Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Kehamilan sebagai tahap perkembangan pada tugas perkembangan keluarga yang merupakan suatu keadaan yang fisiologis. Kehamilan membawa perubahan-
pembahan iisiologis dan psikologis pada wanita dan pasangannya secara keseluruhan, walaupun bersifht sementara. Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang ibu hamil primigravida di Poli Kebidanan RSCM. Penelitian ini ingin melihat sejauhmana pengaruh perubahan fisiologis terhadap respon emosional ihu hamil khususnya primigravida."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5264
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Prameswari Prabowo
"Laut Bercerita lahir sebagai salah satu karya yang merespons rezim Orde Baru. Dengan aktivis sebagai tokoh utama, novel ini mengekspos pembaca terhadap dinamika aktivisme yang kompleks dan terduga, termasuk di dalamnya intensitas praktik kerja emosional yang dilakukan. Terlepas dari besarnya bentuk kerja emosional yang dipraktikan aktivis, isu ini masih kerap dikesampingkan dalam diskursus mengenai pergerakan sosial. Minimnya pengakuan dan perlindungan terhadap bentuk kerja emosional meletakkan aktivis dalam posisi yang rentan. Situasi ini secara khusus menjadi lebih berbahaya bagi aktivis perempuan. Melalui pembacaan kritis terhadap novel Laut Bercerita, penelitian ini berupaya mengidentifikasi jenis kerja emosional yang dilakukan oleh tokoh perempuan dalam novel tersebut. Proses identifikasi dapat membantu menentukan tingkat kemawasan publik terhadap kerja emosional, serta langkah konkret apa yang dapat dilakukan untuk memastikan perlindungannya di masa depan.

Laut Bercerita was born as one of the works responding to the New Order regime. With activists as the main characters, this novel exposed the reader to the complex and unpredictable dynamics of activism, including the intensity of emotional labor practices that are being carried out. Apart from the large forms of emotional labor practiced by activists, this issue is still often sidelined in discourses about social movements. The lack of recognition and protection against forms of emotional labor places activists in a vulnerable position. This situation is especially more dangerous for women activists. Through critical reading of the novel Laut Bercerita, this study seeks to identify the type of emotional labor carried out by the female characters in the novel. The identification process can help determine the public's level of awareness of emotional labor, as well as steps to realize what can be done to ensure its protection in the future."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Putrisoza Nurhaliza
"Artikel ini berfokus pada analisis terhadap novel Colleen Hoover berjudul “It Ends With Us.” Studi dilakukan guna mengungkap berbagai bentuk dan dampak kekerasan dalam rumah tangga ditampilkan novel tersebut. Isu sensitif terkait tema kekerasan dalam pernikahan dalam novel tersebut membuat pembaca tertarik dan menjadikan karya ini populer. Penelitian ini menyoroti bagaimana novel “It Ends With Us” merepresentasikan Cycle of Abuse pada kekerasan dalam rumah tangga. Analisis difokuskan pada dua karakter utama, yakni LilyBloom dan suaminya yang kasar tetapi menawan, Ryle Kincaid, serta bagaimana akhirnya tokoh utama perempuan melepaskan diri dari jeratan hubungan pernikahannya yang penuh kekerasan dan manipulatif. Studiini juga mengungkapkan bahwa “cycle of abuse” melibatkan sisi fisik dan psikologis seseorang, dan hanya dapat diakhiri oleh korban dengan cara keluar dari hubungan tersebut.

