Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pakpahan, Omry
"Penyakit gigi berlubang (caries) merupakan penyakit gigi yang masih banyak ditemukan di masyarakat. Terjadinya penyakit ini disebabkan banyak faktor dimana waktu sikat gigi yang tidak sesuai merupakan faktar resiko untuk terjadinya karies gigi.
WHO menetapkan indeks DMF-T sebagai indeks yang mengukur tingkat keparahan karies dimana kriteria pengukuran dilakukan pada kelompok anak berumur 12 tahun. Adapun target berdasarkan (Dit.Kes.Gi.'2000) bahwa indeks DMF-T sampai tahun 2010 secara Nasional kurang dari 2 dan WHO kurang dari 1
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode desain potong lintang (crass sectional) di mana tujuannya untuk mengetahui hubungan waktu sikat gigi dengan tingkat keparahan karies. Populasi penelitian adalah seluruh murid sekolah dasar kelas 4 dan 5 di kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat dan sampel yang diambil sebanyak 259 orang dengan menggunakan sampling secara sistematik random.
Berdasarkan hasil statistik diperoleh tidak ada hubungan bermakna ( nilai p > 0,05) dan OR sebesar 270 ( 95% CI = 0,9 - 4,3 ). Dianggap perlu untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode kohort.
Daftar bacaan : 55 (1978 - 2002)"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T10750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heriandi Sutadi
"ABSTRAK
Kegunaan suatu tes prediksi karies terutama untuk seleksi kasus serta sebagai koreksi individu, terhadap kemungkinan terjadinya karies pada masa yang akan datang. Hal ini erat kaitannya dengan metode pencegahan karies yang akan dilakukan. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat prediksi karies serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies, pada anak balita dengan menggunakan metode prediksi suatu tes aktifitas karies 'Cariostat'.
Penelitian dilakukan secara longitudinal satu tahun pada 615 anak usia 1 sampai 3 tahun di Daerah Depok Jawa Barat. Jumlah sampel yang dapat diikuti selama satu tahun serta memenuhi kriteria penelitian didapatkan sebanyak 339 anak.
Pemeriksaan gigi geligi dilakukan untuk melihat pengalaman karies yang ada serta pengambilan sampel tes aktifitas karies dengan menggunakan Cariostat, untuk melengkapi data dilakukan wawancara untuk pengisian kuesioner. Pemeriksaan dengan subyek yang sama di ulangi kembali setelah satu tahun kemudian.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa secara statistik, tes aktifitas karies Cariostat menunjukkan signifikansi yang sangat baik (p<0.001), antara nilai skor Cariostat dengan def-t. Juga ditemukan adanya peningkatan karies sebesar dua setengah kali antara grup aktifitas karies rendah dan grup aktifitas karies tinggi. Disamping itu pula, dari analisa prediksi menunjukkan bahwa tes aktifitas karies 'Cariostat' mempunyai nilai prediksi yang baik dengan terjadinya karies setelah diikuti selama 1 tahun, dilihat dengan adanya kenaikan def-t sesuai dengan tingkatan kiasifikasi aktifitas karies.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi anak antara lain : jenis makanan, konsistensi makanan, frekuensi makan, kebiasaan menyikat gigi, serta sikap dan perhatian orang tua terhadap keadaan gigi geligi anaknya. Faktor-faktor di atas mempunyai hubungan yang bermakna dengan meningkatnya aktifitas karies serta def-t.

ABSTRACT
Longitudinal Research Studies On Caries Activity And The Factors Influenced Of Caries, Using Caries Prediction Method On Children Under Five Years Old. The caries prediction test most effective to use especially for screening cases and as individual correction to possibility of caries in the future and its relation to caries prevention pro-gram_ The purpose of this study was to determine the suitability of the caries prediction test 'Cariostat' and possibility of caries occurrence.
The subjects of this study were 816 children of 1 to 3 years old in Depok West Java. Oral examination was carried out to asses the caries experience, and Cariostat was used to test the caries activity_ The research was continued for one year and 339 children were reexamined on the same subject.
