Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Khumairotuz Zahra
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dengan prevalensi 88,8% dan masih menjadi masalah yang serius tidak hanya bagi perawatan kesehatan gigi, tetapi juga kesehatan secara umum. Karies gigi disebabkan oleh bakteri patogen utama dalam rongga mulut yaitu Streptococcus mutans yang memetabolisme karbohidrat menjadi asam. Selain itu, terdapat Streptococcus sanguinis yang tidak hanya merupakan bakteri komensal, tetapi juga bakteri perintis koloni yang turut berkontribusi dalam pembentukan biofilm sehingga memfasiltiasi perlekatan bakteri patogen ke permukaan gigi. Oleh karena itu, agen antibakteri terhadap karies gigi terus dikembangkan, termasuk tanaman obat. Sampai saat ini, 50% masyarakat Indonesia masih memanfaatkan tanaman obat dan 96% di antaranya merasakan manfaatnya. Salah satu tanaman obat yang terus diteliti khasiatnya adalah akar manis. Akar manis atau Glycyrrhiza glabra L. merupakan tanaman obat asli Indonesia yang dibudidayakan dalam skala besar dengan sistem budidaya yang telah dikenal oleh petani. Akar manis memiliki banyak manfaat di bidang medis, khususnya sebagai agen antibakteri. Akar manis mengandung senyawa kimia yaitu glycyrrhizin, flavonoid, tanin, saponin, dan glabridine yang diketahui memiliki efek antibakteri.
Tujuan: Menganalisis efektivitas ekstrak etanol akar manis dalam menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis, serta membandingkan efektivitas antibakterinya dengan kontrol positif (chlorhexidine).
Metode: Aktivitas antibakteri ekstrak etanol akar manis terhadap Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis dievaluasi dengan uji kadar hambat minimum (KHM) dan uji kadar bunuh minimum (KBM) dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125% (v/v). Selanjutnya, uji statistik komparasi dengan One-way ANOVA dilakukan.
Hasil: Ekstrak etanol akar manis dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans dengan nilai KHM dan KBM yaitu 6,25% dan 50%. Sementara itu, ekstrak juga dapat mengambat pertumbuhan serta membunuh bakteri Streptococcus sanguinis dengan nilai KHM dan KBM yaitu 25% dan 50%. Hasil uji statistik One-way ANOVA tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna dalam kedua kelompok (p>0.05).
Kesimpulan: Ekstrak etanol akar manis mampu menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis yang dapat berpotensi menjadi agen antibakteri terhadap karies gigi. Selain itu, tidak terdapat perbedaan efektivitas antara ekstrak etanol akar manis dengan kontrol positif (chlorhexidine).

Background: Dental caries is a major problem of oral health in Indonesia faced by 88,8% Indonesian population which poses a serious problem for dental health care as well as general health. Streptococcus mutans is the major causative pathogen of dental caries which metabolize carbohydrates into acids. In the other hand, Streptococcus sanguinis which are not only commensal bacteria, but also early colonizers contribute to the formation of biofilms thereby facilitating the adhesion of pathogenic bacteria to the tooth surface. Therefore, antibacterial agents against dental caries continue to be developed, including medicinal plants. To date, 50% of Indonesian people have been used medicinal plants and 96% of them feel the benefits. One of the medicinal plants which efficacy continues to be studied is licorice. Licorice or Glycyrrhiza glabra L. is a native Indonesian medicinal plant that has been cultivated on a large scale with cultivation system which has been known by farmers. Licorice has many benefits in the medical field, especially as an antibacterial agent. Licorice contains various chemical compounds such as glycyrrhizin, flavonoids, tannins, saponins, glabridine which are known to perform antibacterial effects.
Objective: To analyze the effectiveness of ethanol extract of licorice in inhibiting growth and killing Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis colonies and comparing the effectiveness of its antibacterial properties with the positive control (chlorhexidine).
Methods: The antibacterial activity of ethanol extract of licorice against Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis was evaluated by minimum inhibitory concentration (MIC) test and minimum bactericidal concentration (MBC) with the concentrations of 50%, 25%, 12.5%, 6, 25%, and 3.125% (v/v). Furthermore, One-way ANOVA comparative statistical test was performed.
