Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Richards, Lucinda
Jakarta: Elex Media Komputindo, 1997
721.6 RIC ht
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S36802
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Mahsa Gantari
"Tulisan ini membahas tentang hubungan antara legibility konfigurasi denah serta landmark dari suatu lingkungan indoor dan pembentukan peta kognitif. Tujuan dari penulisan ini mengarah pada pemahaman terkait legibility konfigurasi denah dan landmark sebagai elemen lingkungan indoor yang mengacu pada pengetahuan spasial 2d dan 3d, serta hubungannya dengan pembentukan peta kognitif yang terjadi secara bertahap dalam tiga bentuk pengetahuan spasial. Dalam hal ini, legibility bergantung pada kompleksitas dari konfigurasi denah dan saliency dari landmark yang dimiliki. Penulisan ini menganalisis sebuah mal yang terletak di Kawasan Cibubur sebagai kasus. Analisis dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu (1) legibility konfigurasi denah dan landmark dengan basis objektif dan (2) pembentukan peta kognitif dengan basis yang lebih subjektif. Pendekatan pertama terdiri dari dua bagian, yaitu analisis konfigurasi denah berdasarkan kompleksitas dan identifikasi potensi landmark berdasarkan saliency, sedangkan pendekatan kedua berfokus pada tiga bentuk tahapan pengetahuan spasial. Hasil dari studi yang dilakukan menunjukkan bahwa landmark yang salient dan konfigurasi denah yang sederhana dapat memudahkan pembentukan peta kognitif seseorang. Kedua elemen lingkungan dengan karakteristik tersebut dapat membantu individu dalam mengodekan hubungan spasial antar objek, tempat, dan atribut, serta memahami hubungan antar elemen ruang sehingga hubungan spasial di antaranya dapat dikodekan, dipahami, dan digunakan untuk membentuk peta kognitif.
......This paper discusses the relationship between the legibility of a floor plan configuration and landmarks in an indoor environment and the formation of cognitive maps. The aims of this paper pertain to the legibility of floor plan configuration and landmarks, as indoor environmental elements which refer to 2d and 3d spatial knowledge, and their relationship to the formation of cognitive maps that occurs in three stages of spatial knowledge. In this regard, the degree of the legibility depends on the complexity of the floor plan configuration and the saliency of the landmarks. This paper analyzes a mall located in Cibubur as a case study. The analysis is conducted through two approaches: (1) the legibility of the floor plan configuration and landmarks which are objectivity-based, and (2) the formation of cognitive maps which subjectivity-based. The first approach consists of two parts: an analysis of the complexity of floor plan configuration and an identification of landmarks potential based on saliency. Besides, the second approach focuses on the three stages of spatial knowledge. This study demonstrates such salient landmarks and a simple floor plan configuration can facilitate the formation of one's cognitive map. Such characteristics of these physical environmental elements assist one in distinguishing objects, places, and attributes within the environment, as well as understanding the spatial relationships between them. Spatial relationships, therefore, can be encoded, understood, and utilized to form a cognitive map of the environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"An experimental study of the lateral shear performance of wooden floor system sheathed with thick sugi plywood using sugi compressed wooden dowels is described. The objective of this investigation are 1) to study the in-plane shear resistance of wooden floor system sheathed with sugi timber dowels, 2) to determine the effects of the number of sugi timber dowels on the performance of wooden floor system. In this study, 3 specimens of wooden floor system were tested. Each of wooden frame floor system consists of 2 horizontal beams. 3 vertical beams, 4 horizontal supporting beams. All beams were made of solid wood of Japanese pine (Sugi). Each specimen consists of 6 floor panels which are nailed to the wood frame floor system by sugi timber dowels. Each specimen use different number of sugi timber dowels on the edge of each floor panels, that is. 3, 4, and 5 sugi timber dowels. From this study, results indicate that the number of sugi timber dowels will significantly affect lateral shear performance of wooden floor system."
624 CANT 1:2 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syahniar Mukmina
"ABSTRAK

Latar belakang: Persalinan pervaginam merupakan salah satu faktor risiko terjadinya disfungsi dasar panggul. Proses persalinan menyebabkan kerusakan pada otot dasar panggul dan saraf sehingga tejadi penurunan fungsi otot. Disfungsi dasar panggul merupakan kondisi yang umum terjadi dan berhubungan dengan penurunan kualitas hidup. Salah satu tata laksana konservatifnya adalah dengan melatih kekuatan otot dasar panggul. Stimulasi elektromagnetik merupakan metode yang tidak invasif untuk tata laksana disfungsi dasar panggul. Namun, penelitian yang pernah dipublikasi mengenai efek stimulasi elektromagnetik terhadap kekuatan kontraksi otot dasar panggul terbatas.

Tujuan: Mengetahui efek stimulasi elektromagnetik terhadap kekuatan kontraksi otot dasar panggul pasca persalinan pervaginam.

