Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Magdalena Baga
"Tesis ini adalah untuk meiihat bagaimana film Desperaie Housewives (DI-IW) menggambarkan tokoh-tokoh utama wanita kelas menengah Amerika, dan mencari akar masalah yang menyebabkan para tokoh ibu rumah tangga dalam Elm tersebut desperate, serta ada tidaknya "backlash" yang disinyalir Oleh Susan Faludi dalam bukunya. Kajian ini menggunakan tinjauan posfeminis untuk menganalisis gambaran tokoh, dan metode dekonstruksi untuk mcncari akar masalah dari desperation pada para tokoh utama wanita, sekaligus dilihat juga backlash dalam iilm DI-IW. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh-tokoh utama wanita dalam film DHW ini mewakili gambaran wanita posfemlnis yang menerima sebagian nilai-nilai tradisional sekaligus menggunakan nilai-nilai tbminisme. I-Iasil analisis juga mcnunjukkan penyebab desperalion pada pam tokoh wanita yakni domngan hati yang tidak dapat dikendalikan oleh para tokoh wanita dalam DHW, Serta terdapat backlash terhadap feminisme dan kritik terhadap tmdisionalisme dalam film ini.
......The purpose of this study is to see how the movie, Desperare Housewives (DI-IW) constructs an image of American middle class women. This thesis also tries to search for thc main cause of desperation as experienced by the women in DHW, and analyzes if Susan Faludi's "backlash" toward feminism is depicted in this movie. This research takes a post feminism perspective in analyzing the characters. The deconstruction method is used to search for the main cause that caused the desperation of DI-IW‘s main characters; and the backlash toward feminism as well. The conclusion is that the characters represent the image of post feminist women, and that the main cause of their desperation is their unresmtined impulse. This research also shows that a backlash toward feminism is portrayed in the movie, as is criticism of Uaditionalism."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T33974
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herlly Primadewi
"Keadaan perempuan selalu dipandang sebelah mata, rendah, dan dianggap buruk di dalam tata nilai masyarakat, kebudayaan, hukum dan politik. Sehingga memunculkan pergerakan-pergerakan perempuan, khususnya feminis liberal yang menginginkan adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dengan memberikan perempuan hak dan kesempatan yang sama dengan laki-laki, terutama kesempatan perempuan untuk berada di lingkungan publik. Film Desperate Housewives adalah bentuk real bagaimana hitam putih perempuan rumah tangga di dalam kehidupan perkawinan dan motherhood.
Feminis liberal ingin menyampaikan beberapa hal yang menyangkut tema kebebasan di dalam menganalisa film Desperate Housewives ini, dengan tujuan agar masyarakat mampu melihat bagaimana seharusnya mengkondisikan perempuan dengan adil tanpa harus selalu memposisikannya sebagai the other. Filsafat feminis memperjuangkan agar permasalahan perempuan bisa dimasukkan juga ke dalam pembahasan filsafat, Selama ini filsafat tidak pernah memasukkan perempuan ke dalam wilayah pembahasannya.
Karya-karya filsafat cenderung misoginis dan sentimen terhadap suara perempuan. Tema filsafat feminis tersebut dibahas melalui teori keadilan John Rawls di dalam bukunya Theory of Justice dengan mengambil pilihan pada affirmative action agar laki-laki dan perempuan dapat berkompetisi secara adil. Affirmative action terhadap perempuan meskipun tidak equal terhadap keberadaan laki-laki, tetap diterima karena ia menguntungkan pihak yang marjinal (perempuan).
Ketertindasan dan kelemahan perempuan bukan hanya karena ketidakmapuan mereka atas apa yang mereka lakukan. Namun, lebih pada identitas kultural yang mereka miliki di dalam lingkup patriarki. Keadaan tersebut di atas menyebabkan bekerjanya teori difference principle dimana keadilan sekurang-kurangnya harus dirasakan oleh kaum yang paling tidak beruntung, dalam hal ini perempuan. Rawls menyikapi keinginan dan cita-cita feminis liberal agar perempuan sebagai kaum marginal juga memiliki hak dan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk dapat keluar ke dalam lingkungan publik. Hak-hak tersebut dimaksudkan agar perempuan terbebas dari tindak pelecehan, penindasan, dan diskriminasi.
Kemudian filsuf feminis meneruskan teori difference principle menjadi politik perbedaan, dimana pada keadaan tersebut perempuan menjadi bangga akan dirinya sebagai perempuan, sebagai seorang ibu rumah tangga, sebagai seorang istri. Dan rasa bangga ini akan tumbuh ketika perempuan sudah mencapai kesetaraan dan memperoleh kebebasan yang sebelumnya didapat dari teori difference principle."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S16033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library