Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imarotul Mufidah
"Kota Semarang merupakan kota pesisir yang sering dilanda banjir rob. Banjir rob yang melanda kota ini cenderung semakin meluas antara lain karena adanya penurunan muka tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerentanan wilayah terhadap banjir rob yang ada di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode logika fuzzy dan metode analisis spasial dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2012 kerentanan wilayah terhadap banjir rob di Kota Semarang mencakup wilayah seluas 2.940 ha atau sekitar 51,64 persen dari wilayah bahaya rob serta tersebar di bagian tengah hingga ke timur daerah penelitian yang berdekatan dengan laut. Kerentanan wilayah terhadap banjir rob di Kota Semarang didominasi oleh tingkat kerentanan sangat rendah. Wilayah dengan tingkat kerentanan terhadap banjir rob sangat tinggi terdapat di Kelurahan Tanjung Emas yang wilayahnya termasuk dalam kategori wilayah bahaya tinggi dan kondisi kerentanan wilayah yang juga tinggi.

Semarang city is a coastal city that is often flooded tides. Tidal flooding that hit the town was likely more widespread due to land subsidence. The purpose of this study was to determine the vulnerability of the area to tidal flooding in the city of Semarang. This study uses fuzzy logic method approach and methods of spatial analysis and descriptive analysis. The results showed that in 2012 the vulnerability of the tide flooding in Semarang city covers an area of ​​approximately 2940 hectares or 51.64 percent of the tidal flood hazard areas and spread over the middle to the eastern study area adjacent to the sea. Vulnerability to flooding tidal areas in Semarang City is dominated by the very low level of vulnerability. The area with the level of vulnerability to flooding tides are very high in the Tanjung Emas village whose territory included in the category of high hazard areas and conditions are also areas of high vulnerability."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Syaheri
"Penelitian ini membahas tentang tingkat risiko banjir dimana variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahaya banjir, keterpaparan banjir, dan kerentanan banjir. Wilayah penelitian berada di Kota Tanjungpinang dengan fokus hanya di kelurahan tergenang banjir di Kota Tanjungpinang dimana terdapat 11 kelurahan tergenang banjir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skoring dan overlay. Dari hasil survei lapang, 2022, wilayah banjir dengan kedalaman banjir antara 30-90 cm mendominasi wilayah penelitian. Lama banjir <=3 jam dengan frekuensi kejadian tunggal dalam 1 tahun kejadian cenderung terjadi di wilayah penelitian. Bahaya banjir di Kota Tanjungpinang didominasi oleh tingkat bahaya banjir yang berada pada kelas rendah dengan luas 241 Ha. Keterpaparan banjir didominasi oleh kelas keterpaparan sedang dengan luas sebesar 97 Ha. Sedangkan untuk kerentanan didominasi oleh kerentanan yang berada pada kelas tinggi. Banjir di Kota Tanjungpinang umumnya disebabkan karena luapan dari parit atau drainase di sekitar area permukiman yang padat penduduk. Risiko banjir pada kelas tinggi memiliki luas wilayah 48 Ha dimana pada umumnya wilayah tersebut berada di morfologi yang mendekati dengan pesisir pantai di barat wilayah penelitian yang meliputi Kelurahan Tanjung Unggat, Tanjung Ayun Sakti, Kampung Baru, Tanjungpinang Kota, dan Tanjungpinang Barat.

