Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suripan Sadi Hutomo
Surabaya: Gaya Masa, 1991
899.232 SUR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Nasrul Chotib
"Kontak pertama bangsa Indian (Amerika dan Meksiko) dengan kulit putih (Amerika) adalah pertemuan dua budaya yang tidak saling memahami. Dari pertemuan tersebut timbul catatan sejarah penindasan dan perlawanan yang panjang. Berbagai kepentingan mulai dari ekonomi, politik, agama, hingga sastra berbaur dan menciptakan benturan ideologi antara dua bangsa tersebut.
Salah satu bentuk benturan ideologis tersebut terwujud melalui kehadiran tokoh-tokoh nativephilia dalam teks. Tokoh nativephilia adalah karakter kulit putih yang sengaja dihadirkan pengarang non-kulit putih dengan keberpihakan dalam bentuk komitmen yang tulus maupun dedikasi yang tinggi kepada pihak terjajah. Adalah fungsi ideologis tokoh ini yang diangkat sebagai masalah utama tesis.
Teori yang digunakan ialah teori Louis Afthusser yang menekankan dua hal : subjek dan aparat ideologis. Subjek ialah anggota masyarakat (pengarang dalam hal ini) yang berposisi tetap di hadapan ideologi sebagai hasil dan proses interpelasi dengan menginternalisasikan kesadaran semu kepada anggotanya. Aparat ideologi dibagi menjadi RSA (Repressive State Apparatus) dan ISA (Ideological State Apparatuses). Perbedaan pertama terletak pada konteks semantik-gramatik (apparatus=tunggal ; apparatuses=jamak) yang membuat kesatuan ISA tidak segera bisa terlihat. Kedua ialah wilayah kerja masingmasing : RSA pada wilayah publik dan 1SA perorangan (swasta). Perbedaan mendasar terletak pada cara kerja masing-masing. RSA pertama kali berfungsi secara represif meski ada kemungkinan menerapkan tindak represif seperti ISA, sementara ISA secara ideologis meski terbuka kemungkinan untuk menerapkan tindak represif seperti RSA.
Untuk kepentingan analisis dihadirkan dua tokoh nativephifia, Father Arnold dalam novel Reservation Blues dan Professor Mate dalam Delia's Song. Masing-masing secara berurutan, mewakili institusi keagamaan dan pendidikan dalam wacana masyarakat kolonial. Selain keberpihakan, tokoh nativephilia dilengkapi pengarang dengan ciri ambivalensi sebagai senjata, yakni jembatan, tekstual untuk melontarkan pesan berupa kritik pada ideology. Pesan pengarang tersebut ditujukan untuk mengungkap wajah lain kolonialisme. Dalam kasus Father Arnold, pengarang memanipulasi ambivalensi dalam nada olok-olok melalui oposisi 'keluguan penjajahan,' sementara Profesor Mattie dalam oposisi 'dedikasi/ supremasi.'
Tampilan kolonialisme ini dapat disimpulkan dalam oposisi 'dominasi/ persuasi' untuk menunjukkan pengokohan ideologi yang berlangsung bukan hanya melalui kekerasan (represi), namun juga terselubung (hegemoni).
Namun, posisi pengarang sebagai subjek bukannya tidak mengandung arus ambivalensi. Arus ini dimanfaatkan kolonialisme untuk menghadirkan siasat dalam menghadapi kritik pengarang dengan menunggangi ambivalensi yang tercipta dari kritik pengarang. Hal ini menimbulkan ambivalensi fungsi dalam kritik pengarang, yakni sebagai kritik yang menyerang sekaligus mengokahkan keberadaan ideologi. Dalam kasus Father Arnold ambivalensi pesan pengarang dibuktikan melalui muatan 'penipu/ penyelamat,' sementara Profesor Mattie muatan 'penjajah/ pembebas.' Muatan ambivalensi tersebut menyiratkan sisi anglophilia pengarang yang secara tak sadar turut mempertahankan keberadaan kolonialisme di antara bangsanya sendiri. Dalam kasus pengarang Indian ialah pernyataan Indian yang terselamatkan adalah Indian yang telah terevangelisasi budaya kulit putih, dalam kasus pengarang Chicano ialah pernyataan chicano yang tidak inferior adalah chicano yang telah terdidik oleh budaya kulit putih.

The first contact between (American and Mexican) Indian and White (American) settlers was the encounter between two not-each-other-understand cultures. From this erupts long historical annals of continual oppression and challenges. Much interests, including economic, politic, religious, even literary, melt and seek way to create ideological collisions between the nations engaged.