Results: The ethanol extract of licorice inhibit growth and kill Streptococcus mutans colonies with MIC and MBC values of 6.25% and 50%, respectively. The extract can also inhibit growth and kill Streptococcus sanguinis with MIC and MBC values of 25% and 50%. The One-way ANOVA statistical test results did not show any significant difference within the two groups (p> 0.05).
Conclusions: The ethanol extract of licorice can inhibit growth and kill Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis colonies which may potentially be antibacterial agents against dental caries. In addition, there was no difference in effectiveness between ethanol extract of licorice root and positive control (chlorhexidine).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Quintessence, 2001
617.672 TIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Rasnita
Jakarta: EGC, 2016
617.67 RAS k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Levy Jeremy
"Silver Diamine Fluoride SDF sudah terbukti sebagai cairan yang dijadikan sebagai agen antikaries. Namun Silver Diamine Fluoride dapat meninggalkan noda hitam pada permukaan gigi dimana Silver Diamine Fluoride tersebut diaplikasikan serta menghasilkan rasa metal. Propolis Fluoride adalah salah satu temuan untuk menggantikan Silver Diamine Fluoride sebagai agen antikaries tanpa memiliki efek samping yang sama.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi aktivitas antimikrobial dari Propolis Fluoride dalam menghamabat pembentukan biofilm S.mutans dan dibandingkan dengan Silver Diamine Fluoride. Terdapat 3 variasi konsentrasi dari Propolis Fluoride yang diuji yaitu 3,3 Ekstrak Propolis 2,139 Fluoride , 6,3 Ekstrak Propolis 2,139 Fluoride , dan 10 Ekstrak Propolis 2,139 Fluoride.
Metode: Suspensi S.mutans dikultur di dalam Brain Heart Infusion cair dan dan agar. Lalu suspensi diteteskan ke dalam 96-well plate dan dipaparkan dengan Propolis Fluoride lalu diinkubasi di dalam suasana anaerob selama 20 jam. Dilanjutkan dengan pemaparan kristal violet 0,5 pada 96-well plate dan pembacaan untuk mengukur besarnya Optical Density menggunakan microplate reader dengan gelombang 570 nm.
Hasil: Potensi Propolis Fluoride 10 EP 2,139 Fluoride setara dengan potensi Silver Diamine Fluoride 38 . dalam menghambat pembentukan biofilm S.mutans. Hasil uji ANOVA dari Propolis Fluoride 10 EP 2,139 Fluoride p = 0,08.
Kesimpulan: Potensi Propolis Fluoride dalam menghambat pembentukan biofilm S.mutans dapat disetarakan dengan potensi inhibisi Silver Diamine Fluoride 38.

Background: Silver Diamine Fluoride is a liquid that has been proven to be an anti caries agent. But it leaves a black stain on the surface of the teeth where it was aplicated and it also have a metalic taste. Propolis Fluoride is one of the finding to replace Silver Diamine Fluoride as an anti caries agent without having the same side effect.
Objective: The aim of this study is to evaluate the antimicrobial activity of Propolis Fluoride in inhibiting S.mutans biofilm formation in comparison to Silver Diamine Fluoride. There are three different variant of Propolis Fluoride concentration which is 3,3 Propolis Extract 2,139 Fluoride , 6,3 Propolis Extract 2,139 Fluoride , and 10 Propolis Extract 2,139 Fluoride.
Methods: The suspension of S.mutans were cultured in Brain Heart Infusion broth and agar. Then the suspension was shed into 96 well plate and combined with Propolis Fluoride. Later, 96 well plate were incubated in anaerobic enviroment for 20 hour. Crystal violet 0,5 then shed into the 96 well plate. The amount of biofilm inhibition were evaluated using microplate reader in 570nm wavelength to find the amount of the Optical Density OD. Then the concentration were measure in OD then converted into percentage.
Result: Propolis Fluoride 10 EP 2,139 Fluoride have the same potention in inhibiting biofilm formation of S.mutans as Silver Diamine Fluoride 38. The ANOVA result for the Propolis Fluoride 10 EP 2,139 Fluoride is p 0.08.
Conclusion: The potention of Propolis Fluoride in inhibiting biofilm formation of S.mutans can be compared with Silver Diamine Fluoride.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Satyanegara
"Berdasarkan Riskesdas, 25,9 masyarakat Indonesia mengalami karies gigi, banyak diantaranya berasal dari tingkat ekonomi menengah kebawah. terbatasnya fasilitas kesehatan gigi menyebabkan dibutuhkannya sistem perawatan karies yang mudah untuk diaplikasikan, dan berharga terjangkau.