This study discusses the level of flood risk where the variables used in this study include flood hazard, flood exposure, and flood vulnerability. The research area is in Tanjungpinang City with a focus only on flooded sub-districts in Tanjungpinang City where there are 11 flooded sub-districts. The method used in this research is scoring and overlay. From the results of the field survey, 2022, flooded areas with flood depths between 30-90 cm dominate the study area. Flood duration <= 3 hours with a single incident frequency in 1 year tends to occur in the study area. The flood hazard in Tanjungpinang City is dominated by the level of flood hazard which is in the low class with an area of 241 Ha. Flood exposure is dominated by the moderate exposure class with an area of 97 Ha. Meanwhile, vulnerabilities are dominated by vulnerabilities that are in the high class. Floods in Tanjungpinang City are generally caused by overflow from ditches or drainage around densely populated residential areas. Flood risk in the high class has an area of 48 Ha where in general the area is in a morphology close to the coast in the west of the study area which includes Tanjung Unggat, Tanjung Ayun Sakti, Kampung Baru, Tanjungpinang Kota, and Tanjungpinang Barat Villages."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Irawati
"Hampir setiap tahun betserapa wilayah di Jakarta selalu dilanda banjir dan hal ini sangat merugikan penduduk, terutama daerah langganan banjir.
Atas dasar pemikiran, tersebut di alas, tulisan ini akan membahas mengenai wilayah banjir dan waktu banjir di Jakarta bagian Barat serta faktor-faktor penyebabnya
Sehubungan dengan tujuan tulisan. Masalah yang dikemukakan yaitu ; Di wilayah bagian mana saja terjadi banjir pada DKI Jakarta bagian barat pada tahun 1979? Kapan dan berapa lama terjadi banjir di bagian tersebut? Mengapa?
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Gusti Hari
"ABSTRAK
Variabilitas iklim di Cekungan bandung memberikan dampak terhadap curah hujan sehingga mendorong perubahan karakteristik banjir yang terjadi khususnya pada wilayah rentan terhadap banjir. Salah satu langkah untuk meminimalkan kerugian akibat banjir adalah dengan mengetahui pola keterpaparan banjir di wilayah yang rentan banjir. Indikator yang digunakan untuk menilai tingkat keterpaparan yaitu, frekuensi kejadian banjir, kedalaman banjir dan durasi banjir. Penilaian keterpaparan dilakukan di Cekungan Bandung pada wilayah yang rentan terhadap banjir tahun 2014 hingga tahun 2016. Pola keterpaparan banjir di wilayah rentan banjir yang terbentuk tidak selalu mengikuti arah aliran sungai. Wilayah yang rentan terhadap banjir memiliki wilayah keterpaparan tinggi yang paling luas terjadi pada tahun 2016. Pada beberapa daerah dengan nilai kerentanan sedang juga memiliki nilai keterpaparan yang tinggi. Curah hujan pemicu kejadian banjir di Cekungan Bandung terutama berasal dari 3 hari berturut-turut sebelum kejadian banjir

ABSTRAK
Climatic variability in the Bandung basin has an impact on rainfall, thereby influence changes in flood characteristics occurring particularly in vunerable areas. One of the steps to minimize losses due to floods is to know the pattern of flood exposure in flood vulnerable areas. The indicators used to assess the level of exposure are, the frequency of flood events, the depth of the flood and the duration of the flood. The assessment of exposure is carried out in the Bandung Basin in vulnerable areas to floods from 2014 to 2016. Flood exposure patterns in flood vulnerable areas are not always in the direction of river flows. Flood vulnerable areas have high exposure region the most widely occur in 2016. In some areas with moderate vulnerability values also have high exposure values. Rainfall causes flood events in the Basin of Bandung mainly comes from 3 consecutive days before the flood."
2017
S69009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilda Hamidah
"ABSTRAK
Banjir merupakan bencana alam yang mayoritas terjadi di daerah hilir. Namun, ternyata banjir juga dapat terjadi di DAS bagian hulu. Meskipun durasi banjir di hulu tidak berlangsung lama, namun tetap dapat menimbulkan kerugian dan merusak infrastruktur. Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, merupakan daerah banjir tahunan. Daerah tersebut dilewati oleh DA Ci Kidang dan Ci Tanduy. Terjadinya pendangkalan sungai menyebabkan tanggul tidak dapat menahan luapan air sehingga menyebabkan banjir di daerah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memetakan pola bahaya banjir dan wilayah keterpaparan banjir di Kecamatan Sukaresik. Keterpaparan wilayah terhadap banjir dianalisis berdasarkan unit grid dengan luasan 90m x 90m. Penelitian ini menggunakan empat variabel 1 karakteristik banjir frekuensi, kedalaman, dan durasi banjir 2 aspek fisiografi; 3 aspek penduduk; dan 4 penggunaan tanah. Variabel karakteristik banjir diolah dengan metode interpolasi spline, kemudian dianalisis dengan metode skoring dan overlay. Pola bahaya banjir di Kecamatan Sukaresik selalu terletak berdekatan dengan aliran Ci Tanduy dan Ci Kidang. Tingkat bahaya banjir tinggi secara fisiografi terdapat pada bentuk medan yang datar, dengan ketinggian