This research analyses Colleen Hoover's novel It Ends With Us. This research aims to uncover the various forms and impacts of domestic violence in marriage shown in the novel. The novel It Ends With Us got famous for its deep yet sensitive subject of violence in marriage life, making it bold and exciting for the readers. The descriptive analysis method is used in this research to examine the intrinsic theories and extrinsic theories, which is the cycle of abuse. The findings of this study indicate that Lily has been subjected to various forms of domestic violence, including child abuse, physical assaults, pornographic violence, and rape. By using Walker's Cycle ofAbuse theory, this study focuses on the case of the female main character (Lily Bloom) and her abusive yet charming husband (Ryle Kincaid) and how she managed to end the abusive cycle in the end. This article argues that the manipulation and the domestic violence in this novel create a vivid representation of the typical cycle ofabuse in a toxic relationship, and the victim is the only one who can stop it by ending the relationship.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nafili Pradiva Agdira
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi konotasi emosi positif dan emosi negatif yang muncul dari penggunaan kata ganti “Aku, Kamu, dan Kita” beserta kata hasil konstruksinya, dalam lirik pada lagu-lagu karya Tiara Andini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan Teknik simak catat. Data penelitian diambil dari lirik tiga belas lagu Tiara Andini yang dikonversi ke dalam format teks dan dianalisis menggunakan perangkat lunak Antconc. Analisis dilakukan pada klausa yang mengandung kata ganti orang (pronomina) untuk mengidentifikasi jenis emosinya. Penelitian menunjukkan bahwa kata ganti "Aku" dan "Ku" lebih sering diasosiasikan dengan emosi positif daripada emosi negatif. Sebaliknya, kata ganti "Kamu" dan "Kau" cenderung menunjukkan keseimbangan antara emosi positif dan negatif. Sementara itu, kata ganti "Kita" menunjukkan sedikit lebih banyak emosi positif daripada negatif. Dengan adanya penelitian  ini, diharapkan dapat membantu memahami bagaimana kata ganti orang dapat mencerminkan konotasi emosi dalam lirik lagu, serta menunjukkan penggunaan analisis semantik dalam studi linguistik.
This research aims to identify the positive and negative emotional connotations that arise from the use of the pronouns “Aku, Kamu, and Kita” along with their constructed forms in the lyrics of songs by Tiara Andini. The study employs a descriptive qualitative method with a note-taking technique. Data for the research were collected from the lyrics of thirteen songs by Tiara Andini, which were converted into text format and analyzed using the Antconc software. The analysis was conducted on clauses containing personal pronouns to identify the types of emotions. The research indicates that the pronouns "Aku" and "Ku" are more often associated with positive emotions than negative ones. Conversely, the pronouns "Kamu" and "Kau" tend to show a balance between positive and negative emotions. Meanwhile, the pronoun "Kita" shows slightly more positive emotions than negative ones. This research is expected to help understand how personal pronouns can reflect emotional connotations in song lyrics, as well as demonstrate the use of semantic analysis in linguistic studies."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Pakaya
"Penelitian ini membahas jenis dan fungsi interjeksi dalam bahasa Gorontalo. Penelitian ini menggunakan teori semantik dengan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik elisitasi dan wawancara. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam bahasa Gorontalo, terdapat sepuluh jenis interjeksi, yaitu (1) menyatakan keluhan: huh, woh, is yaa, boh yaa, atau alaa, (2) menyatakan marah: ih atau nte ih, (3) menyatakan sakit: aduu, akeke, atau huh, (4) menyatakan rasa sedih: aati, aati olo, atau aati olo aati, (5) menyatakan rasa syukur: alhamdulillah, (6) menyatakan ketidakpercayaan: delo otutu, delo banari, atau pongaakali, (7) menyatakan rasa puas atas kejengkelan terhadap orang lain karena mendapat balasan atas perbuatannya: poheeto atau mailaba, (8) menyatakan rasa kagum: wih, ih, naanawa’u, atau naaku, (9) menyatakan kejijikan: keah atau seah, (10) menyatakan peringatan: naanti. Dalam penelitian ini juga ditemukan tiga jenis interjeksi baru. Interjeksi tersebut adalah interjeksi yang berfungsi untuk menyatakan rasa kagum, menyatakan rasa jijik, dan menyatakan peringatan.
