Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia Chandra Devi
"Latar belakang: Angka terjadinya karies di Indonesia masih cenderung tinggi. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi terjadinya karies di Indonesia mencapai 88,8%. Pada gigi dengan karies yang telah meluas hingga pulpa dan periapeks, perawatan saluran akar perlu dilakukan untuk mempertahankan dan mengembalikan fungsi gigi. Namun, kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan manfaat perawatan, serta diperberat oleh berbagai faktor hambatan dapat berakibat kepada kepatuhan dalam menjalankan prosedur perawatan saluran akar. Kondisi ini dapat menyebabkan terhambatnya prosedur perawatan dan mempengaruhi keberhasilan perawatan saluran akar.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan kesadaran pasien mengenai prosedur perawatan saluran akar dengan kepatuhan pasien dalam menjalankan perawatan. Mengetahui tingkat pengetahuan, kesadaran, kepatuhan dan hambatan pada pasien perawatan saluran akar.
Metode: Studi analitik observasional pada 105 responden yang pernah menjalani perawatan saluran akar menggunakan kuesioner E-survey tentang pengetahuan, kesadaran hambatan, dan kepatuhan prosedur perawatan saluran akar, dengan pendekatan cross sectional secara purposive sampling.
Hasil: Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan cukup (48,57%), kesadaran baik (77,14%), kepatuhan baik (85,71%) dan hambatan rendah (52,38%). Terdapat hubungan searah antara pengetahuan dengan kepatuhan terhadap prosedur perawatan walau lemah (rho:0,287) namun sangat bermakna p:0,003), terdapat hubungan searah antara kesadaran dengan kepatuhan walau lemah (rho:0,371) namun juga sangat bermakna (p:0,000); dan antara faktor hambatan dengan kepatuhan walau terlihat tidak bermakna (p:0,590) namun tetap terdapat hubungan yang berlawanan (rho:-0,053).
Kesimpulan: Responden pada penelitian ini menunjukkan memiliki pengetahuan yang cukup, kesadaran yang baik, dan kepatuhan yang baik, serta faktor hambatan yang rendah tentang prosedur perawatan saluran akar. Terdapat hubungan yang searah antara pengetahuan dan kesadaran dengan kepatuhan, serta hubungan yang berlawanan antara faktor hambatan dengan kepatuhan dalam menjalankan prosedur perawatan saluran akar gigi.
......Background: Nowadays, Indonesia still has a high rate of caries. Based on Riskesdas data in 2018, the prevalence of caries in Indonesia reached 88.8%. When caries are allowed to spread, it will cause irreversible pulp and periapical disease, so root canal treatment is necessary to preserve the tooth. The level of knowledge, awareness and barriers factors will result in compliance in root canal treatment procedures. This situation in some patients causes discontinuation of root canal treatment.
Objective: To analyze the relationship between the level of knowledge, awareness, and barriers factors to the level of patient compliance regarding root canal treatment procedures. Knowing the level of knowledge, awareness, compliance, and barriers factors for root canal treatment patients.
Methods: An observational analytic study with a cross-sectional approach on 105 patients who had undergone root canal treatment obtained by purposive sampling. The instrument used is a questionnaire about knowledge, awareness, barriers factors, and compliance to root canal treatment procedures, adapted from several E-Survey studies.
Results: Most of the respondents had a sufficient level of knowledge (48.57%), good awareness (77.14%), good compliance (85.71%), and low barriers factors (52.38%). There is a unidirectional association between knowledge to treatment procedures compliance. However, weak (rho: 0.287) but very significant (p: 0.003), there is a unidirectional association between awareness to compliance although weak (rho: 0.371) but also very significant (p: 0.000); and between the barriers to compliance, although it looks insignificant (p: 0.590), there is has an opposite relationship (rho: -0.053).
