Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Ridha Zahra Fajrina
"Femisida merupakan salah satu manifestasi paling ekstrim dari kekerasan terhadap perempuan. Penulisan Tugas Karya Akhir ini bertujuan untuk memberikan penjelasan jika kematian NWR, seorang mahasiswi yang ditemukan tewas di makam ayahnya, sebagai femisida dalam relasi intim. Penulisan ini menggunakan teori feminis radikal dengan metode analisis isi dokumen berupa putusan pengadilan serta beberapa dokumen pendukung lainnya. Penulis mengidentifikasi jika sebelum terjadinya kematian NWR, dirinya mengalami berbagai kekerasan baik secara seksual, fisik maupun psikis, secara berulang selama menjalin relasi intim dengan pelaku (Randy Bagus Hari Sasongko). Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadinya femisida dalam relasi intim pada kasus NWR berakar pada misogini atau rasa kebencian terhadap perempuan yang terwujud secara beriringan dengan supremasi laki-laki dan seksisme. Penulis berargumentasi jika kematian NWR tetap dapat disebut sebagai femisida dalam relasi intim karena kematian NWR merupakan akibat dari intimate partner violence (IPV) yang dialaminya selama hampir 2 tahun.
Femicide is one of the most extreme manifestations of violence against women. This thesis aims to provide an explanation the death of NWR, a female student who was found dead in her father's grave, as an intimate partner femicide. This writing uses radical feminist theory with the method of documents analysis based on verdict and several other supporting documents. The author identified that prior to NWR's death, she experienced various violence, such as sexual violence, physical violence and psychological violence, repeatedly while having an intimate relationship with the perpetrator (Randy Bagus Hari Sasongko). The results of the analysis show that the occurrence of intimate partner femicide in the NWR case is rooted in misogyny or hatred of women which manifests itself concurrently with male supremacy and sexism. The authors argue that NWR's death can still be called an intimate partner femicide because NWR's death was the result of intimate partner violence (IPV) that she had experienced for almost 2 years."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Siti Aminah
"Femisida adalah bentuk ekstrem kekerasan berbasis gender terhadap perempuan yang tidak diatur secara eksplisit dalam hukum pidana Indonesia. Faktor pembeda utamanya terletak pada motivasi berbasis gender, yang berakar pada stereotip, diskriminasi, dan hubungan kekuasaan yang tidak setara. Studi ini menyoroti femisida intim dalam relasi pacaran dan ketidakadilan yang dialami oleh keluarga korban, yang haknya atas keadilan dan reparasi masih belum terpenuhi. Menggunakan pendekatan kualitatif dan analisis hukum feminis, penelitian ini meneliti 16 putusan pengadilan dari tahun 2023 dan lima kasus femisida intim relasi pacaran. Enam dari delapan indikator femisida diidentifikasi, termasuk riwayat kekerasan, kekerasan seksual, mutilasi, dan pembuangan jenazah di ruang publik. Viktimisasi kembali terjadi melalui narasi pelaku dan kurangnya penalaran sensitif gender dalam putusan peradilan. Penelitian ini menggarisbawahi urgensi mengkriminalisasi femicide sebagai tindak pidana yang berbeda, mereformasi prosedur pidana, dan memperkuat perlindungan bagi keluarga korban. Rekomendasi termasuk mengoptimalkan pedoman pemidanaan, meningkatkan kapasitas aparat penegak hukum dan mengembangkan advokasi serta pengetahuan hukum feminis.
Femicide is an extreme form of gender-based violence against women that remains unregulated explicitly under Indonesian criminal law. Its primary distinguishing factor lies in the gender-based motivation, rooted in stereotypes, discrimination, and unequal power relations. This study highlights intimate femicide in dating relationships and the injustice experienced by victims’ families, whose rights to justice and reparation remain unfulfilled. Using a qualitative approach and feminist legal analysis, this study examines 16 court decisions from 2023 and five dating relationship cases. Six out of eight femicide indicators were identified, including a history of violence, sexual violence, mutilation, and the disposal of the body in public spaces. Re-victimization occurred through the perpetrator’s narrative and the lack of gender-sensitive reasoning in judicial decisions. This research underscores the urgency of criminalizing femicide as a distinct offense, reforming criminal procedures, and strengthening protection for victims' families. Recommendations include optimizing sentencing guidelines, enhancing the capacity of support providers, and developing feminist legal advocacy and knowledge."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library