Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Aidah Maghfirah
"The study examined the determinants of singlehood of never-married men and women aged 40-65 years with education as the main variable, using data from National Social-Economic Survey in 2007 and 2017. With the logit regression model, the result indicates that education is negatively significant in affecting the singlehood. Higher educated people are more likely to get married due to their good social attribute and consider as socially ready to form a family. Although there is declining marriage in these 10 years, the marriage norms still remain universal.
Studi ini menguji faktor penentu melajang pria dan wanita yang belum menikah yang berusia 40-65 tahun dengan pendidikan sebagai variabel utama, menggunakan data dari Survei Sosial-Ekonomi Nasional pada tahun 2007 dan 2017. Dengan model regresi logit, hasilnya menunjukkan bahwa pendidikan secara negatif signifikan dalam mempengaruhi kehidupan melajang. Orang yang berpendidikan lebih tinggi memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk menikah karena atribut sosial mereka yang baik dan dianggap "siap secara sosial" untuk membentuk keluarga. Meskipun ada penurunan pernikahan dalam 10 tahun ini, norma-norma pernikahan masih tetap universal."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Irfan Nurhadi Satria
"
ABSTRACTFinancial technology or FinTech refers to technology-enabled financial transaction solutions while financial inclusion refers to wider financial access to as-yet-unreached people. Some agencies such as the World Bank state that Fintech and Financial Inclusion have synergistic roles in developing a better economy. Based on Global Findex data of more than 140 countries, this research shows that FinTech and Financial Inclusion are positively correlated and have a causality effect on each other. I used a cross-section regression model adopted from Wang & Guan (2017) using regional Dummy variables distinguishing OECD, Developing World, and ASEAN countries with 2014 and 2017 data. The findings suggest that the role of Fintech in increasing financial inclusion is the strongest in OECD countries in the examined period. To develop financial inclusion in the countries, the use of Fintech should be pushed up, especially in developing countries like Indonesia.
ABSTRAKTeknologi keuangan atau FinTech mengacu pada solusi transaksi keuangan yang didukung teknologi, sedangkan inklusi keuangan mengacu kepada akses keuangan yang lebih luas untuk orang-orang yang belum terjangkau. Beberapa lembaga seperti Bank Dunia menyatakan bahwa Fintech dan Inklusi Keuangan memiliki peran sinergis dalam mengembangkan ekonomi yang lebih baik. Berdasarkan data Global Findex di lebih dari 140 negara, penelitian ini menunjukkan bahwa FinTech dan Inklusi Keuangan berkorelasi positif dan memiliki efek kausalitas satu sama lain. Saya menggunakan model regresi cross-section yang diadopsi dari Wang & Guan (2017) menggunakan variabel Dummy regional yang membedakan negara-negara OECD, Dunia Berkembang, dan ASEAN dengan data 2014 dan 2017. Temuan menunjukkan bahwa peran Fintech dalam meningkatkan inklusi keuangan adalah yang terkuat di negara-negara OECD pada periode yang diperiksa. Untuk mengembangkan inklusi keuangan di negara-negara, penggunaan Fintech harus didorong, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Faisol Raditya Pratama Putra
"
ABSTRACTSehubungan dengan tingkat perkembangan pelayanan keuangan pada beberapa negara berkembang, maka tingkat masyarakat yang mampu mengakses lembaga keuangan tersebut harusnya semakin meningkat. Kemudian dengan berjalannya roda perekonomian karena adanya penyaluran kegiatan keuangan terhadap layanan ekonomi itu, maka berbanding lurus dengan pengentasan kemiskinan, namun demikian dalam skripsi ini membahas tentang pengaruh keuangan inklusif terhadap pertumbuhan kemiskinan pada 2 negara asia tenggara, yaitu negara Indonesia dan Thailand. Dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) data yang di ambil dari sumber data World Bank ini berkisar pada kurun waktu 2006-2016. Hasil dari penilitian ini adalah bahwa beberapa variabel yang terdapat pada tulisan ini berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kemiskinan yang berada pada Thailand dan Indonesia. Pada tulisan ini menunjukan adanya signifikansi pada PDB, jumlah bank, populasi dan inflasi pada kedua negara tersebut.
ABSTRACTAs the level of development of financial services in several developing countries, the level of the community that is able to access these financial institutions should increase. Then with the passage of the economy due to the distribution of financial activities to economic services, it is directly proportional to poverty alleviation, however in this thesis discusses the effects of financial inclusion on poverty growth in 2 Southeast Asian countries, namely Indonesia and Thailand. By using the Ordinary Least Square (OLS) method the data taken from this World Bank data source ranges from 2006 to 2016. The results of this study are that some of the variables contained in this paper have a significant and positive effect on poverty at Thailand and Indonesia. This paper shows the significance of GDP, number of banks, population and inflation in both countries."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Naufal Daffaveda Adam
"
ABSTRAKPenelitian ini menganalisis perbedaan mendasar konsep keuangan berkelanjutan dan konsep keuangan tradisional menggunakan parameter oleh Soppe 2004. Selain itu penelitin ini juga menganalisis penerapan keuangan berkelanjutan pada Bank ABC menggunakan parameter dari Soppe 2004 dan POJK nomor 51. Berdasarkan penelitian studi kasus yang didukung dengan data primer dan sekunder, penelitian ini menunjukkan bahwa Bank ABC telah memenuhi seluruh parameter penerapan keuangan berkelanjutan oleh Soppe 2004 yakni Theory of the Firm, Human Nature of Economic Actors, Ownership Paradigm, dan Ethical Framework. Selain itu, Bank ABC pun telah menunjukkan upaya maksimal dalam pemenuhan ketentuan keuangan berkelanutan berdasarkan POJK nomor 51 yang mewajibkan lembaga jasa keuangan untuk menerapkan delapan konsep prinsip keuangan berkelanjutan, penyusunan Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan, serta penyusunan laporan keberlanjutan perusahaan. Berdasarkan hasil analisis, Bank ABC pun dapat dikatakan telah menerapkan konsep keuangan berkelanjutan.
ABSTRACT>
This study analyzes the fundamental differences of sustainable finance and traditional finance using parameters by Soppe 2004. In addition to that, this study also analyzes the implementation of sustainable finance in Bank ABC using parameters from Soppe 2004 and POJK 51. Based on case study approach supported by primary and secondary data, this study shows that Bank ABC has fulfill all parameters of sustainable finance implementation by Soppe 2004, such as Theory of the Firm, Human Nature of Economic Actors, Ownership Paradigm, and Ethical Framework. In addition, Bank ABC has also demonstrated its maximum effort in fulfilling sustainable finance implementation obligations under POJK 51 which requires financial institutions to apply eight principles of sustainable finance, prepare a Sustainable Financial Action Plan and sustainability report. Based on the analysis, it can be concluded that Bank ABC has implemented sustainable finance."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library