Conclusion: Respondents in this study showed sufficient knowledge, good awareness, and good compliance, as well as low barrier factors regarding root canal treatment procedures. There is a direct association between knowledge and awareness of compliance and an opposite association between barriers to compliance in root canal treatment procedures."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yori Rachmia Riva
"Berdasarkan hasil RISKESDAS 2018 penyakit gigi dan mulut terbanyak di Indonesia adalah karies gigi. Salah satu upaya kuratif karies gigi adalah dilakukan restorasi pada gigi tersebut. Resin komposit adalah salah satu bahan restorasi gigi yang memiliki nilai estetik, sifat fisik, sifak mekanik, dan biokompatibilitas yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi dari resin komposit dengan komponen utama filler silika dengan penambahan additional filler titanium dioksida dan carbon nanotubes. Pembuatan resin komposit dilakukan dengan cara silanisasi partikel filler kemudian dilakukan pengadukan filler dengan matriks resin sampai berbentuk pasta. Resin komposit tersebut dicetak menggunakan mold kemudian dilakukan penyinaran dengan LCU selama 20 detik. Penilaian karakterisasi resin komposit dilakukan dengan beberapa metode, antara lain: SEM, FTIR, Vickers Hardness Test, dan Polymerization Shrinkage. Sampel dibagi menjadi tiga grup, yaitu: grup I adalah resin komposit dengan komposisi filler sebanyak 55%, grup II adalah resin komposit dengan komposisi filler silika sebanyak 50% dan titanium dioksida sebanyak 5 %, dan grup III adalah resin komposit dengan komposisi filler silika sebanyak 50% dan carbon nanotubes 5 %. Gambaran SEM sampel grup I memperlihatkan adanya agglomerasi dari partikel filler silika. Gambaran SEM sampel grup II menunjukkan terdapat microcrack pada permukaan resin komposit. Gambaran SEM struktur pasta sampel grup III menunjukkan partikel carbon nanotubes (CNTs) dan silika berhasil menyatu dengan matriks resin komposit. Hasil penelitian menunjukkan sampel grup I memiliki nilai Degree of Conversion dan Vickers hardness paling tinggi dari grup sampel lain. Sedangkan, grup sampel II memiliki volume pengerutan paling kecil dibandingkan grup sampel lain.

Based on the 2018 RISKESDAS results, the majority of dental and oral diseases in Indonesia are dental caries. A tooth restoration is one of the curative treatments of dental caries. Dental composite resins are one of the dental restorative materials that have a great aesthetic, biocompatibility, physical, and mechanical properties. This study aims to determine the characterization of composite resins with the main component of the silica filler with the addition of titanium dioxide and carbon nanotubes. Composite resin is synthesized by silanizing the filler particles and then mixing the filler with the resin matrix to form a paste. The composite resin is molded using a mold and then irradiated with LCU for 20 seconds. Samples were divided into three groups. They are group I containing composite resin with silica filler composition of 55%, group II containing composite resin with silica filler composition by 50%, and titanium dioxide by 5%, and group III containing composite resin with silica filler composition as much as 50% and carbon nanotubes 5%. Several methods are used to characterize the composite resin, including SEM, FTIR, Vickers Hardness Test, and Polymerization Shrinkage. SEM images of group I samples show agglomeration of silica filler particles. SEM image of group II samples indicates that there is a microcrack on the surface of the composite resin. SEM images of the structure of paste group III show carbon nanotubes (CNTs) and silica particles successfully fused with the composite resin matrix. The result showed that group sample I had the highest degree of conversion and Vickers hardness values than the other sample groups. Meanwhile, sample group II had the lowest shrinkage volume compared to other sample groups."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Vianti
"Latar Belakang: Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyakit kronis terbesar di dunia termasuk di Indonesia. Tujuan penelitan untuk menguji hubungan antara karies gigi, penyakit periodontal dengan penyakit kardiovaskular pada usia produktif di Indonesia. Metode: Studi potong lintang menggunakan data survei kesehatan nasional (RISKESDAS) untuk menganalisis hubungan antara karies gigi, penyakit periodontal dengan penyakit kardiovaskular yang mempertimbangkan faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular yang lain. Analisis dibatasi pada populasi yang memiliki data pemeriksaan klinis gigi dan berusia 20-64 tahun. Ada 24.325 subjek masuk dalam analisis. Analisis chi-square digunakan untuk menilai hubungan bivariat, dan analisis regresi logistik ganda untuk menilai hubungan karies gigi, penyakit periodontal dengan penyakit kardiovaskular yang dikontrol kovariat untuk memperoleh hubungan murni. Hasil: Ada hubungan bermakna secara statistik (p < 0,05) antara karies gigi dengan penyakit kardiovaskular setelah dikontrol variabel umur (AOR 2,255;95%CI:1,333-3,814). Ada hubungan bermakna secara statistik (p < 0,05) antara kehilangan perlekatan periodontal dengan penyakit kardiovaskular setelah dikontrol dengan umur, gangguan emosional, diabetes dan hipertensi (AOR1,454;95%CI:1,129-1,873). Kesimpulan: Penelitian ini menambahkan bukti faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi pada penyakit kardiovaskular.