The result showed that caries activity test the Cariostat was highly statistical significance (p<0.001) between Cariostat score and def-t index. It was also found about two times difference caries increment between low and high-risk caries active group. The prediction analysis after one year reexamined, also showed high the predictive value of Cariostat score to def-t index.
The are factors that influenced development of dental caries such as: kind of food, consistency of food, frequency of eating food, brushing teeth habit, and from the parent attention to dental health car. The result showed, there was significant correlation (p<0.O01) between caries activity and def-t."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
N. Shelly Cahyadi
"Karies gigi merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak terutama kelompok usia 12 tahun; kelompok usia ini perlu mendapatkan perhatian khusus karena merupakan saat terjadinya transisi pergantian gigi susu ke gigi tetap. Hasil penelitian Evaluasi Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah untuk murid SD kelas 5 dan 6 di wilayah DKI Jakarta, prevalensi karies gigi cendrung meningkat dari 89.60% pada tahun 1988 menjadi 93.72% pada tahun 1996, namun demikian angka rata-rata anak yang mengalami karies gigi ( DMF-T) sedikit menurun dari 2.98 gigi menjadi 2.66 gigi. Dari kunjungan murid-murid SD ke Balai Pengobatan Gigi Puskesmas selama 3 tahun terakhir ini, proporsi karies gigi dan kelanjutannya tampaknya masih menduduki porsi tertinggi ( 75.88% - 78.75%) dibandingkan penyakit gigi dan mulut lainnya.
Tujuan daripenelitian ini untuk memperoleh informasi tentang hubungan faktor-faktor dengan status karies gigi anak SD; jenis disain penelitian adalah 'Analyzed cross sectional'. Lokasi penelitian di 106 SD dari 112 SD yang ada di kecamatan Tanjung Priok. Sampel yang diteliti adalah murid SD kelas 6 yang diambil secara 'systematic random sampling" sehingga diperoleh sejumlah 443 anak. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner wawancara untuk factor-faktor demografi, pola konsumsi makanan anak sehari-hari ( food recall 3 kali) disertai kebiasaan sikat giginya; disamping itu juga dilakukan pemeriksaan gigi. Data kemudian diolah secara statistik mulai dari analisis univariat, bivariat sampai multivariat yaitu dengan multipel regresi linier dan multipel regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi karies gigi ( DMF-T) anak SD kelas 6 di kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara 70.9% dengan rata-rata angka pengalaman karies 1.657 ± 1.487 gigi per anak; dan komposisi 'decayed" sebesar 61.3% , ?missing? 4.5%, dan tilled' 5.1% . Hasil model akhir menunjukkan, bahwa terjadinya karies gigi ( DMF-T) 43.78% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen sebagai. berikut yaitu OHI-S, frekuensi sikat gigi yang secara bersamaan harus diimbangi dengan ketepatan waktu sikat gigi, dan bentuk molar satu bawah yang secara bersamaan harus diimbangi dengan jumlah karbohidrat lekat. yang dimakan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan . setiap penambahan 5 gram konsumsi karbohidrat lekat, kemungkinan akan meningkatkan karies gigi 3%. Juga ada interaksi frekuensi sikat gigi sikat gigi kurang dan- waktu sikat gigi tidak tepat dengan jumlah karbohidrat lekat yang dimakan; dimana dengan jumlah minimal karbohidrat lekat yang dimakan sebesar 8.85 gram per hari mempunyai resiko terjadinya karies gigi 2.08 kali; jumlah karbohidrat yang dimakan maksimal yaitu 98.10 gram temyata dapat meningkatkan resiko karies sebesar 235.40 kali. Dan ada hubungan sebab akibat antara bentuk molar satu bawah dengan terjadinya karies gigi, ini mungkin disebabkan karena gigi tersebut tumbuh lebih dahulu yaitu pada usia 6-7 tahun; pembentukan benih gigi dengan anatomi yang tidak normal sudah terjadi pada masa janin berusia 5 minggu dalam kandungan dan ada hubungannya dengan keturunan dan rasnya ; selain itu juga adanya pengaruh gravitasi sehingga sisa makanan lebih banyak mengumpul pada gigi rahang bawah tersebut.