Metode: Kuasi eksperimen dengan desain tes sebelum dan tes sesudah pada satu kelompok tanpa menggunakan kontrol.

Hasil: Sebanyak 10 subjek dilakukan stimulasi elektromagnetik. Kekuatan kontraksi otot dasar panggul pasca stimulasi elektromagnetik lebih tinggi dibandingkan sebelum stimulasi elektromagnetik dengan nilai  median berturut-turut 33,70 (21,25) dan 43,45 (22,2) (p= 0,008). Tidak terdapat perbedaan kekuatan kontraksi otot dasar panggul berdasarkan berat lahir bayi, episiotomi, dan ruptur perineum dengan nilai p berturut-turut sebesar 0,394, 0,425, dan 0,223. 

 

Kesimpulan: Kekuatan kontraksi otot dasar panggul setelah diberikan stimulasi elektromagnetik cenderung lebih tinggi dibandingkan sebelum stimulasi. Tidak terdapat perbedaan kekuatan kontraksi otot dasar panggul pasca persalinan pervaginam berdasarkan berat lahir bayi, episiotomi, dan ruptur perineum. 


ABSTRACT


Background: Vaginal delivery is an important risk factor for developing pelvic floor muscle dysfunction. Delivery induces damage to both pelvic floor mucle and nerve so that its function may be impaired. Pelvic floor dysfunction is a common condition and closely related to decreased quality of life. Popular conservative treatment for this condition is routine exercise of pelvic floor muscle. In the other hand, electromagnetic stimulation was introduced as an less invasive treatment of choice. However, research publication regarding electromagnetic stimulation effect to the strength of pelvic floor muscle is scarce.

Objectives: Exploring the effect of electromagnetic stimulation to the strength of pelvic floor muscle contraction after vaginal delivery.

Methods:  This is a quasi-experimental study comparing pre and post intervention in one set of patients without control.

Results: Electromagnetic stimulation program was completed in 10 subjects. The strength of pelvic floor muscle contraction after the program was significantly higher than before the program 33,7 (21,25) and 43,45 (22,2) respectively, p = 0,008). Fetal birth weight, episiotomy, and perineal rupture were not associated with pelvic floor muscle contraction (p=0,394, p=0,425, and p=0,223 respectively).

Conclusion: The strength of pelvic floor muscle contraction after electromagnetic stimulation was higher than before the procedure. No difference was identified regarding pelvic floor contraction after vaginal delivery based on fetal birth weight, episiotomy, and perineal rupture.