......Background: Cardiovascular diseases is the highest cause of death in Indonesia. Dental caries and periodontal diseases are the biggest chronic diseases in the world, including in Indonesia. The research aimed to examine the relationship between dental caries, periodontal disease, and cardiovascular disease in productive age in Indonesia. Methods: A cross-sectional study using national health survey data (RISKESDAS) to analyze the association between dental caries, periodontal disease, and cardiovascular disease considering other risk factors for cardiovascular disease. Analysis was restricted to the population who had dental clinical examination data and were aged 20-64 years. There were 24,325 subjects included in the analysis. Chi-square analysis was used to assess the bivariate relationship, and multiple logistic regression to assess the relationship between dental caries, periodontal disease, and cardiovascular disease which were covariate controlled to obtain a pure relationship. Results: There was a statistically significant relationship (p <0.05) between dental caries and cardiovascular disease after controlling for age (AOR 2.255;95% CI:1.333-3.814). There was a statistically significant relationship (p <0.05) between periodontal attachment loss and cardiovascular disease after controlling for age, emotional disturbances, diabetes, and hypertension (AOR1.454;95%CI:1.129-1.873). Conclusion: This study adds to the evidence of major modifiable risk factors in cardiovascular disease"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Hasna Adilah
"Metode deteksi karies menggunakan pemeriksaan visual secara langsung terkadang menjadi hambatan pada skrining karies gigi, terutama jika dilakukan dalam komunitas besar seperti pada basis sekolah, di tambah dengan pandemi virus Covid-19. Smartphone photography dapat menjadi alat alternatif untuk deteksi karies gigi pada program skrining karies gigi jarak jauh berbasis sekolah sehingga dapat mengurangi kebutuhan sumber daya manusia, alat, bahan, dan dana serta memperluas jangkauan sekolah yang terjaring. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, akurasi, dan reliabilitas penggunaan smartphone photography sebagai alat deteksi karies gigi pada murid Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penelitian ini adalah studi cross-sectional yang tergolong dalam studi observasional deskriptif. Penelitian ini melakukan analisis uji diagnostik terhadap smartphone photography dibandingkan dengan metode pemeriksaan visual secara langsung untuk deteksi karies gigi permanen. Hasil penelitian menunjukkan smartphone photography merupakan alat yang sensitif, spesifik, akurat, dan reliable untuk deteksi karies gigi permanen sebagai alternatif pada program skrining gigi dan mulut jarak jauh. Dengan pemberian informasi dan pelatihan sederhana, siswa SMP Nugraha Bandung cukup mampu untuk melakukan prosedur pengambilan foto intra oral menggunakan kamera smartphone untuk kebutuhan pemeriksaan karies gigi jarak jauh.