Disarankan program penyuluhan oleh team UKGS ditingkatkan yang isinya mengubah pola kebiasaan sikat gigi anak yaitu dari sebelum makan dan sambil mandi menjadi sesudah makan dan minimal sikat gigi dua kali yaitu sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam. Disamping itu untuk menanggulangi masalah bentuk anatomi gigi molar satu bawah, dapat dilanjutkan pelaksanaan penambalan fissure sealant maupun tumpatan baru 'Atraumatic Restorative Treatment'.

Factors Related To Dental Caries Status Of The Sixth Grade Primary School Children In Tanjung Priok Subdistrict Of Northern Jakarta, 1997.Dental caries is a disease affecting children especifically 12 years old ; this age group needs special attention since the transition from the deciduous dentition to the permanent dentition occured in this age group. The evaluation study of School Dental Health Programs for 5th and 6th grades in the Jakarta , shows an increase in dental caries prevalence from 89.60 % in 1988 to 93.72% in 1996; the average DMFT figures however, went down from 2.98 to 2.66 teeth in the same period. Proportionally, dental caries and its sequela still in the first rank compared to other oral diseases in primary school children who were treated at the Health Centre Services.
The aims of the study is to obtain information on the relation between determinant factors and dental caries in primary school children; with an "Analyzed Cross Sectional" design. The study was done in 106 primary school out of 112 Primary school in the subdistrict of Tanjung Priok. The study sample comprises 6th grades through a "systematic random Sampling ", Total sample was 443 children. Data was obtained by questioners for demographic factors, daily food consumption patterns ( 3 times food recall ) and tooth brushing habits. Apart from that, dental examination was carried out. The data was statistically processed, from univariat, bivariat and multivariat analysis with multiple linear regression and multiple logistic regression.
The results show a dental caries prevalence ( DMF-T) of 70,9 % of 6 grades in the Tanjung Priok subdistrict with average of 1,657 ± 1.487 caries teeth; encompassing 61.3% decayed, 4.5% missing and 5.1% filled teeth. The latest model indicates that the 43.78% dental caries rate (DMF-T) may be explained by, independent variables : Oral Hygiene Index Simplify, frequency of brushing , shape of lower first molar, all of which have to be balanced by the amount of consumed " sticky" carbohydrate consumption may increase dental caries by 3 %. Interaction were found between good frequency of tooth brushing and incorrect brushing times, between insufficient frequency of tooth brushing and correct brushing times, between insufficient frequency of tooth brushing and incorrect brushing times. The latest interaction show that with the amount of sticky carbohydrate consumed, in which a minimum of 8.85 grams of sticky carbohydrates daily, caries risks will increase 2.08 times; a maximum of 98.10 gram will increase caries risks with 235.40 times. A cause and effect relationship between lower first molar anatomical shape and dental caries is presumably caused by the fact that the tooth in question is a the first permanent element to erupt, which is around 6-7 years of age, by tooth formation with abnormal anatomy would already occur at 5 weeks of intrauterine life and had a relationship with heredity and race, in addition to influence of gravitation causing much more food rests to accumulation teeth of the lower jaw.
It is suggested that school dental health education be improved to change the child's tooth brushing habits from "before meals" and "during bath" to "after meals" and a minimum of two times daily, which is after breakfast and before retiring at night. To cope with the problem of the anatomical shape of the lower first molar, fissure sealants and Aritmatic Restorative Treatment fillings may be employed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lazarus Sugeng Hartono
"ABSTRAK
Penelitian di Kabupaten D.T.II Tangerang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karies gigi sulung anak prasekolah dengan kadar fluor dalam air minum pada daerah tersebut. Subjek penelitian terdiri dari anak prasekolah yang berusia 2-5 tahun sejumlah 341 anak dan air sumur yang dipergunakan sebagai air minum utama. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan indeks plak rata-rata 2.34, 80.6% anak mengalami karies dengan def-t rata-rata 5.60, def-s rata-rata 12.47. Radar fluor dalam air minuet rata-rata 0.38 ppm. Dengan analisa regresi linier terbukti ada hubungan tidak bermakna antara kadar fluor air minuet dengan karies gigi sulung dengan r = - 0.04 ( p > 0.05 ).
