization shows that the higher the SSA, the higher specific capacity achieved. From three different electrodes, commercial activated carbon electrodes show superior performance with a specific capacity of 91.85 mAh g.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Ahmad Anindria
"Bonggol jagung merupakan salah satu biomassa yang memiliki jumlah yang berlimpah di Indonesia. Dengan pirolisis, bonggol jagung dapat dikonversi menjadi bio-oil yang mengandung senyawa seperti furan, fenol, dan turunannya yang dapat dimanfaatkan sebagai pengekstraksi aromatik pada minyak pelumas mentah. Banyaknya kandungan aromatik pada pelumas dapat mempengaruhi sifat fisik pelumas yang menyebabkan gesekan pada bagian-bagian mesin yang dilumasi. Objektif penelitian ini adalah memperoleh fraksi furan, fenol, dan turunannya dari pirolisis yang dapat dimanfaatkan sebagai pelarut aromatik pada pelumas yang optimal. Pirolisis dilakukan pada reaktor berpengaduk dengan heating rate 5oC/menit, suhu maksimal 500oC, dan dialirkan gas N2 dengan laju alir 900 mL/menit. Bio-oil hasil pirolisis mengandung berbagai senyawa yang tidak diinginkan, salah satu yang paling dominan adalah asam karboksilat 37, sementara kandungan furan 13 dan fenol 7. Isolasi fraksi furan dan fenol dilakukan dengan penambahan NaOH dan sentrifugasi untuk menghasilkan dua fasa terpisah, yaitu fasa asam karboksilat serta fasa furan dan fenol. Fasa furan dan fenol mengandung furan 13 dan fenol 27 serta tidak ada kandungan asam karboksilat. Ekstraksi aromatik dilakukan dengan menggunakan fasa furan dan fenol dan pelumas mesin yang dicampur dengan p-xylene sebagai senyawa model aromatik pada suhu konstan 40oC selama 60 menit. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa semakin besar rasio berat pelarut terhadap pelumas, sisa aromatik yang terdapat pada rafinat semakin sedikit, dan semakin sedikit jumlah aromatik awal pada pelumas, efektivitas melarutkan aromatik semakin besar.

Corncob is one of the biomass which has abundant amount in Indonesia. Through pyrolysis, corncobs can be converted into bio oils containing compounds such as furans phenol, and its derivatives which can be utilized as extractants of aromatics in raw lubricant oil. In high temperature, the aromatic content in engine lubricants can affect physical properties of the lubricants causing wearing on engine parts. The object of this research is to utilize the fraction of furan, phenol, and its derivatives from pyrolysis as an optimum aromatic extractant. Pyrolysis has been done in a stirred tank reactor with a heating rate of 5oC min, a maximum temperature of 500oC and flow rate N2 of 900mL min. Bio oil from pyrolysis contains many undesired compounds, one of which was carboxylic acid as the predominant compounds 37, while furan content was 13 and phenol 7. Isolation of furan and phenol fractions has been achieved by the addition of NaOH and then centrifugation to produce two separated phases the carboxylic acid phase and the furan and phenol phase. Furan and phenol phase contains 13 furan and 27 phenol with no carboxylic acid content. The aromatic extraction was performed using furan and phenol phase and an engine lubricant mixed with p xylene as an aromatic compound model at constant temperature of 40oC for 60 minutes. Experiment result shows that the greater the weight ratio of solvent to lubricant, the lower is the aromatic residual present in the raffinate and the lower the initial aromatic content in lubricant, the greater the effectiveness of aromatic extraction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library