Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Viecky Mirsa Putri Betavani
"Introduction: Physical activity or exercise releases hormone called endorphins which have impact on hormonal regulation in our body. Endorphins acts as neurotransmitter and also non-specific analgesic and also have a role in gonadotropin-releasing hormone (GnRH) which directly control the secretion of LH and FSH that correlate with menstruation. This study was conducted to investigate the menstrual abnormalities in female students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia and whether there is correlation with physical activity level. Methods: The collection of the result from this study was using questionnaire for both physical activity and menstrual disorders. For assessing the physical activity level, we used International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). The questionnaire was distributed through social media due to work from home restriction during COVID19 pandemic. 188 participants are students from first until fifth year students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia. All the obtained data were analyzed by using IBM SPSS Statistics software. Results: There is no significant association between physical activity level (low, moderate, and high physical activity) and menstrual disorders which can be seen from the P value more than 0.05. Conclusion: Most prevalent physical activity level that female students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia have is low physical activity level. For the menstrual disorders, we proved that menstrual pain (dysmenorrhea) and menstrual blood loss is most prevalent. However, we found no significant association between physical activity level and menstrual disorders.

Pendahuluan: Aktivitas fisik mengeluarkan hoormon yang disebut endorphin yang memiliki pengarus pada regulasi hormon di tubuh manusia. Endorfin bekerja sebagai neurotransmiter dan analgesik yang tidak spesifik. Selain itu, endorfin didistribusikan ke otak dengan koonsentrasi terbanyak di hipotalamus dimana terdapat juga gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang mempunya peran untuk mengontrol sekresi LH dan FSH yang berperan dalam menstruasi. Studi ini dilakukan untuk menilai gangguan menstruasi dan hubungan dengan tingkat aktivitas fisik pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Metode: Pengambilan hasil data pada studi ini menggunakan kuesioner untuk menilai gangguan menstruasi dan tingkat aktivitas fisik yang menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Kuesioner ini didistribusikan melalui media sosial karena adanya peraturan physical distancing karena pandemi COVID19. Sebanyak 188 mahasiswi FKUI tingkat satu sampai lima menjadi subjek dalam studi ini. Hasil data yang diperoleh dianalisis menggunakan software IBM SPSS Statistics. Results: Dari studi ini diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara level aktivitas fisik (ringan, sedang, dan tinggi) dan gangguan menstruasi yang dibuktikan dari nilai P value lebih dari 0.05. Conclusion: Dari studi ini diketahui bahwa untuk level akticitas fisik prevalensi terbanyak pasa mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mempunyai tingkat aktivitas fisik yang rendah. Sedangkan untuk gangguan mentruasi prevalensi terbanyak pada dismenorea dan pendarahan pada menstruasi. Tetapi, tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat aktivitas fisik dan gangguan menstruasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Agung Budianto
"ABSTRAK
Laserpunktur merupakan salah satu tindakan akupunktur untuk penanganan kasus nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh laserpunktur pada titik LI4 Hegu terhadap kadar β-endorfin plasma darah subjek sehat. Uji acak tersamar ganda dengan kontrol plasebo dilakukan pada 29 subjek sehat yang dialokasikan ke dalam kelompok laserpunktur (n=15) dan kelompok laserpunktur plasebo (n=14). Kadar β-endorfin plasma darah digunakan untuk mengukur keluaran penelitian yang dinilai sebelum perlakuan, dan pasca perlakuan. Terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada rerata kadar β-endorfin plasma darah sebelum dan sesudah perlakuan dalam kelompok laserpunktur, perubahan nilai rerata dari 0,22±0,06 ng/ml menjadi 0,29±0,07 ng/ml dengan nilai p=0,005 (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada rerata kadar β- endorfin plasma darah sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok laserpunktur plasebo, perubahan nilai rerata dari 0,22±0,06 ng/ml menjadi 0,26±0,09 ng/ml dengan nilai p=0,195 (p>0,05). Pada rerata selisih kadar β- endorfin plasma darah antara kelompok laserpunktur dengan kelompok laserpunktur plasebo juga tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p=0,183, p>0,05). Kesimpulan penelitian ini laserpunktur dapat mempengaruhi kadar β-endorfin plasma darah subjek sehat, namun tidak berbeda bermakna secara statistik pada rerata selisih kadar β-endorfin plasma darah antar kelompok perlakuan.