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Marissa Kartika Anthrasita
"Di negara berkembang, khususnya di Indonesia, penyakit gigi dan mulut masih tergolong tinggi yaitu tercatat diderita oleh 90% penduduk Indonesia dan sebagian besar adalah masalah karies gigi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian karies pada anak usia 72-144 bulan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi cross-sectional secara total sampling. Pengambilan data dilakukan melalui pemeriksaan klinis terhadap siswa siswi SD Tarsisius Vireta Yayasan Bunda Hati Kudus, Tangerang yang dilaksanakan dari bulan September ? November 2006. Jumlah sampel sebanyak 875 anak, yang terdiri dari 418 laki-laki (47,8%) dan 457 perempuan (52,2%). Sampel dibagi ke dalam tiga kelompok usia yaitu, kelompok usia 72-95 bulan, kelompok usia 96-119 bulan, dan kelompok usia 120-144 bulan. Hasil penelitian menunjukkan 86% anak menderita karies, dengan rerata nilai indeks def-t/DMF-T sebesar 5,11. Hasil analisis dengan uji-t menunjukkan bahwa perbedaan nilai indeks def-t/DMF-T antara laki-laki dan perempuan tidak bermakna (nilai t = 0,572; p = 0,567). Dengan uji-ANOVA memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok usia (F = 53,167; p = 0,00). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi karies pada anak usia 72-144 bulan di SD Tarsisius Vireta Yayasan Bunda Hati Kudus Tangerang tergolong tinggi dan terdapat perbedaan nilai indeks def-t/DMF-T yang bermakna antar kelompok usia, walaupun perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan tidak bermakna."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Carolyn Tjokrosetio
"Latar belakang: Karies pada gigi sulung antara usia 0-72 bulan dikenal sebagai Early Childhood Caries (ECC) dan merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi tinggi yang disebabkan oleh biofilm. Pada dekade terakhir, jamur Candida albicans banyak ditemukan bersama-sama dengan Streptococcus mutans dalam biofilm yang diambil dari plak gigi anak dengan ECC. Jamur C. albicans dapat meningkatkan derajat keparahan ECC. Pemahaman mengenai hubungan C. albicans dan S. mutans, memberikan perspektif baru untuk terapi yang efektif dalam mengkontrol ECC. Salah satu usaha untuk mencegah dan mengurangi tingkat ECC pada anak adalah dengan menggunakan bahan antimikroba. Bawang putih (Allium sativum) merupakan bahan herbal yang memiliki kemampuan antibakteri dan antijamur. Tujuan: Menganalisis efektivitas ekstrak bawang putih terhadap viabilitas biofilm Candida albicans anak ECC. Metode Penelitian: Penelitian dilakukan secara in vitro dengan isolat klinis dari plak gigi anak ECC. Ekstrak bawang putih dalam konsentrasi 10%, 25%, 50%, dan 100% dengan kontrol positif berupa CHX 0,2%. Uji viabilitas biofilm dilakukan dengan MTT assay. Hasil: Data statistik dianalisis dengan uji One Way ANOVA. Terdapat  perbedaan yang signifikan secara statistik dari viabilitas biofilm ekstrak bawang putih dibandingkan dengan kontrol negatif. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih efektif terhadap viabilitas biofilm Candida albicans.

