Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadya Natasha Amalia
"Kawasan Menteng yang kini terkenal sebagai kawasan hunian kaum elit Ibukota dulunya juga merupakan kawasan hunian kaum berada bangsa Belanda Umumnya rumah masa kolonial memiliki ciri serupa, begitu pula dengan rumah-rumah kolonial di Menteng. Meski kental akan tipologi bangunan Eropa, terdapat penyesuaian arsitektur terhadap kondisi iklim tropis di Indonesia. Melalui analisis tujuh elemen fasade didapati transplantasi karakteristik yang merefleksikan ciri bangunan hunian Eropa dan adanya adaptasi fasade rumah-rumah kolonial tersebut. Perubahan tampak pada bentuk atap, pintu, jendela, dan pengadaan ventilasi agar sirkulasi udara lebih baik.
......Menteng region today is well known for being an elite housing area in the capital city as it was also a housing area for elite Dutch colony back then. Colonial houses have similar styles in general and it goes the same way for houses in Menteng. In spite of the fact that there is a strong resemblance with European buildings’ typology, there are adjustments towards Indonesia’s tropical climate. Through the analysis on seven elements of façade, the characteristic transplantation of European houses and how they adapt were found. The changes seen in roof, door, window, and existence of ventilation were aimed to create a better air circulation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Wolter Juan Arens
"ABSTRAK
Ilmu dan teknologi yang berkembang pesat berkontribusi dalam terapan desain bangunan. Salah satunya adalah kemajuan desain konstruksi selubung bangunan. Perkembangan desain bangunan tinggi membuat luas area permukaan selubung bangunan menjadi luas, semakin besar pula beban panas yang diterima akibat sinar matahari. Penggunaan selubung bangunan jenis double skin facade merupakan salah satu jenis selubung bangunan yang umum digunakan. Sifat insulasi yang diberikan oleh ruang antar lapisan selubung dapat mengurangi beban panas yang diterima oleh bangunan gedung. Namun, pada kasus kebakaran, celah tersebut menjadi jalur pergerakan gas panas hingga perambatan flame meluas dan membakar titik lain. Posisi selubung yang berada di area luar, membuat pemadaman yang dapat dilakukan mengalami kesulitan. Selama ini, desain sistem proteksi kebakaran aktif hanya mempertimbangkan skenario kebakaran yang terjadi dalam gedung. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh butir air sebagai aspek pemadam pada perambatan gas panas yang ada di antara celah lapisan selubung. Pada eksperimen ini, lapisan berbahan dasar kayu yang memiliki dimensi 540 mm x 80 mm x 6 mm diasumsikan sebagai lapisan selubung. Variasi celah diantara lapisan sebesar 30 mm, 50 mm, dan 70 mm mempengaruhi karakteristik gas panas yang keluar melalui bukaan serta waktu yang dibutuhkan 4 buah nozzle dalam memadamkan perambatan gas panas diantara celah. Sistem supresi yang diaplikasikan pada celah di antaranya diharapkan dapat menjadi solusi bagi kebakaran selubung bangunan dengan desain double skin facade untuk menghalangi perambatan flame atau gas panas secara vertikal.