Tujuan: Membandingkan kemampuan antibakteri dan remineralisasi dari Propolis Fluoride PpF dan SDF sebagai caries arresting agent pada gigi sulung.
Metode: PpF dan SDF diuji menggunakan metode Total Plate Count TPC untuk menentukan kemampuan antibakterinya. Observasi menggunakan SEM dan EDX dilakukan untuk mengetahui kemampuan antibakteri dari PpF dan SDF.
Hasil: Pada metode TPC, PpF terbukti dapat menurunkan pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans secara signifikan. Pada metode SEM, kontrol negatif tampak lebih porus dari kontrol positif. Pada kelompok PpF, tampak pori dari proses demineralisasi tertutup dengan lapisan granulasi.
Kesimpulan: Propolis fluoride memiliki potensi yang besar untuk dijadikan alternatif SDF sebagai caries arresting agent pada karies dentin gigi sulung.

Background According to Riskesdas, 25.9 indonesians are having caries, most of them are from the lower economic groups. Limitation of the health facility led to the needs for treatment of caries that are easy to apply and affordable.
Objective To compare the antibacterial and remineralization ability of Propolis Fluoride PpF and SDF on arresting caries of primary teeth.
Methods PpF and SDF Materials are tested with Total Plate Count TPC to determine their antibacterial ability. Observations using SEM and EDX was conducted to determine PpF rsquo s dan SDF rsquo s remineralization ability.
Results In TPC method, PpF has the ability to significantly decrease the growth of Streptococcus mutans. In SEM method, negative control group looked more porous than the positive control group. In PpF group, it appears the demineralization porous is covered by granulated layer of PpF.
Conclusion Propolis Fluoride has a big potential to be an alternative for SDF on arresting dentinal caries on dentin caries of primary dentition."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ayu Hanifa
"Latar Belakang: Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, angka gigi berlubang pada anak di Indonesia mencapai 92,6%. Masalah rongga mulut yang sering terjadi pada anak adalah karies dini/Early Childhood Caries (ECC) yang terjadi pada anak usia 3-6 tahun. ECC yang tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit, abses, pembengkakan, gangguan mastikasi, dan meningkatkan risiko terjadinya karies pada gigi tetap anak. Akibat dari pandemi COVID-19 yang penularannya dapat terjadi melalui aerosol dan droplet menyebabkan adanya limitasi kunjungan ke dokter gigi. Sebagai tindakan pencegahan karies, maka perlu diberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak (PKGMA) kepada orang tua. Pengetahuan orang tua berdampak pada kesehatan gigi dan mulut anaknya. Untuk mengurangi penyebaran infeksi maka dilakukan pembatasan sosial, berdasarkan hal tersebut, orang tua perlu diberikan KIE menggunakan media visual secara daring melalui platform video conference mengenai PKGMA.
Tujuan: Mengetahui perbedaan pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak, sebelum dan setelah dilakukan KIE menggunakan media visual secara daring.
Metode: Dilakukan penelitian eksperimental secara daring sebanyak 45 orang tua murid dengan anak usia 3-6 tahun yang terdaftar di TK dan RA dipilih secara acak di Kecamatan Setia Budi, Jakarta Selatan yang bersedia mengisi kuesioner sebelum dan setelah pemberian KIE dengan menggunakan media visual secara daring mengenai PKGMA.
Hasil: Berdasarkan uji non-parametrik Wilcoxon, menunjukan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada skor total pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak setelah diberikan KIE dengan media visual secara daring.
Kesimpulan: Media visual secara daring dapat meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak pada masa pandemi COVID-19.

Background: According to Indonesia Baseline Health Research (RISKESDAS) 2018, the prevalence of caries experiences in children is 92,6%. Early Childhood Caries (ECC) is a major oral health problem found in the 3 -6 years old age group. Untreated decayed teeth can lead to pain, abscess, swelling, difficulties in eating, and increase the risk of caries development in permanent dentition. However, due to COVID-19 pandemic, which can be transmitted through droplets and aerosols, it causes the limitation of dental visits. Parents’ knowledge has an impact on children’s oral health. Therefore, in order to prevent ECC, communication, information, and education intervention regarding children oral health care should be given to the parents via online. Social distancing measures are used to reduce the spreading of infection, based on this condition, parents are being given online communication, information, and education using visual media via video conferences platform regarding children oral health maintenance.