This research discusses the types and functions of interjections in the Gorontalo language. The research employs semantic theory with a descriptive qualitative method. Data collection was conducted through elicitation and interview techniques. The results of this study indicate that in the Gorontalo language, there are ten types of interjections, namely (1) expressing complaints: huh, woh, is yaa, boh yaa, or alaa, (2) expressing anger: ih or nte ih, (3) expressing pain: aduu, akeke, or huh, (4) expressing sadness: aati, aati olo, or aati olo aati, (5) expressing gratitude: alhamdulillah, (6) expressing disbelief: delo otutu, delo banari, or pongaakali, (7) expressing satisfaction with someone else's annoyance for getting payback: poheeto or mailaba, (8) expressing admiration: wih, ih, naanawa’u, or naaku, (9) expressing disgust: keah or seah, (10) expressing warning: naanti. This study also found three new types of interjections. These interjections function to express admiration, express disgust, and express warning."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Evania Maharani Setiowati
"Hubungan emosional muncul sebagai pendorong terkuat untuk membeli barang yang berhubungan dengan idola K-Pop favorit mereka. Tan Xuan Ni (2023) menemukan bahwa respons emosional dan kognitif yang kuat mendorong niat membeli barang idola yang lebih tinggi. Penelitian ini mengeksplorasi pengaruh hubungan emosional ketika idola K-Pop ditunjuk menjadi duta merek terhadap perilaku pembelian terhadap produk atau layanan yang didukung, di Asia Tenggara, dengan fokus di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Peran idola K-Pop sebagai duta merek berdampak signifikan terhadap perilaku pembelian. Kusumawardhany dan Karya (2024) menyoroti bahwa kesukaan dan daya tarik idola K-Pop menjadikannya alat periklanan yang kuat, sehingga meningkatkan penjualan produk yang didukung. Temuan ini didukung oleh Kirana (2021), yang mencatat bahwa peluncuran produk terkait secara terus-menerus meningkatkan efek idola, sehingga meningkatkan antusiasme dan loyalitas konsumen dalam fandom. Metode yang digunakan adalah tinjauan pustaka, yaitu analisis dan evaluasi kritis terhadap penelitian-penelitian yang sudah ada dan berhubungan langsung dengan topik yang dituju. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana hubungan emosional dan kolektibilitas duta merek mendorong pembelian merchandise K-Pop di Asia Tenggara, memberikan pemahaman komprehensif tentang interaksi antara emosi konsumen dan strategi pemasaran dalam konteks budaya yang unik ini.
Emotional connection emerges as the strongest driver, with consumers expressing a greater intent to purchase items related to their favorite K-Pop idols. Tan Xuan Ni (2023) found that strong emotional and cognitive responses drive higher purchase intentions for idol goods. This study explores the influence of emotional connection when K-Pop idols are appointed to be a brand ambassador on purchasing behavior towards products or services endorsed, in South-East Asia, focusing on Indonesia, Malaysia and Thailand. The role of K-Pop idols as brand ambassadors significantly impacts purchasing behavior. Kusumawardhany and Karya (2024) emphasized that the attractiveness and charm of K-Pop idols render them influential marketing instruments, enhancing the sales of sponsored merchandise. As Kirana (2021) found, the regular introduction of related products intensifies the idol effect and increases fanbase enthusiasm and loyalty. The approach used is a literature review, which means carefully assessing and analyzing earlier studies that have a direct bearing on the chosen topic. Clarifying how collectability of brand ambassadors and emotional connection affect K-Pop product purchases in South East Asia is the aim of this study. It attempts to provide a thorough knowledge of how, in this particular cultural setting, consumer emotions and marketing tactics interact."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Hanan Zhafirah
"Pekerjaan awak kabin memiliki tuntutan emosional kerja yang tinggi. Dalam pekerjaannya, awak kabin dituntut untuk melayani penumpang dengan sikap ramah dan bersahabat. Namun, tuntutan ini dikhawatirkan dapat menimbulkan kelelahan mental pada diri awak kabin. Penelitian ini berusaha mencari tahu hubungan antara tuntutan emosional kerja dan kelelahan mental di pekerjaan awak kabin. Tuntutan emosional kerja diukur menggunakan Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) dan kelelahan mental diukur menggunakan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Penelitian ini menggunakan 45 sampel partisipan yang merupakan awak kabin dari berbagai maskapai penerbangan Indonesia. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan tuntutan emosional kerja memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kelelahan mental r43 = 0,52, p < 0,05. Temuan ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tuntutan emosional kerja pada pekerjaan awak kabin, maka semakin tinggi juga tingkat kelelahan mental yang dialami awak kabin. Dengan demikian, maskapai penerbangan dapat memberikan intervensi atau pelatihan lebih lanjut kepada awak kabin mengenai regulasi emosi dalam pekerjaan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Setia Wibawa
"Kedekatan emosional merupakan salah satu dimensi interpersonal yang banyak digunakan untuk menjelaskan kualitas hubungan antara cucu dan kakek-nenek (Creasey & Koblewski, 1991). Kedekatan emosional didefinisikan sebagai tingkat emosi positif yang meliputi cinta, kasih sayang, kedekatan, kebersamaan, keadilan, kepercayaan, penerimaan, dan rasa hormat terhadap anggota keluarga dan timbal baliknya dari emosi tersebut (Bengston & Schrader, 1982).