Background: Dental caries on primary teeth in a child 72 of months age or younger is defined as Early Childhood Caries (ECC). ECC has a high prevalences and caused by biofilms. In the past decade, Candida albicans has been frequently detected together with S. mutans in oral biofilms collected from children with ECC. Candida albicans might enhance degree of ECC. Understanding of C. albicans and S. mutans relationship give a new perspective for effective therapy to control ECC. Antimicrobial agent can be used to prevent or as a therapy for ECC. Garlic (Allium sativum) is one of the traditional medicine that has antibacterial and antifungal effect. Purpose: To analyzed the effectivity of garlic extract against the viability of C.albicans biofilms in children with ECC. Method: Laboratorium research (in vitro), with plaque sample from children with ECC. Garlic extract in 10%, 25%, 50%, 100%, and CHX 0,2% as positive control. MTT assay were used to assess biofilms viability. Statistical data were analyzed with the One Way ANOVA test. Result: There was a statistically significant difference in the viability of C.albicans biofilms after garlic extract application. Conclusion: This study showed that garlic extract has a positive effect on the viability of C.albicans."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Anggraini
"Tujuan: Diketahuinya perbandingan efektiftas aplikasi silver diamine fluoride dengan propolis fluoride dalam menghambat karies gigi sulung.
Metode: 224 anak usia 4-5 tahun dengan karies dentin aktif dialokasikan secara random pada satu diantara 3 kelompok perlakuan untuk pengobatan lesi karies dentin gigi sulung: Kelompok 1- Aplikasi Silver Diamine Fluoride, Kelompok 2- Aplikasi Propolis Fluoride, dan Kelompok 3- Kontrol. Evaluasi pemeriksaan dilakukan setelah 7 hari, 1 bulan dan 3 bulan untuk menilai banyaknya lesi karies yang menjadi terhenti.
Hasil: Setelah 3 bulan, 163 (72,8%) anak menyelesaikan penelitian. Persentase karies yang menjadi terhenti adalah 88,68%, 55,78% dan 2,13% untuk Kelompok 1, Kelompok 2 dan Kelompok 3.
Kesimpulan: Aplikasi Silver Diamine Fluoride atau Propolis Fluoride efektif menghambat lesi karies gigi sulung. Silver Diamine Fluoride lebih efektif dalam menghambat lesi karies dibanding Propolis Fluoride, tetapi Propolis Fluoride memiliki keunggulan tidak membuat perubahan warna gigi menjadi hitam.

Objective: To compare the effectiveness of topical application of silver diamine fluoride (SDF) solution and topical application of propolis fluoride in arresting active dentine caries in primary teeth.
Methods: A total of 224 children, aged 3-4 years, were randomly allocated to one of three groups for treatment of carious dentine cavities in their primary teeth: group 1- application of SDF, group 2 ? application of Propolis Fluoride, group 3 ? control. Follow-up examinations were carried out 7 days, 1 month and 3 months to assess whether the treated caries lesions had become arrested.
Results: After 3 months follow up, 163 (72,8%) children remained in the study. The caries arrest rates were 88,68%, 55,78% dan 2,13% for group 1, group 2 and group 3.
Conclusion: Application of SDF solution or Propolis Fluoride solution can arrest active dentine caries. Topical application of SDF is more effective than Propolis Fluoride in inhibiting caries lesions progression, but Propolis Fluoride has the advantage that the arrested caries lesion will not turn black in colour like SDF.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinkan Priscilla Aguilera
"Latar Belakang: Karies yang menyerang anak-anak dibawah 71 bulan dikenal dengan Early childhood caries ECC . Salah satu bakteri yang mendominasi penyebab ECC adalah Streptococcus mutans dan sistem imun yang berperan dalam pencegahan karies adalah IgA.
Tujuan: Menganalisis hubungan level IgA anti Streptococcus mutans serotype f dengan viskositas dan dmft pada stimulated saliva dan unstimulated saliva pasien ECC.
Metode: Level IgA anti-S. mutans serotype f di ukur menggunakan metode ELISA.