......Direct visual examination sometimes becomes an obstacle for dental caries screening, especially if it is carried out in large communities such as on a school basis, coupled with the Covid-19 pandemic. Smartphone photography can be an alternative tool for detecting dental caries in school-based remote screening programs. This method can reduce the need for human resources, tools, materials, and funds as well as expanding the reach of schools that are examined. The purpose of this study was to determine the sensitivity, specificity, accuracy, and reliability of smartphone photography as a screening tool for dental caries in junior high school students. This research is a cross-sectional study which is classified as a descriptive observational study. This research analyzes the diagnostic accuracy of smartphone photography compared to the direct visual examination method for detecting dental caries on permanent teeth. The results showed that smartphone photography is a sensitive, specific, accurate, and reliable tool to detect dental caries on permanent teeth, and can be used as an alternative for a school-based remote dental screening programs. By providing simple information and training, students at SMP Nugraha Bandung are quite capable to take intra-oral photos using smartphone camera."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Levina
"Perkembangan karies gigi terkait erat dengan karakter kariogenik Streptococcus mutans, yang menyebabkan pembentukan plak gigi. Propolis dilaporkan sebagai agen antibakteri karena mengandung flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Lilin propolis adalah residu dari ekstrak propolis yang masih mengandung flavonoid.
Tujuan: Menganalisis efektivitas pasta gigi dengan kandungan lilin propolis terhadap pertumbuhan koloni Streptococcus mutans dan penurunan indeks plak dan membandingkannya dengan pasta gigi yang mengandung propolis.
Metode: 24 subjek bebas karies diinstruksikan untuk menyikat gigi dua kali sehari menggunakan pasta gigi uji selama 7 hari dan tidak melakukan pembersihan gigi selain sikat gigi. Dilakukan pemeriksaan sebelum dan sesudah penggunaan pasta gigi uji. Akumulasi plak dihitung menggunakan indeks plak Silness-Loe. Sampel plak dikumpulkan dari permukaan bukal insisif atas untuk penghitungan bakteri Streptococcus mutans. Data dianalisis secara statistik menggunakan uji Wilcoxon dan uji Kruskal Wallis.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara penggunaan pasta gigi dengan kandungan lilin propolis dan propolis.
Kesimpulan: Pasta gigi dengan kandungan lilin propolis dan pasta gigi dengan kandungan propolis memiliki efek antibakteri pada Streptococcus mutans, sehingga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pasta gigi untuk mencegah karies gigi.
......The development of dental caries was closely associated with Streptococcus mutans, which leads to the forming of dental plaque. Propolis has been reported as a potent antimicrobial material by containing flavonoids those can inhibit growth of Streptococcus mutans. Propolis wax is a residue of propolis extract that still contains flavonoids.
Aim: To analyze the effect of toothpaste containing propolis wax on the growth of Streptococcus mutans and formation of dental plaque in free caries subjects and to compare it with toothpaste containing propolis.
Methods: 24 subjects were instructed to brush their teeth twice daily using the assigned toothpaste and refrain from any other oral hygiene procedures throughout the duration of the study. The patients were examined at the first visit as baseline record and after 7 days for comparison. The plaque accumulation were scored using Silness Loe Plaque Index. Plaque samples were collected from buccal surface upper incisors for bacterial count. The data was statistically analyzed using Wilcoxon test and Kruskal Wallis test.
Results: No statistically significant difference was noted between propolis wax and propolis groups.
Conclusion: Both toothpastes have good antimicrobial effect on caries producing bacteria Streptococcus mutans, thus can be used in patients as a regular home care preventive aid in combating dental caries."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lamya
"

ABSTRAK

Kualitas sumber daya manusia di suatu negara dapat dilihat dari derajat kesehatan masyarakatnya. Hal ini meliputi kesehatan tubuh secara menyeluruh ataupun kesehatan gigi dan mulut secara khusus. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut di negara berkembang termasuk Indonesia tergolong masih sangat rendah. Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di negara-negara berkembang lainnya dibidang kesehatan gigi dan mulut  adalah karies gigi.Salah satu tujuan oral health2020 yang telah disepakati World Health Organization (WHO), Federation Dentaire Internationale(FDI) dan International Association for Dental Research(IADR) untuk penyakit gigi di Indonesia adalah mengurangi komponendecaypada usia 12 tahun. Namun, pada survey nasional Riskesdas tahun 2007 sampai dengan tahun 2018 jumlah penderita karies terus mengalami peningkatan, oleh karena itu pada penelitian kali ini difokuskan untuk melihat hubungan antara konsumsi kariogenik dan menyikat gigi terhadap pengalaman karies gigi tetap pada kelompok usia 12 tahun karena pada usia ini hampir seluruh gigi tetap telah erupsi, kecuali gigi geraham dua dan tiga. Metode:Penelitian cross-sectional pada 540 anak berusia 12 tahun melalui pemeriksaan klinis dan wawancara yang didapatkan dari data Riskesdas 2018. Hasil: Prevalensi karies gigi untuk anak usia 12 tahun adalah 65,1%. Karies memiliki perbedaan bermakna yang siginfikan (p<0,05) dengan self reported of oral health, sosial ekonomi, dan domisili. Namun, tidak memiliki perbedaan bermakna secara signifikan (p>0,05) dengan konsumsi makanan kariogenik dan menyikat gigi. Kesimpulan:tidak ada hubungan antara anak yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan kariogenik dan memiliki frekuensi menyikat gigi yang baik dengan jumlah karies gigi.