One of those ideological collisions manifests through the presence of nativephilian characters within the text. Nativephilian characters are white textual figures which purposively characterized by their non-white writers with their withstanding, either through commitment or dedication, towards the colonized. It is the characters ideological function which becomes main problem of this thesis.
Theory used is Althusserian ideological notion which stresses two things: subject and ideological apparatuses. Subject is sociological member (i.e. writers) which has constitutive position before ideology as a result of interpellation process by internalizing false consciousness towards its member. Ideological apparatuses consist of RSA (Repressive State Apparatus) and ISA (Ideological State Apparatuses). The first difference lies on semantic-grammatical context (apparatus=singular; apparatuses=plural) which makes ISA's unity can not immediately be noticed. The second the domains that RSA is public and ISA private. The basic difference lies on their function that RSA firstly functions repressively, though there would always be possibility to be ideological as ISA; while ISA ideologically, though, as RSA, repressive acts also remains possible.
For analysis, two characters presented that are Father Arnold within Reservation Blues novel and Professor Mattie within Delia's Song. Each, respectively, represents religious and educational institutions within the discourse of colonial society. Besides their withstanding, nativephilian characters are polished with ambivalence as weapon, i.e. tool, to send message, that is criticism, towards ideology. The writers message is directed to disclose the other face of colonialism. As in Father Arnold's case, the writer manipulates ambivalence within mockery tone through 'innocence/invasion' opposition, while Professor Mattie through 'dedication/supremacy.' These colonial images, then can be concluded as 'domination/ persuasion' opposition to represent ideology's prevalence which not only takes places in violence (repressive), but also in concealment (hegemonic).
Yet, the writers' subjectical position is not without its own ambivalence. This other current is used by colonialism to present strategy vis-a-vis the writers criticism by manipulating the ambivalence created inside the writer own criticism. This, in turn, creates ambivalent function within the writers criticism, i.e. as criticism that attacks and, in like manner, intensifies the presence of ideology. Within Father Arnold's case, this is proven through the presence of 'deceiver/saver' opposition, while in Profesor Mattie 'conquer or freer opposition. This ambivalence implies anglophilian side of the writers who, subconsciously, support the presence of colonialism among their own people. In Indian writer's case is the inference that the saved Indian is the whitely-evangelized Indian, while in Chicano writer, the not-inferior chicane is the whitely-educated chicane."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T2048
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jugiarie Soegiarto
"Bougainville, karya F.Springer, bercerita tentang keterbatasan manusia dalam memberi dan menerima kebenaran cinta dan ketulusan pertemanan. Cerita berbingkai yang dikisahkan oleh tokoh Aku-Bo, bertutur tentang kehidupan Tommie Vaulant, sahabat tokoh Aku dan pergumulan Opa de Leeuw menghadapi kolonialisme. Dari segi bentuk Bougainville mengingatkan kits pada Max Havelaar karya Multatuli, yang disebut oleh tokoh cerita sebagai karya pelopor dan pengarang ideal.
Selain Max Havelaar dan Multatuli, masih ada sejumlah karya dari nama besar lain, baik dari kalangan sastra maupun bukan, yang disebut dalam cerita ini. Oleh sebab itu, tesis ini menelaah jalinan unsur fiksi dan nonfiksi dalam cerita. Bagaimana kedua unsur itu berbaur dan dalam kombinasinya dengan bentuk cerita berbingkai mengaburkan Batas antara kenyataan dan rekaan. Dalam mengkaji jalinan fiksi dan nonfiksi itu dipakai semiotik sebagai landasan teori. Analisis sintaktis dipakai dalam menelaah unsur-unsur kenyataan, sedang dalam pemberian arti dipakai kajian semantis.
Dari kajian semiotis di atas diperoleh kesimpulan bahwa kenyataan dan kebenaran adalah dua hal yang sekaligus hadir dalam cerita. Hadirnya unsur fiksi dan nonfiksi dalam sebuah cerita sering mengecoh pembaca. Pembaca yang terlena dan kurang cermat mempercayai sebuah cerita yang fiksi sebagai sebuah kenyataan yang sungguh terjadi. Sebuah cerita yang meski menyampaikan kebenaran tetaplah hanya suatu fiksi., sebuah rekaan yang dibangun oleh pengarang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulandini
"Pengaruh media terhadap kemampuan memahami mental state, yang dikenal sebagai theory of mind (ToM), telah menarik perhatian peneliti perkembangan dalam lima tahun terakhir. Salah satu bentuk media yang sering diteliti adalah fiksi sastra yang telah terbukti berpengaruh terhadap ToM karena mampu memunculkan respon emosi dan intelektual. Penelitian pengaruh fiksi sastra terhadap ToM di kalangan anak usia sekolah bernilai penting. Di masa sekolah, anak tengah menghadapi interaksi dan konteks sosial yang semakin luas, seiring semakin berkembangnya penalaran mental state dan kemampuan literasinya.