ABSTRACT
Laserpuncture is one of acupuncture method for pain management. This study
aims to determine the effect laserpuncture at LI4 Hegu point on plasma levels of β-endorphin in healthy subjects. A randomized double-blind controlled trials with placebo controls carried out on 29 healthy subjects, they were allocated into laserpuncture group (n=15) and laserpuncture placebo group (n=14). Plasma levels of β-endorphin is used to measure the output of the study assessed both before treatment and post-treatment. There are statistically significant in the mean plasma levels of β-endorphin before and after treatment in the laserpuncture group, changes in mean value from 0.22±0,06 ng/ml to 0.29±0,07 ng/ml with a p value=0,005 (p<0,05). There are no statistically significant in the mean plasma levels of β-endorphin before and after treatment in the laserpuncture placebo group, changes in mean value from 0,22±0,06 ng/ml to 0,26±0,09 ng/ml with p values=0,195 (p>0,05). Between groups, there were no statistically significant in the mean difference of plasma levels of β-endorphin (p=0,183, p>0,05). The conclusion of this study laserpuncture can affect the plasma levels of β-endorphin in healthy subjects, but no statistically significant in the mean difference of plasma levels of β-endorphin between groups"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Kurniasih
"

Rasa sakit yang tidak ditangani dengan adekuat setelah operasi sesar dikaitkan dengan peningkatan kejadian nyeri kronis dan Post Traumatic Stress Syndrome (PTSS). Saat ini Ibu S berjenis kelamin perempuan, berusia 27 tahun, bekerja sebagai karyawan swasta, dengan status obstetri P1A0. Ibu S melahirkan secara sesar dengan indikasi pengapuran plasenta, persalinan berlangsung lancar dan tidak terdapat permasalahan yang muncul. Masalah yang saat ini paling mengganggu ialah nyeri pada luka sesar. Ibu S memberi nilai 6 dari nyeri yang dirasakan dan berdasarkan numeric pain intensity scale termasuk dalam golongan nyeri sedang. Ibu S mengatakan nyeri tersebut mengganggu aktivitas sehari – harinya sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut terhadap nyeri yang dirasakan. Intervensi yang dilakukan ialah penatalaksanaan non – farmakologis yaitu endorphin massage dan terapi murottal Al – Qur’an. Setelah dilakukan intervensi selama empat hari dengan satu kali intervensi dalam sehari yang dibantu oleh suami Ibu S dalam pelaksanaan intervensi, Ibu S memberi nilai 5 dari nyerinya setelah melakukan intervensi.


Pain that is not treated adequately after cesarean section is associated with an increased incidence of chronic pain and Post Traumatic Stress Syndrome (PTSS). At present Mrs. S is female, 27 years old, works as a private employee, with P1A0 obstetric status. Mrs. S gave a cesarean delivery with indications of calcification of the placenta, labor went smoothly and no problems arose. The problem that is currently most disturbing is pain in cesarean wounds. Mrs. S gave a value of 6 of the pain felt and based on the numerical pain intensity scale included in the category of moderate pain. Mrs. S said that the pain interfered with her daily activities so that she needed further treatment of the pain felt. The interventions carried out were non-pharmacological management, namely endorphin massage and Al-Qur'an murottal therapy. After intervening for four days with one intervention a day assisted by Ms. S's husband in the implementation of the intervention, Ms. S gave a value of 5 of the pain after intervening.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library