ABSTRACT

......The quality of human resources in a country can be assessed from the degree of public health includes bodily health in general as well as oral health specifically. Awareness of the importance of maintaining oral health in developing countries, including Indonesia, is still very low. The biggest oral health problem in Indonesia as well as in other developing countries is dental caries. One of the 2020 oral health goals that has been approved by the World Health Organization (WHO), the Federation of Dentaire Internationale (FDI) and the International Association for Dental Research (IADR) for dental disease in Indonesia is to reduce the tooth decay component of 12 year-old children. However, based on the Riskesdas data from 2007 to 2018, the number of caries experiences continued to increase, therefore this study aims to determinethe relationship between cariogenic consumption and tooth brushing behavior on dental caries experience in the 12-year age group because at this age almost all permanent teeth had erupted, except for two and three molars. Methods:A cross-sectional study of 540 children aged 12 years old through clinical examinations and interviews using Riskesdas 2018 data. Results: The prevalence of dental caries in children aged 12 years was 65.1%. There was a statistically significant difference (p <0.05) between dental caries and self reported of oral health, socioeconomic, and domicile, but there was no significant difference (p>0,05) between dental caries and cariogenic food consumption and tooth brushing. Conclusion:there is no correlation between children who have the habit of consuming cariogenic food and have a good frequency of tooth brushing with the number of dental caries.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gracia Abygail Jasmine
"Latar Belakang: Karies merupakan kondisi yang terjadi akibat plak pada permukaan
gigi yang menetap dan menumpuk dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu bakteri
early colonizers biofilm yang berperan besar dalam karies adalah Streptococcus mutans.
Bakteri ini telah lama dianggap sebagai agen penting dalam perkembangan karies. Selain
bakteri, organisme lain seperti fungi Candida albicans juga dapat membentuk biofilm
multi-/lintas-spesies pada permukaan gigi. C. albicans dan S. mutans diketahui dapat
berinteraksi secara sinergis dalam proses terjadinya karies. Saat ini, golden standard obat
kumur untuk mencegah dan mengangani karies adalah Chlorhexidine gluconate, namun
penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan efek samping lokal dan iritasi mukosa.
Propolis merupakan salah satu bahan alami yang dapat menjadi alternatif untuk
digunakan dalam produk perawatan mulut karena memiliki sifat antikaries dan antiplak.
Tujuan: Menganalisis dampak pemberian obat kumur propolis 5% terhadap kuantitas S.
mutans dan C. albicans pada biofilm dual-spesies, in vitro. Metode: Dilakukan uji
pembentukan biofilm dual species S. mutans (ATCC 25175) dan C. albicans (ATCC
10231) yang dipaparkan obat kumur propolis 5% kemudian diinkubasi selama 24 jam.
Uji q-PCR dilakukan untuk melihat jumlah S. mutans dan C. albicans pada biofilm dualspesies.
Hasil: Jumlah C. albicans dan S. mutans pada biofilm-dual spesies yang
diberikan perlakuan propolis lebih banyak dibandingkan pada kelompok kontrol yang
diberikan perlakuan aquades. Kesimpulan: Obat kumur propolis 5% tidak memiliki efek
positif yang cukup dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dan S. mutans pada
biofilm dual-spesies.