ABSTRACT
Although flood is a natural disaster that mostly occurs in downstream areas, in several condition flood occurs in upstream area. The duration of floods in the upstream does not last long, but still can cause losses and damage the infrastructure. Sukaresik District, Tasikmalaya Regency, is an annual flood area. The area is passed by Ci Kidang and Ci Tanduy stream. The occurrence of siltation in the river causes the dike to not withstand the overflow of water causing flooding in the surrounding area. This study aims to analyze and map the pattern of flood hazard and the flood exposure area in Sukaresik District. Exposure of the region to flood was analyzed by grid unit with 90m x 90m width. This research uses four variables 1 characteristics of flood frequency, the depth, and flood duration 2 physiography aspects 3 population aspects and 4 land use. Flood characteristic variable was processed by spline interpolation method, then analyzed by scoring and overlay method. Flood hazard pattern in Sukaresik District always lies adjacent to Ci Tanduy and Ci Kidang. The high flood hazard rate based physiography contained in flat land form, with a height."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Maulana
"Ci Sadane merupakan salah satu sungai yang melalui Kota dan Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Pada tahun 2014 bencana banjir terjadi di wilayah Kota Tangerang mengakibatkan 1270 rumah terendam banjir. Besarnya dampak kerugian banjir bagi manusia membuat informasi wilayah rawan banjir sangat diperlukan untuk meminimalisir dampak kerugiannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran wilayah rawan banjir di wilayah penelitian Daerah Aliran DA Ci Sadane. Metode yang digunakan untuk mengetahui Wilayah Rawan Banjir ialah metode overlay. Dengan cara meng overlay wilayah potensi banjir dan wilayah kejadian banjir aktual. Potensi banjir diketahui dengan metode overlay tumpangsusun variabel yang berpengaruh terhadap banjir, yaitu 1 Curah Hujan, 2 Kelerengan, 3 Ketinggian, 4 Tekstur Tanah, dan 5 Penggunaan Tanah. Hasil penelitian menunjukkan sebaran kelas curah hujan, kelerengan, wilayah ketinggian, tekstur tanah, penggunaan tanah, wilayah potensi banjir, wilayah banjir, dan wilayah rawan banjir. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Daerah Administrasi Kota dan Kabupaten Tengerang yang berada dalam Daerah Aliran Ci Sadane dengan ketinggian 0 25 m dpl memiliki wilayah rawan banjir sangat rendah 5,72 , rendah 81,60 , sedang 7,55 , dan tinggi 5,13 . Wilayah rawan banjir rendah memiliki tingkat dominasi yang tinggi di 19 Kecamatan, yaitu Batuceper, Benda, Cibodas, Cipondoh, Jatiuwung, Karawaci, Neglasari, Periuk, Pinang, Tangerang, Curug, Kelapa Dua, Kosambi, Pagedangan, Pakuhaji, Sepatan, Sepatan Timur, Sukadiri, dan Teluknaga.

Ci Sadane is one of the rivers crossing of the City and Regency of Tangerang, Banten Province. In 2014, floods occurred in the Tangerang City. This flood caused 1270 house of residents submerged. The magnitude of losses for humans affected by floods, making information flood-hazard areas is needed to minimize the loss of the impact. This study aims to observe the distribution of flood-hazard areas in the Sadane watershed. The method used to find out the distribution of flood-hazard areas is the overlay method. The flood hazard areas are known from the overlay between potential areas and actual flood areas. The potential areas known by overlay inter variables method, such as 1 Rainfall, 2 Slope, 3 Elevation, 4 Soil Texture, and 5 Land Use. Flood Hazard is known by overlay flood potential levels and actual flood events. The results showed the distribution of rainfall, slope, elevation areas, soil texture, land use, flood potential areas, flood areas, and flood hazard areas. The conclusion of the research shows that the City Administration Area and Regency of Tangerang located Sadane watershed with height of 0-25 m asl have very low hazard flood areas 5,72, low 81,60, medium 7,55, and high 5,13. The flood hazard areas with low levels area in 19 location including Batuceper, Benda, Cibodas, Cipondoh."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwina Puspa
"Wilayah Indonesia yang paling rawan bencana banjir berada di Pulau Jawa, salah satunya di Kabupaten Garut, yaitu di hulu DA Ci Manuk. Banjir di Ci Manuk sering terjadi karena debit banjir yang lebih besar daripada daya tampungnya. Terjadinya penggundulan hutan secara terus-menerus di bagian hulu Ci Manuk membuat kemampuan DAS menyimpan air menjadi berkurang, jika ditambah dengan curah hujan yang ekstrim,maka dapat memicu terjadinya banjir bandang.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat kerentanan bahaya banjir bandang di Daerah Aliran Ci Manuk bagian hulu, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat dengan metode Analytical Hierarchy Process AHP, yaitu suatu metode pengambilan keputusan dengan memanfaatkan persepsi pakar atau informan yang dianggap ahli sebagai input utamanya sehingga diperoleh bobot dari masing-masing kriteria yang digunakan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketinggian, penggunaan tanah permukiman, curah hujan, penduduk usia rentan, kualitas bangunan, sosialisasi mitigasi, dan kepadatan penduduk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah dengan kelas kerentanan: 1 rendah, berada di wilayah dengan frekuensi curah hujan ekstrim < 10, dataran menengah-tinggi > 1000 mdpl, jumlah penduduk rentan < 20 dari jumlah penduduk yaitu berada di Kecamatan Samarang 2 sedang, berada di wilayah dengan frekuensi curah hujan ekstrim 10 - 17, dataran menengah 500 ndash; 1000 mdpl, penduduk rentan 20 - 40 dari jumlah penduduk yaitu berada di Kecamatan Malangbong 3 tinggi, berada di wilayah dengan frekuensi curah hujan ekstrim > 17, dataran rendah < 500 mdpl, dan penduduk rentan > 40 dari jumlah penduduk berada di Kecamatan Bayongbong di bagian selatan DA Ci Manuk bagian hulu.