ABSTRACT
The rapid development of science and technology has contributed in the applied building design. One of them is the improvement of the construction design of the building envelope. Current high rise building design results in wider building envelop surface area and greater heat load received from the sun irradiation. One of the common used design is the double skin fa ade type building envelope. The insulation characteristic given by the envelope interlayer gap can reduce the heat load received. However, in fire cases, the gap becomes hot gasses path, supporting wider flame propagation. Its position in the outside leads to harder fire suppression effort. During this time, the active fire protection system design has just considering fire scenario inside the building. This research is conducted to see water droplets impact as extinguisher aspect on interlayer gap hot gasses propagation. The experiment used wooden layer with 540 mm x 80 mm x 6 mm dimention as envelope layer. The interlayer gap varies in 30 mm, 50 mm, and 70 mm to see hot gas output characteristic through and time needed for 4 nozzles to blocking the hot gas. The suppression system applied is expected to be a solution in the case of double skin fa ade building envelope fire event to blocking the propagation of flame or hot gas."
2018
T50956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weri Yuhendra
"Mengamati perkembangan pembangunan bangunan tinggi di kota besar seperti Jakarta, sangatlah menarik untuk membahas mengenai pemakaian bahan kaca sebagai alternatif fasade Menurut sebuah penelitian, bangunan modern pada masa ini telah turut berperan besar dalam menghabiskan sepertiga dari energi di dunia. Hal ini didukung dengan maraknya penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan pada bangunan untuk mendapatkan kenyamanan berkegiatan di dalam bangunan. Material kaca dan sistim HVAC sering dituding sebagai salah satu faktor yang berperan besar dalam pemborosan pemakaian energi dalam bangunan.
Kini, dengan menipisnya sumber energi alam dan semakin meningkatnya kadar emisi CO2, sebuah usaha untuk mengangkat topik disain yang sesuai dengan iklim, efisiensi energi dan konsep sustainability menjadi sangat penting. Dalam tahun-tahun belakangan ini telah berkembang sebuah sistim inteHigent facade yaitu, fasade yang dapat mengurangi konsumsi energi dan mendukung sistim mekanik dalam bangunan untuk mencapai kondisi nyaman yang maksimal. Salah satu aplikasi konsep tersebut adalah sistim double-skin facade sebagai kulit bangunan tinggi. Sistim ini telah menjadi populer keseluruh dunia sebagai salah satu alternatif solusi bagi bangunan yang ramah terhadap lingkungan dengan menggunakan material kaca. Sistim ini dapat menyediakan ventilasi alami, insulasi suara luar yang sangat baik, cahaya matahari, kendali pengguna untuk mengendalikan kondisi ruangannya, wajah bangunan yang berubah-ubah dan tranparansi bangunan. Sistim ini dikenai dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya dan tetap terlihat sebagai bangunan modern.
Tulisan ini membahas mengenai sistim double-skin facade dari pengertian, cara kerja, dampak pada penampilan bangunan dan aplikasi sistim tersebut pada bangunan tinggi. Penulis juga mencoba untuk meninjau kecocokan teknologi ini bila diaplikasikan di daerah iklim tropis lembab seperti di Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48526
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaesyar Nisfhan Akbar Rosadi
"

Artikel ini membahas tentang fasad dan elemen fasad gedung bioskop di Jakarta dan Bandung yang berdiri pada abad ke-20. Dalam ilmu arkeologi, fasad dan elemen fasad gedung bioskop yang didirikan oleh Belanda di Indonesia merupakan salah satu bukti arkeologi yang penting dalam mempelajari keunikan bentuk dan kekayaan nilai sejarahnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perubahan bentuk fasad dan bioskop di Jakarta dan Bandung abad ke-20 yang terbit dalam ruang dan waktu. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan tahapan mulai dari data, pengolahan data, dan interpretasi data. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah elemen fasad dan fasad pada setiap gedung bioskop di Jakarta dan Bandung dapat mengalami perubahan bentuk yang berbeda. Perbedaan bentuk sangat terlihat pada desain tata letak fasad, penampang jendela, ventilasi, dan ornamen yang juga dapat dilihat dari faktor ruang (geografi) dan waktu (periode pendirian).

 

Kata kunci: bentuk, fasad, elemen fasad, ruang, dan waktu

 


This article discusses the facades and elements of the facades of cinema buildings in Jakarta and Bandung that were founded in the 20th century. In archeology, the facades and elements of the facade of a cinema building that was erected by the Dutch in Indonesia are one of the important archaeological evidence in studying the uniqueness of its shape and its rich historical value. The purpose of this research is to see the changes in the form of facades and cinemas in Jakarta and Bandung in the 20th century which were published in time and space. This research uses descriptive analysis method with stages starting from data, data processing, and data interpretation. The results obtained from this study are the facades and facades elements in each cinema building in Jakarta and Bandung can experience different shape changes. The difference in shape is very visible in the design of the facade layout, window sections, ventilation, and ornamentation which can also be seen from the factors of space (geography) and time (period of establishment).

 

Keywords: shape, facade, facade elements, space, and time

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library