Objectives: To identify the differences of parental knowledge regarding children oral health care before and after online communication, information, and education using visual media.
Methods: The design of this study is an experimental study a total of 45 parents with children of age 3-6 years from randomly selected preschool at Setia Budi, South Jakarta were asked to fill out the questionnaire before and after online communication, information, and education using visual media via video conferences platform.
Results: Based on non-parametric Wilcoxon test, there is a significant differences of parental knowledge on children oral health care after online communication, information, and education using visual media.
Conclusion: Online visual media could improve the parental knowledge on children oral health care during COVID-19 pandemic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Wardhani Putri
"Tujuan: Diketahuinya kualitas, kegunaan, reliabilitas, visibilitas, dan popularitas video berbahasa Indonesia mengenai karies gigi di YouTube sebagai sumber informasi bagi masyarakat. Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah systematic review yang mengikuti petunjuk PRISMA. Sebanyak 300 video di-screening, kemudian dicatat durasi total, jumlah views, likes, dislikes, pengunggah, dan tanggal mengunggah video. Kategori pengunggah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengguna individu dan profesional kesehatan. Setelah dieksklusi, sebanyak 100 video dilakukan analisis kualitas, kegunaan, reliabilitas, visibilitas, dan popularitas dengan menggunakan penilaian GQS, nilai kegunaan, Discern, viewing rate, dan interaction index. Hasil: Berdasarkan penelitian, terdapat 78% video yang diunggah oleh pengguna individu. Namun, visibilitas dan popularitas video yang diunggah oleh profesional kesehatan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada pengguna individu. Pada analisis mengenai kualitas, kegunaan, dan reliabilitas, video yang diunggah oleh profesional kesehatan juga memiliki nilai lebih tinggi daripada pengguna individu. Video dengan durasi lebih dari 6 menit memiliki kualitas yang lebih baik dan popularitas lebih tinggi, namun visibilitasnya lebih rendah daripada durasi hingga 6 menit. Video dengan kualitas lebih buruk memiliki visibilitas yang tinggi, namun popularitasnya rendah. Sedangkan video dengan kegunaan dan reliabilitas lebih baik memiliki visibilitas yang tinggi, namun popularitasnya lebih rendah. Kesimpulan: Dalam penelitian ini, video YouTube yang diunggah oleh profesional kesehatan memiliki kualitas, kegunaan, reliabilitas, visibilitas, dan popularitas yang lebih baik daripada video yang diunggah oleh pengguna individu. Namun, sebagian besar video YouTube mengenai karies gigi dalam penelitian ini diunggah oleh pengguna individu sehingga menyulitkan pengguna YouTube untuk mencari sumber informasi yang tepat karena sumber pengunggah dari profesional kesehatan masih terbilang sedikit

Objective: This study aims to find out how the quality, usefulness, reliability, visibility, and popularity of Indonesian videos about dental caries on YouTube as a source of information for the community. Methods: The design used in this study is systematic review that follows PRISMAs instructions. A total of 300 videos were screened, then recorded the total duration, number of views, likes, dislikes, uploaders, and upload date of the video. The categories of uploaders used in this study were individual users and health professionals. After exclusion, as many as 100 videos were analysed for quality, usefulness, reliability, visibility, and popularity using GQS, usefulness score, Discern score, viewing rate, and interaction index. Results: Based on the research, there are 78% of videos uploaded by individual users. However, the visibility and popularity of videos uploaded by health professionals has a higher value than individual users. In an analysis of quality, usefulness, and reliability, videos uploaded by health professionals also have higher value than individual users. Videos with a duration of more than 6 minutes have better quality and higher popularity, while visibility is lower than the duration of up to 6 minutes. Videos with poorer quality have high visibility, but their popularity is low. While videos with better usefulness and reliability have high visibility, their popularity is lower. Conclusion: In this study, YouTube videos uploaded by health professionals had better quality, usefulness, reliability, visibility, and popularity than videos uploaded by individual users. However, most of the YouTube videos about dental caries in this study were uploaded by individual users making it difficult for YouTube users to find the right source of information because there are still not many sources of uploaders from health professionals."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library