Indonesia 39 s most flood prone areas are in Java, one of them in Garut Regency, namely in the Ci Manuk Upstream Watershed. Flooding in Ci Manuk often occurs due to flood discharge greater than its capacity. Continuous deforestation in the upstream Ci Manuk makes the ability of watersheds to decrease water, if added with extreme rainfall, it can trigger the occurrence of flash flood.
The purpose of this research is to analyze the vulnerability level of flash flood hazard in Ci Manuk Upstream Watershed, Garut District, West Java Province with Analytical Hierarchy Process AHP method, which is a decision making method by using expert perception or informant who considered expert as main input so as to obtain the weight of each criterion used in this research. Variables used in this study are elevation, land use settlement , rainfall, vulnerable population elderly, building quality, mitigation socialization, and population density.
The results showed that areas with vulnerability classes 1 low, are located in areas with extreme precipitation frequency 10, medium high plains 1000 masl, the vulnerable population 20 of the population is located in Samarang sub district 2 medium, are in areas with extreme precipitation frequency 10 17, middle plains 500 1000 masl, the vulnerable population 20 40 of the population is located in Malangbong sub district 3 high is in the region with extreme rainfall frequency 17, lowland 40 is in Bayongbong sub district in southern Ci Manuk Upstream Watershed.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Priambodo
"Bencana banjir merupakan bencana yang hampir setiap tahun selalu terjadi di Jakarta, dimana berbagai macam daya dan usaha telah dilakukan pemerintah untuk mencegah dan mengantisipasi bencana ini. Banyak penelitian ndash; penelitan sebelumnya telah menganalisa mengenai faktor-faktor penyebab banjir, namun belum banyak yang melakukan studi komperhensif mengenai keterkaikan faktor-faktor tersebut dan menggabungkannya ke dalam suatu analisa komperhensif. Penelitian ini menggabungkan beberapa faktor penyebab banjir yaitu intensitas curah hujan, tinggi pasang surut muka air laut, elevasi, dan koefisien limpasan air permukaan runoff akibat pola penggunaan lahan menjadi satu dan menganalisanya menggunakan regresi linear berganda Multiple Linear Regression dan regresi pembobotan geografis Geographic Weighted Regression untuk mengetahui berapa besar signifikansi faktor-faktor penyebab banjir tersebut, berikut besar koefisien masing-masing faktor dan dimana wilayah dengan kerentanan banjir tertinggi berdasarkan pola penggunaan lahannya.

Jakarta, as the Capitol City of Indonesia is also one of the most flooded area in Indonesia 1 . The floods were occurred annually and heavy floods were usually occurred once in few years. This paper will address the geographic distribution of floods and statistical analysis of the flood's causes using rain intensity, tidal height, elevation, and floods occurrence as the parameters in Angke and Penjaringan District, located in Northern Jakarta where the floods hit the most. Based on the calculation using Linear Regression, it's observed that rainfall intensity, remaining water inundation from previous flood, and land runoff coefficient as the main factor of flooding in the area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50689
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santo Ignatius
"ABSTRAK
Ada sekitar 40% dataran di Jakarta yang tidak dapat mengalirkan air secara gravitasi menurut studi dari Jakarta Coastal Defense Strategy. Hal ini mengakibatkan beberapa daerah di Jakarta terjadi genangan banjir. Untuk mengatasi hal tersebut dibuatlah suatu sistem drainase untuk kawasan yang tidak dapat mengalirkan air secara gravitasi, yaitu sistem polder. Ide awal dari sistem polder di Jakarta sebenarnya sudah tercetus sejak zaman penjajahan Belanda, tetapi ide tersebut baru terealisasikan dalam sebuah kajian yang dilakukan oleh NEDECO tahun 1973 berupa masterplan dari sistem drainase di Jakarta. Pada masterplan tersebut diketahui bahwa Jakarta dibuat menjadi suatu sistem polder dengan Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur sebagai pembatasnya. Beberapa kawasan di Jakarta juga dibuat menjadi sistem polder. Salah satunya adalah Sistem Polder Waduk Sunter Utara. Pada kenyataannya walaupun kawasan Sunter Utara sudah dalam bentuk sistem polder, masih terdapat genangan banjir di kawasan tersebut. Untuk mengetahu penyebab genangan banjir di kawasan tersebut dilakukan dengan simulasi menggunakan aplikasi HEC-HMS dan HEC-RAS. Berdasarkan hasil simulasi tersebut diketahui bahwa penyebab genangan banjir di Sistem Polder Waduk Sunter Utara akibat dari kurangnya kapasitas saluran utama dan operasi pompa di sistem polder yang kurang optimum. Sehingga untuk mengatasi genangan banjir tersebut dapat dilakukan dengan memperbesar dimensi saluran utama dan menambah kapasitas serta mengubah elevasi operasi pompa.

