Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tiada masyarakat yang tidak menghadapi masalah kejahatan, karena masalah kejahatan adalah gejala yang normal di dalam masyarakat. Ia merupakan sisi gelap dari masyarakat, dan ia pula merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. …."
IKI 2:10 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indiana Ngenget
"Penelitian ini dilakukan pertama, untuk menganalisis faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya kekerasan oleh aparat Kepolisian dalam kasus Wasior tahun 2001. Kedua, untuk menganalisis mengapa kekerasan dalam konfiik Wasior tahun 2001 berkembang menjadi masalah politis. Ketiga, untuk melihat bagaimana dampak kekerasan oleh aparat Kepolisian bagi masyarakat di Wasior.
Asumsi teoritik yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori negara, teori kekuasaan, teori kebijakan, teori integrasi nasional, teori pertahanan dan keamanan , teori konflk, teori kekerasan, teori hak asasi manusia (HAM),teori otonomi daerah, teori hak ulayat. teori ekonomi politik kekerasan (poiiticai economy of violence), Penelitian ini menggunakan metode kualitaiif dengan teknis analisa deskripiif analitis. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah kajian dokumen serta kepustakaan, dipadukan dengan wawancara secara terbatas.
Temuan dari penelitian ini adalah tanah Papua sebagai Salah salu provinsi di Indonesia yang subur akan konfIik. Sehingga sejarah konflik yang panjang di daerah ini, menyebabkan peristiwa kekerasan senantiasa muncul dengan berbagai faktor yang melingkupinya dalam skala Iuas, baik yang dilakukan oleh aparat negara lndonesia,TNI dan Polri ataupun oleh berbagai komponen masyarakat sipil Papua dengan orientasi politik dan kepentingan masing-masing. Gambaran potensi konflik dan kekerasan yang meluas, menandakan kekerasan di tanah Papua bisa datang dari berbagai faktor yang saling berkaitan dan dapat dipetakan variabel mana saja yang paling potensial mempengaruhi terjadinya kekerasan.
Secara umum kasus Wasior ini dapat mencerminkan berbagai kasus konflik dan kekerasan yang ditengarai oleh masyarakat bahwa aparat negara, TNI dan Polri kerap melakukan bisnis keamanan (security Business) di daerah rawan konflik, tidak terkecuali di Papua. Hal ini rnenggambarkan bahwa masalah keamanan merupakan private business di negara ini,dimana pihak yang bisa membayar aparat keamanan akan memperoleh iasa keamanan. Umumnya aparat negara melakukan pembenaran atas kehadirannya di area komersial sumber daya alam, berpijak sebagai tugas pengamanan obyek vital strategis negara, namun hal ini tidak dapat diterapkan dalam kasus wasior tahun 2001.
Hasil dan analisis menunjukkan bahwa Konflik dan kekesasan dalam kasus Wasior tahun 2001, sejatinya tidak hanya mengabaikan nilai-nilai hak asasi manusia (HAM) dari masyarakat di seputar Wasior, namun juga menggambarkan pola lama dan aparat negara Indonesia,TNl dan Polri dalam melakukan pembenaran atas semua kebijakan penanganan keamanan di Iapangan yang sangat represif. Aparat Polri mengadakan pengalihan atau pengaburan masalah, dari permasalahan ekonomi dan sosial budaya semata menjadi permasalahan politis melaIui politik stigmanisasi (separatis).