Untuk membuktikan pengaruh fiksi sastra terhadap ToM anak usia sekolah, peneliti melakukan studi dengan tiga kelompok eksperimen yang masing-masing diberikan bacaan fiksi sastra, fiksi populer, non fiksi, dan satu kelompok kontrol. Perbandingan hasil tes keempat kelompok pada kemampuan first order dan second order ToM menunjukkan bahwa membaca fiksi sastra berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan first order dan pengaruhnya lebih baik dibandingkan membaca genre lainnya.
......Media influence on the ability to understand the mental state, known as the theory of mind (ToM), has attracted the attention of developmental researchers in the last five years. One of the media that is often studied were fiction. The type of fiction that has proven to give effect on ToM is the literary fiction in which considered able to bring emotional and intellectual response. The study of the effect of literary fiction on ToM conducted towards schoolage children is an important value. School-age children is facing wider interactions and social context, as their development of mental-state in reasoning ability and literacy skills.
Experimental study has done to prove the effect of literary fiction on ToM of school age with three experimental groups, they were groups of reading literary fiction, popular fiction, non-fiction, and one as a control group. Comparison of the results of ToM tests of four groups on the ability of first-order and second order indicate that reading literary fiction significantly affect the ability of first-order and the effect is better than reading the other genres."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berlian Suryo Putra Hia
"ABSTRAK
Artikel ini membahas konstruksi identitas tokoh aku sebagai seorang m tisse pada masa penjajahan Prancis di Vietnam dalam cerpen Les Vi t-Minh et Les Colons karya Kim Lef vre ditinjau dari analisis alur, latar, dan tokoh. Proses konstruksi identitas itu terjadi setelah ia menemukan foto masa kecilnya dan melihat wajahnya yang berbeda untuk pertama kalinya di sebuah cermin. Ayahnya adalah seorang tentara Prancis dan ibunya merupakan seorang asli Vietnam. Pengalaman ini menyadarkannya bahwa ia berbeda dari orang-orang beridentitas Vietnam yang lain. Hasil analisis menunjukkan bahwa tokoh aku adalah seorang gadis yang tetap berusaha mempertahankan identitas Vietnamnya, meskipun lingkungan Vietnam membuatnya merasa menjadi seperti ldquo;orang lain rdquo.
ABSTRACT

This article discusses the identity construction of main character as a m tisse on the France colonial period in Vietnam in the short story Les Vi t Minh et Les Colons by Kim Lef vre, reviewed by analyses on plot, setting, and characters. The construction happens after she finds her childhood photo and looks at her different face for the first time in the mirror. Her father was a French army and her mother is a vietnamese. This experience realize her that she is different from the others who have identity as the people of Vietnam. The result of analyses show that the main character is a girl who always makes efforts to keep her identity as a vietnamese, although the people of Vietnam make her feel like ldquo the other rdquo ."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Eco, Umberto
"Summary:
De Turin et Palerme à Paris, nous croisons des hystériques, des satanistes, des escrocs, un abbé qui meurt deux fois, des cadavres dans un égout, des jésuites complotant contre des francs-maçons, des confraternités diaboliques et des carbonari étranglant des prêtres. Nous assistons à la naissance de l'affaire Dreyfus et à la fabrication des Protocoles des Sages de Sion. Nous prenons part à des conspirations, aux massacres de la Commune et à des messes noires ... Tout est vrai dans ce savoureux feuilleton, à l'exception du principal narrateur, Simon Simonini, dont les actes ne relèvent cependant en rien de la fiction."
Londres: The Prague cemetery, 2012
853 UCO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eco, Umberto
Yogyakarta: Bentang, 2013
853 ECO pt (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gaiman, Neil
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2017
297.13 GAI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Webster, Jean
Solo: Buku Katta, 2021
813 WEB d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Campert, Remco, 1929 -
Amsterdam: De Bezige Bij, 1969
BLD 839.36 CAM l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>