......Background: Caries is a condition that occurs due to plaque on the tooth surface that
persists and accumulates over a long time. One of the biofilms early colonizers bacteria
that play a major role in caries is Streptococcus mutans. This bacterium has long been
considered an important agent in the development of caries. Apart from bacteria, other
organisms such as Candida albicans can also form multi-/cross-species biofilms. C.
albicans and S. mutans are known to have synergistic interactions in the process of caries
formation. Currently, the golden standard mouthwash for preventing and treating caries
is Chlorhexidine gluconate, but long-term use can cause local side effects and mucosal
irritation. Propolis is one of the natural ingredients that can be an alternative for use in
oral care products because it has anti-caries and anti-plaque properties. Aim: To analyze
the effect of 5% propolis mouthwash on the quantity of S. mutans and C. albicans in dualspecies
biofilms. Methods: Biofilm formation test of dual-species S. mutans (ATCC
25175) and C. albicans (ATCC 10231) was performed which were exposed to 5%
propolis mouthwash and then incubated for 24 hours. RT-PCR test was performed to
analyze the number of S. mutans and C. albicans in dual-species biofilms. Results: The
number of C. albicans and S. mutans in biofilm-dual species treated with propolis was
higher than in the control group treated with distilled water. Conclusion: 5% Propolis
mouthwash did not have enough positive effects on inhibiting the growth of C. albicans
and S. mutans in dual-species biofilms."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila
"Hubungan sinergistik antara bakteri etiologi karies Streptococcus mutans dan jamur patogen Candida albicans merupakan salah satu faktor yang berperan dalam memperparah penyakit karies. Ekstrak propolis memiliki kandungan fenolat dan flavonoid yang tinggi dan menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih kuat. Telah diobservasi bahwa propolis mampu menginhibisi pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan jamur Candida albicans Tujuan: Menganalisis dan mengetahui pengaruh pemberian obat kumur propolis 5% terhadap pertumbuhan biofilm dan interaksi bakteri Streptococcus mutans dan jamur Candida albicans. Metode: Dilakukan uji pembentukan biofilm dual species Streptococcus mutans ATCC 25175 dan Candida albicans ATCC 10231. Kemudian biofilm diinkubasi dengan durasi 24 jam. Uji massa biofilm dilakukan dengan menggunakan crystal violet assay. Pengamatan inverted mikroskop setelah inkubasi 0 jam, 3 jam, dan 24 jam untuk melihat kepadatan biofilm. Hasil: Jumlah massa biofilm dual spesies Streptococcus mutans dan Candida albicans yang diukur menggunakan crystal violet pada kelompok kontrol aquades menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan propolis. Hal ini juga didukung oleh pengamatan melalui inverted microscope yang menunjukan pembentukan biofilm yang lebih padat pada kelompok kontrol aquades dibandingkan kelompok perlakuan propolis. Kesimpulan: Terdapat indikasi jika pemberian obat kumur propolis menghambat pertumbuhan biofilm Streptococcus mutans dan Candida albicans tetapi obat kumur propolis tidak mempengaruhi interaksi sinergis antara bakteri Streptococcus mutans dan jamur Candida albicans.