Implikasi teoritik dari penelitian ini adalah adanya benang merah antara pemasalahan konflik dan kekerasan di tanah Papua dengan sisi historis proses integrasi suatu wilayah yang dilakukan oleh negara dengan segenap kekuasaan dan otoritasnya. Eksistensi kedaulatan negara diwujudkan oleh berbagai kebijakan negara yang terkadang menafikan nilai-nilai dasar dari hak-hak rakyat sipil yang menuntut pengakuan atas nilai adat dan budayanya. Aparat negara dalam hal ini Kepolisian telah meluaskan perannya dalam area komersial sumber daya alam dan melakukan kekerasan secara kasat mata dalam menangani suatu konflik."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T22412
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desty Ayu Dewanty
"Kriminalitas merupakan masalah sosial yang signifikan dan terus berkembang seiring dengan peradaban manusia. Salah satu bentuk kriminalitas yang serius adalah kriminalitas akibat penyalahgunaan kekuasaan, di mana individu yang memiliki otoritas atau kekuasaan cenderung melakukan tindak kriminal. Kriminalitas merupakan tema utama yang terdapat pada film Loz Jogjakartoz. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bentuk-bentuk kriminalitas dan dinamika psikologis yang mempengaruhi tindakan kriminalitas oleh individu yang berkuasa dalam film Loz Jogjakartoz. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Data yang didapat berupa dialog dan adegan dalam film Loz Jogjakartoz (2021). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat bentuk kriminalitas berupa kriminalitas fisik seperti penganiayaan ringan, penganiayaan berat, dan penyerangan dengan senjata tajam; kriminalitas terhadap harta benda berupa penipuan transaksi dan perampasan kepemilikan; serta kriminalitas kerah putih seperti pemerasan halus dan penyuapan. Hal ini merupakan bentuk-bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang teridentifikasi dalam film. Dinamika psikologis pelaku menunjukkan kompleksitas motivasi dan justifikasi moral yang digunakan untuk melegitimasi tindakan kriminalitas mereka. Penelitian ini memberikan wawasan mengenai fenomena kriminalitas akibat penyalahgunaan kekuasaan serta faktor-faktor psikologis yang mendasarinya.

Crime is a significant social problem that continues to evolve along with human civilization. One serious form of criminality is criminality due to abuse of power, where individuals who have authority or power tend to commit crimes. Criminality is a major theme found in the movie Loz Jogjakartoz. The purpose of this research is to better understand the forms of criminality and the psychological dynamics that impact criminal behavior by individuals in positions of authority in the film Loz Jogjakartoz. The method used is descriptive-qualitative, according to Sigmund Freud's psychoanalysis theory. The data obtained is in the form of dialogues and scenes in the film Loz Jogjakartoz (2021). The results of the analysis show that there are forms of criminality in the form of physical criminality such as light maltreatment, serious maltreatment, and assault with sharp weapons; criminality against property in the form of fraudulent transactions and deprivation of ownership; and white-collar criminality such as subtle extortion and bribery. These are the forms of abuse of power identified in the movie. The psychological dynamics of the perpetrators show the complexity of motivations and moral justifications used to legitimize their criminal acts. This research provides insight into the phenomenon of criminality due to abuse of power and the underlying psychological factors.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Billy Yansen
"ABSTRAK
Skripsi ini berawal dari adanya isu tindakan kriminal yang semakin marak terjadi pada ruang publik, terutama pada fasilitas parkir. Salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya tindak kriminal adalah ruang tempat kejadian, yang menyediakan tempat untuk dilakukannya tindakan tersebut. Sehingga, pendekatan perancangan ruang (CPTED) dapat menjadi salah satu metode yang objektif untuk mencegah tindak kejahatan dibandingkan dengan metode kriminologi yang memandang tindak kriminal dari perspektif pelaku. Tujuan skripsi ini adalah menganalisis kaitan antara elemen ruang (komposisi ruang, wayfinding, dan pencahayaan) dengan aspek pencegahan tindak kriminal (pengawasan dan akses control). Kesimpulan studi menunjukkan bahwa elemen ruang dapat dirancang dan dimanipulasi untuk mencapai aspek pengawasan dan akses control sebuah ruang sehingga dapat mencegah terjadinya tindak kriminal.

ABSTRAK
This undergraduate thesis begins with the issue that statistically, criminality happens more often in public spaces, especially parking facilities. One of the main factors that contributes to the existence of criminality is the crime scene that afford the act of crime. Therefore, a spatial design approach (CPTED) can be a more objective method to prevent criminality compared to conventional method that focuses merely on the criminals. This thesis aims to analyze the relations between spatial elements (layout, wayfinding, and lighting) and crime preventions aspects (surveillance and access control). The study in this thesis concludes that spatial elements of a space can be designed and manipulated to achieve certain quality of surveillance and access control and thus can prevent the act of crime."
2016
S63653
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library