ABSTRACT
There are around 40% of the plains in Jakarta that cannot drain water by gravity according to a study from the Jakarta Coastal Defense Strategy. This resulted in several flood areas in Jakarta. To overcome this problem, a drainage system is created for areas that cannot drain water by gravity, which was named polder system. The initial idea of ​​a polder system in Jakarta had actually emerged since the Dutch colonial era, but the idea was actualized in a study conducted by NEDECO in 1973 in the form of a master plan of a drainage system in Jakarta. In the master plan, it is known that Jakarta is made into a polder system with the West Flood Canal and the East Flood Canal as a barrier. Some areas in Jakarta are also made into polder systems. One of them is the North Sunter Polder System. In fact, even though the North Sunter area is already in the form of a polder system, there is still flood in this area. To find out the cause of flood inundation in the area, it can be known by simulation using the HEC-HMS and HEC-RAS applications. Based on the simulation results it is known that the cause of flood inundation in the North Sunter Polder System is due to the lack of main channel capacity and less optimum pump operation in the polder system. So that to overcome the flood inundation can be done by enlarging the dimensions of the main channel and increasing capacity and changing the pump operating elevation."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Surya Asri
"Banjir merupakan bencana hidrometeorologi yang paling sering terjadi jika dibandingkan dengan bencana hidrometeorologi lainnya. Kabupaten Majalengka termasuk salah satu wilayah di Jawa Barat yang memiliki potensi dan luas bahaya banjir yang tinggi, selain itu kerugian yang dirasakan tidak hanya material namun immaterial seperti jatuhnya korban jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik curah hujan pada kejadian banjir di Kabupaten Majalengka tahun 2014 hingga 2018 dan mengidentifikasi faktor penyebab banjir pada wilayah banjir yang sudah ditentukan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi curah hujan, penggunaan lahan, ketinggian, dan lereng. Curah hujan dihitung dengan metode mononobe untuk menghasilkan intensitas harian dan dihitung dengan API5 untuk memperkirakan kelembaban tanah. Hasil menunjukkan bahwa kejadian banjir di Kabupaten Majalengka disebabkan oleh kelembaban tanah yang lembab dan sangat lembab, sedangkan variasi curah hujan dan intesitas hujan pada saat kejadian tidak mempengaruhi banjir. Berdasarkan penggunaan lahan, banjir di Kabupaten Majalengka terjadi pada wilayah lahan terbangun (permukiman atau aksesbilitas) atau sawah, kemudian banjir berdasarkan morfologi terjadi di dataran banjir (floodplain) ataupun rawa belakang (backswamp).

Flood is one of the most common hydrometeorological disasters that occur in West Java, especially Majalengka Regency that has high potency of flood hazards. Furthermore, the floods did not only cause the loss in material, but also non-material things such as the loss of life. This study discussed the characteristics of rainfall in flood events in Majalengka District from 2014 to 2018 and regulated the flood causes in predetermined flood areas. The variables used in this study included rainfall, land use, altitude, and slope. Rainfall was calculated by the mononobe method to produce daily intensity and was calculated by API5 to calculate soil moisture. The results showed that the incidence of flood in Majalengka Regency was caused by moist and very moist soil moisture, while variations in rainfall and rainfall intensity during the incident did not affect flood. Based on land use, floods in Majalengka Regency occurred in built areas (settlements or accessibility) or fields; meanwhile flood based on morphology occurred in the floodplain through the backswamp."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>