Kualitas hubungan dengan kakek-nenek dapat berpengaruh di berbagai bidang kehidupan remaja, salah satunya adalah identitas diri. Salah satu jenis identitas yang berkembang saat remaja adalah identitas moral. Identitas moral adalah tingkat perbedaan individu dalam merefleksikan nilai-nilai moral sebagai inti dari karakteristik dirinya (Blasi, 1984).
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara kedekatan emosional dengan kakek-nenek dan identitas moral pada mahasiswa. Sebanyak 333 mahasiswa terlibat dalam penelitian ini. Affectual Solidarity Scale digunakan untuk mengukur kedekatan emosional dengan kakek-nenek dan Moral Identity Questionnaire (MIQ) digunakan untuk mengukur identitas moral.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedekatan emosional dengan kakek-nenek dan identitas moral pada mahasiswa (r = .126, p < .05). Hal tersebut menunjukkan pentingnya hubungan antara kakek-nenek dengan cucu terhadap pembentukan identitas moral.

Emotional closeness is one of the interpersonal dimension that is widely used to describe the quality of the relationship between grandchildren and grandparents (Creasey & Koblewski, 1991). Emotional closeness defined as the degree of positive emotions toward family members and the degree of reciprocity of these positive emotions (Bengston & Schrader, 1982).
The quality of the relationship with the grandparents can affect adolescences in various areas of life, one of which is the identity. One type of identity that develops during adolescence is a moral identity. Moral identity is an individual difference reflecting the degree to which being moral is a central or defining characteristic of a person?s sense of self (Blasi, 1984).
This research aims to investigate the relationship between emotional closeness with grandparents and moral identity in late adolescents. A total of 333 late adolescence involved in this research. Affecctual Solidarity Scale is used to measure the emotional closeness with grandparents and Moral Identity Questionnaire (MIQ) is used to measure the moral identity.
The results showed that there is a significant relationship between emotional closeness with grandparents and moral identity in college students (r = .126, p < .05). It shows the importance of the relationship between grandparents and grandchildren on the moral identity formation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62682
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulian Dwi Cahyo
"Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi saat ini memberikan dampak yang besar terhadap penyebarluasan Korean Wave atau Hallyu, yakni penyebarluasan budaya Populer Korea secara global. Keberhasilan Korean Wave atau Hallyu dalam memperkenalkan budaya populer Korea kendati terdapat perbedaan latar belakang budaya perlu dijadikan perhatian. Mengingat hal tersebut, penulis menggunakan metode studi literatur dengan pengkajian reflektif dalam usaha mengetahui fenomena Korean Wave atau Hallyu secara luas. Hasilnya keberhasilan fenomena ini tidak lain karena keberhasilan Korean Wave atau Hallyu dalam memainkan peran emosi. Emosi hadir akibat adanya reaksi tubuh terhadap kehadiran produk Korean Wave atau Hallyu pada diri seseorang, seperti penggemar yang merasakan bahagia karena ia gemetar setelah menyaksikan idolanya secara langsung. Hal ini sesuai dengan teori emosi William James yang menjelaskan bahwa emosi hadir karena adanya reaksi tubuh melalui persepsi terhadap rangsangan yang terjadi pada eksternal tubuh manusia. Penelitian ini berfokus pada reaksi ketubuhan yang terjadi melalui persepsi sebagai pemicu ketertarikan emosional terhadap fenomena Korean Wave atau Hallyu.

The development of information and communication technology in current era of globalization has a huge impact on the spread of Korean Wave or Hallyu, which is the spread of Korean popular culture globally. The success of the Korean Wave or Hallyu in introducing Korean popular culture despite differences in cultural backgrounds need to be taken into attention. In consideration of this, the author uses the literature study method with reflective assessment in an attempt to know the Korean Wave or Hallyu phenomenon at a large scale. As as result, the success of this phenomenon is due to the success of the Korean Wave or Hallyu in playing role of the emotions. Emotions are present due to the bodily reaction to the presence of Korean Wave or Hallyu product in a person, such as a fan who feels happy because he is trembling after witnessing his idol live. This is in accordance with William James’ theory of emotion which explains that emotions are present due to bodily reactions through perception of stimuli that occur in the external human body. This research focuses on bodily reactions that occur through perception as a trigger for emotional attraction to the phenomena of Korean Wave or Hallyu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library