Hasil: Analisis stastistik dengan uji Spearman didapatkan korelasi negatif antara level IgA anti-S. mutans serotype f dan indeks dmft, pada stimulated saliva r= -0.471; p=0.286 dan pada unstimulated saliva r= -0.529; p=0.408 , hasil korelasi antara level IgA anti-S. mutans serotype f dan viskositas stimulated saliva adalah korelasi positif r=0,417; p=0.352 . Level IgA anti-S. mutans stimulated saliva lebih rendah daripada unstimulated saliva P=0.127.
Kesimpulan: Terdapat hubungan negatif antara level IgA anti-S.mutans serotype f dengan indeks dmft pada stimulated saliva dan unstimulated saliva pasien ECC, serta terdapat korelasi positif antara level IgA anti-S.mutans serotype f dengan viskositas saliva pada stimulated saliva, tetap secara statisik tidak bermakna. Level IgA anti-S. mutans stimulated saliva lebih rendah daripada unstimulated saliva tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antara level IgA anti-S. mutans serotype f stimulated saliva dan unstimulated saliva.

Background: Early childhood caries ECC is caries which affects in children aged 71 months or younger. One of the bacteria that dominates the formation of ECC is Streptococcus mutans. The immune system that plays a role in the formation of caries is IgA.
Objective: To analyze the correlation between level of IgA anti Streptococcus mutans serotype f with viscosity and dmft in stimulated saliva and unstimulated saliva of ECC patients.
Methods: Level of IgA anti S. mutans serotype f was measured using ELISA method. Results based on Spearman test, there was a negative correlation between level of IgA anti S. mutans serotype f and dmft index in stimulated saliva r 0.471 p 0.286 and unstimulated saliva r 0.529 p 0.408.
Results: The result correlation levels of IgA anti S. mutans serotype f and viscosity of saliva was positive r 0.417 p 0.352 . Level of IgA anti S. mutans serotype f in stimulated saliva was lower than unstimulated saliva p 0.127.
Conclusion: There was a negative correlation between the levels of IgA anti S. mutans serotype f and dmft index in saliva stimulated and unstimulated saliva of ECC patients and positive correlation between the levels of IgA anti S. mutans serotype f and viscosity of stimulated saliva. However, there were no significantly difference. The levels of IgA anti S. mutans serotype f stimulated was lower than unstimulated saliva, but not significantly difference.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Assyifa Fauzia
"Latar belakang: Karies merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang umum terjadi, termasuk pada anak-anak di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi karies gigi pada anak adalah pola pemberian makan, yaitu ASI dan PASI.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara pola pemberian makan dengan Early Childhood Caries ECC pada anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Grogol Utara, Kebayoran Lama.
Metode: Desain cross-sectional secara analitik observasional. Metode pengambilan sampel adalah dengan convenience sampling. Data pola pemberian makan dan perilaku membersihkan gigi diambil melalui wawancara dengan ibu subjek oleh pewawancara yang telah dikalibrasi. Pemeriksaan karies gigi anak dengan menggunakan indeks defs dan pemeriksaan indeks plak dilakukan oleh dua orang dokter gigi yang telah dikalibrasi.
Hasil: Prevalensi karies gigi sulung pada 165 anak adalah sebesar 83. Terdapat perbedaan bermakna antara pemberian kolostrum p=0,017, ASI eksklusif p=0,028, frekuensi ASI p=0,001, dan lama kontak gigi dengan ASI p=0,049 terhadap skor karies gigi sulung anterior. Tidak ada variabel ASI yang menunjukkan perbedaan bermakna terhadap karies gigi sulung posterior p ge;0,05. Usia awal diberikannya PASI menunjukkan perbedaan bermakna terhadap karies gigi sulung anterior dan posterior p=0,001; p=0,041. Terdapat perbedaan bermakna antara jenis makanan atau minuman setelah gigi erupsi p=0,020 dan frekuensi susu formula p=0,005 dengan karies gigi sulung anterior. Frekuensi MP-ASI tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan karies gigi sulung anterior dan posterior p=0,963; p=0,591.
Kesimpulan: Pola pemberian makan anak yang meningkatkan skor karies gigi sulung anterior maupun posterior adalah usia awal diberikannya PASI, yaitu sebelum usia 6 bulan.