......The synergistic relationship between the caries etiology bacteria Streptococcus mutans and the pathogenic fungus Candida albicans is one of the factors that play a role in exacerbating caries disease. Propolis extract has a high content of phenolics and flavonoids and shows stronger antibacterial activity. It has been observed that propolis is able to inhibit the growth of Streptococcus mutans and Candida albicans fungi. Objective: Analyze and determine the effect of 5% propolis mouthwash on biofilm growth and the interaction of Streptococcus mutans and Candida albicans fungi. Methods: Biofilm formation test of dual species Streptococcus mutans ATCC 25175 and Candida albicans ATCC 10231 was performed. Then the biofilm was incubated for 24 hours. Biofilm mass test was carried out using crystal violet assay. Inverted microscopy observations after 0 hours, 3 hours, and 24 hours of incubation to see the density of the biofilm. Results: The total mass of biofilms of dual species Streptococcus mutans and Candida albicans as measured using crystal violet in the distilled water control group showed higher results compared to the propolis treated group. This was also supported by observations through an inverted microscope which showed a denser biofilm formation in the aquades control group than the propolis treatment group. Conclusion: There are indications that propolis mouthwash inhibits Streptococcus mutans and Candida albicans biofilm growth but propolis mouthwash does not affect the synergistic interaction between Streptococcus mutans bacteria and Candida albicans fungi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariani Rafitha
"Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang ditandai dengan kerusakan jaringan permukaan gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam suatu fermentasi karbohidrat. Karies gigi dan obesitas keduanya merupakan penyakit multifaktorial yang terkait dengan kebiasaan diet makan dan beberapa faktor gaya hidup yang umum pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara obesitas dengan karies gigi pada anak usia 7-12 tahun di Kabupaten Badung Provinsi Bali 2018. Penelitian ini menggunakan desain pendekatan crossectional dengan jumlah sampel sebanyak 426 anak beserta ibu yang diambil dari seluruh murid kelas 1-5 SD di 3 SDN yang terpilih secara acak sederhana. Hasil regresi logistic dengan analisis mutivariat menunjukan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara obesitas dan karies gigi setelah mengkontrol variabel ketiga, yang terbukti secara statistik dengan p value 0,003 dan OR 1,830. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak dengan obesitas memiliki resiko 2 kali untuk mengalami karies gigi dibandingkan anak yang tidak obesitas. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan sekolah dapat mengembangkan program UKS/UKGS yang sudah ada seperi membentuk dokter kecil atau kader kesehatan di sekolah untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sebagai upaya pemberdayaan siswa-siswi di sekolah.
......Dental caries is an infectious disease characterised by dental tissue damage caused by microorganisms in a carbohydrate fermentation. Dental caries and obesity are both multifactorial illnesses associated with eating habits and some lifestyle factors in children. This study aims to see the relationship between obesity with dental caries in children aged 7-12 years in Badung district of Bali province in 2018. This study used a crossectional design with a total sample of 426 children and mothers taken from all students of class 1-5 elementary school in 3 schools selected by random sampling method. Logistic regression results with multivariate analysis showed that there was a significant relationship between obesity and dental caries after controlling the third variable, which statistically proven with p-value 0,003 and OR 1,830. Thus, it concluded that children with obesity have two times greater risk of dental caries than children who are not obese. Based on these results, schools are expected to develop UKS / UKGS programs such as establishing health cadres in schools to convey health information as an effort to empower students in schools."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Caryabudi
"Latar belakang: Jus buah bersifat asam sehingga meningkatkan risiko karies dan erosi gigi. Sebaliknya, saliva dengan mekanisme buffering-nya berperan dalam menetralkan asam. Tujuan: Mengetahui perubahan pH saliva setelah mengonsumsi jus jeruk kemasan, jus jeruk segar, dan jus lemon segar. Metode: Subjek usia 18-22 tahun diberi perlakuan mengonsumsi ketiga jenis jus jeruk. Nilai pH saliva diukur setelah 1-30 menit. Hasil: Perubahan pH saliva setelah konsumsi ketiga jenis jus tidak melewati pH kritis 5,5. Kesimpulan: Mekanisme buffering saliva normal mampu menetralkan asam dari jus jeruk kemasan dan jus jeruk segar sehingga pH saliva pada waktu 1-30 menit setelah konsumsi jus tidak melewati pH kritis.
......Background: Fruit juices are acidic, thus increase the risk of dental caries and dental erosion. On the other hand, buffering mechanism of saliva has role in neutralizing acid. Objective: To find out changes in saliva pH after consumption of commercial orange juice, fresh orange juice and fresh lemon juice. Method: Subjects with age range of 18-22 are given 3 types of orange juice. Saliva pH is measured after 1-30 minutes. Result: Changes in saliva pH after consumption of all three juices didn’t reach the critical pH of 5.5. Conclusion: Normal saliva buffering mechanism can neutralize acid from commercial orange juice and fresh orange juice so that saliva pH in 1-30 minutes after consumption of juice did not reach critical pH."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>