Background: Caries is one of the most common oral problems, including in children in Indonesia. One of the factors that influence the occurrence of caries is child's feeding methods, like breastfeeding and complementary feeding.
Aim: To obtain information about the relationship between child's feeding method and early childhood caries in children aged 3 5 years old.
Method: Analytic observational with cross sectional design. The sampling method is convenience sampling. The data of child's feeding method and oral hygiene behavior was obtained through interviewing the mother. Caries examination was done using defs assessment.
Result: The prevalence of ECC in 165 children is 83. There are significant differences between colostrum p 0,017, exclusive breastfeeding p 0,028, breastfeeding frequency p 0,001, and length of contact time between teeth and breastfeeding milk p 0,049 with anterior primary teeth caries. None of the breastfeeding methods has significant difference with posterior primary teeth caries p ge 0,05. Age of initiation of complementary feeding has a significant difference with anterior and posterior primary teeth caries p 0,001 p 0,041. There are significant differences between the type of complementary food after first tooth eruption p 0,020 and frequency of infant formula p 0,005 with anterior primary teeth caries. Frequency of complementary feeding has no significant difference with anterior and posterior primary teeth caries p 0,963 p 0,591.
Conclusion: Child's feeding method which increases early childhood caries'score in both anterior and posterior teeth is the age of initiation of complementary feeding, which is before six months old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Farhan Suhada
"Latar Belakang: Asupan makanan merupakan salah satu faktor penyebab karies gigi dengan prevalensi yang sangat tinggi di Indonesia terutama pada anak usia sekolah. Tingkat konsumsi sayur dan buah pada anak di Indonesia masih cukup rendah, padahal jenis makanan ini dikenal dapat merangsang aliran dan meningkatkan kemampuan makan anak. self-cleansing saliva yang penting dalam pencegahan karies. Tujuan: Menganalisis hubungan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan kejadian karies pada gigi geraham pertama permanen pada anak usia 8 sampai 9 tahun di Jakarta Pusat. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan menggunakan kuesioner frekuensi makanan dan pemeriksaan klinis anak usia 8 sampai 9 tahun di Jakarta Pusat. 109 anak di Jakarta Pusat diperiksa karies dengan klasifikasi ICDAS. Hasil: Penelitian ini menemukan nilai median frekuensi konsumsi sayur per hari pada anak adalah 1,6 (0-8,14) dan 1,4 (0-5). Sebanyak 98,2% anak mengalami karies gigi dan 63,3% anak mengalami karies terbatas pada email. Hubungan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan karies ditemukan sangat lemah dan tidak signifikan. Kesimpulan: Tingkat frekuensi konsumsi sayur dan buah pada anak di Jakarta Pusat masih rendah, dan prevalensi karies cukup tinggi. Hubungan yang lemah dan tidak signifikan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan karies menunjukkan bahwa ada faktor lain penyebab karies yang harus dikendalikan.

Background: Food intake is one of the factors causing dental caries with a very high prevalence in Indonesia, especially in school-age children. The level of consumption of vegetables and fruit in children in Indonesia is still quite low, even though this type of food is known to stimulate flow and improve children's eating abilities. self-cleansing saliva which is important in caries prevention. Objective: To analyze the relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruit with the incidence of caries in the permanent first molars in children aged 8 to 9 years in Central Jakarta. Methods: This study was a cross-sectional study using a food frequency questionnaire and clinical examination of children aged 8 to 9 years in Central Jakarta. 109 children in Central Jakarta were examined for caries with the ICDAS classification. Results: This study found the median frequency of vegetable consumption per day in children was 1.6 (0-8.14) and 1.4 (0-5). A total of 98.2% of children had dental caries and 63.3% of children had caries limited to enamel. The relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruits with caries was found to be very weak and insignificant. Conclusion: The frequency of consumption of vegetables and fruit in children in Central Jakarta is still low, and the prevalence of caries is quite high. The weak and insignificant relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruits with caries indicates that there are other factors that cause caries that must be controlled."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>