"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feka Angge Pramita
"Penerapan floortime diberikan kepada anak laki~laki berusia 3,9 tahun yang mengalami keterlambatan perkembangan bahasa-bicara, yaitu perkcmhangan bahasa-bicam anak yang mengalami `hamba1an yang tidak sesuai dengan perkcmbangan anak seusianya. Floortime memfokuskan pada meningkatkan kemampuan berinisiatif dan berinteraksi dua arah dengan ibu. Penerapan scsi Floortime berlangsung selama satu bulan dilakukan dalam rangkaian empat sesi pre-rest, delapan belas scsi intervensi, dan dua scsi post rest untuk melihat perubahan interaksi antara anak dengan ibu. Setelah scsi intervensi, diperoleh hasil bahwa anak lebih banyak melalcukan inisiatif dan dapat melakukan interaksi timbai balik dengan ibn. Ibu terlihat lebih memahami anak dan memberikan anak kesempatan untuk mengekspresikan dirinya. Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain: memperbanyak waktu melakukan Floortime setiap hari, menerapkan prinsip dasar floortime di luar waktu scsi floortime dan mulai mclibatkan anggota keluarga lain untuk melakukan sesi Floortime.
......Floortime was given for a 3.9 year old boy with Developmental Delay on Speech and Language area, whom delay on speech and language developmental. The focus of Floortime are increase tha ability to initiate and two-way interaction with this caregivers. The Floortime treatment carried out for one month and consists of four sessions of pre»test assessment, eighteen of Floortime treatment, and two sessions of post-test intervention. Posttest session was held to see the change of interaction between the mother and the child. Aher the end of the treatment, the child become more initiate to mother and can do reciprocal interaction with her. Mother become understand the child better and give him an opportunity to express him self. Some suggestion : do Floortime daily, do Floortime outside the session and begin to involve other family members doing Floorime."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34098
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Surahman Hakim
"Inkontinensia urin tekanan (IUT) merupakan kondisi bocornya urin saat tekanan
intrabdominal meningkat. Tatalaksana konservatif seperti latihan kegel (LK) yang
merupakan pilihan pertama dalam penanganan kasus IUT. Namun, terdapat
hambatan seperti kepatuhan yang buruk serta ketidakmampuan pasien
mengontraksikan otot panggul, ketika menjalani program LK sehingga mengalami
kegagalan dan berlanjut pada tindakan operasi. Penelitian ini bertujuan menyusun
buku panduan LK untuk membantu kepatuhan pasien dalam melakukan LK dan
menganalisis luaran subjektif, klinis, kepatuhan, serta kekuatan kontraksi otot dasar
panggul pada pasien yang berlatih LK selama 12 minggu. Penelitian ini memiliki
desain eksplorasi sequential mixed-method research yang terdiri atas penelitian
kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif bertujuan menyusun buku
panduan LK baku menggunakan tahapan analyze, design, development,
implementation, and evaluation (ADDIE) dan penelitian kuantitatif
mengujicobakan buku panduan LK tersebut dalam praktik klinis dan dievaluasi
efektivitasnya dalam menangani IUT. Penelitian berlangsung sejak Agustus 2020
sampai September 2022, di berbagai rumah sakit seperti RS dr.
CiptoMangunkusumo, RS Fatmawati, RSCM Kintani, RS Buah Hati Ciputat dan
Pamulang, RS Prikasih, dan RS YPK Mandiri. Luaran yang dievaluasi pada
penelitian kuantitatif adalah gejala subjektif yang diukur berdasarkan kuesioner
IIQ-7 dan UDI-6, gejala klinis yang diukur berdasarkan 1-hour pad test, kekuatan
otot dasar panggul dengan perineometer, dan kepatuhan pasien. Buku panduan LK
berhasil disusun menggunakan metode ADDIE dan diujicobakan pada tahap
penelitian kuantitatif. Subjek penelitian adalah 178 pasien IUT dari berbagai rumah
sakit dan 148 berhasil mengikuti penelitian hingga selesai. Setelah 12 minggu LK
terdapat perbaikan gejala subjektif, gejala klinis, dan kekuatan otot panggul yang
bermakna. Tidak ada perbedaan gejala subjektif yang bermakna antara kelompok
intervensi dan kontrol. Terdapat perbedaan gejala klinis, kekuatan otot dasar
panggul, dan kepatuhan yang bermakna pada kelompok intervensi dan kontrol.
Buku panduan LK yang berhasil disusun menggunakan metode ADDIE berhasil
meningkatkan gejala subjektif, klinis, kekuatan otot panggul, dan kepatuhan pasien
IUT dalam melakukan LK. Jika dibandingkan kontrol, pasien yang menggunakan
buku panduan LK memiliki perbaikan gejala klinis, peningkatan kekuatan otot
panggul, dan peningkatan kepatuhan yang bermakna.
......Stress Urinary Incontinence (SUI) is a condition in which urine leaks when intraabdominal pressure increases. Worldwide, many women have suffered from SUI. Conservative management, one of which is Pelvic Floor Muscle Training (PFMT), is the first choice in handling IUT cases. However, various obstacles, such as poor compliance and the inability of women to contract the pelvic muscles, are often encountered by women undergoing the PFMT program. They would be likely to fail and undergo surgery. This study aimed to create a PFMT Guidebook and evaluate the effectiveness in improving subjective, clinical, compliance, and pelvic floor muscle contraction of SUI women after twelve weeks. This study was an exploratory sequential mixed-method research design consisting of qualitative and quantitative research. This qualitative study aims to compile a standardized PFMT guidebook using the ADDIE stage and quantitative research to test the PFMT guidebook in clinical practice and evaluate its effectiveness in dealing with SUI. This process took place from August 2020 untill September 2022 in various hospital centers such as CiptoMangunkusumo Hospital, Fatmawati Hospital, Kintani RSCM, Buah Hati Pamulang and Ciputat Hospitals, Prikasih Hospital, and YPK Mandiri Hospital. The outcomes evaluated in this quantitative study were subjective symptoms measured by the IIQ-7 and UDI-6 questionnaires, clinical symptoms measured by the 1-hour pad test, pelvic floor muscle strength using a perineometer, and patient compliance. ADDIE method helped us to create a PFMT guidebook. There were 178 SUI women from various hospitals recruited. 148 of them successfully followed this study to completion. After 12 weeks of PFMT, compared to the control group, there was no difference in clinical symptoms. There were significant differences in clinical symptoms, pelvic floor muscle strength, and adherence between the intervention and study groups. The PFMT guidebook created using the ADDIE method improved subjective, clinical symptoms, pelvic muscle strength, and SUI patient compliance in performing PFMT. Compared with controls, patients who used the PFMT manual significantly improved clinical symptoms, increased pelvic muscle strength, and increased compliance."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Priyatini
"Disfungsi dasar panggul adalah komplikasi persalinan per vaginam dengan manifestasi utama prolaps organ panggul (POP), inkontinensia urin dan inkontinensia fekal sehingga menurunkan kualitas hidup. Diduga terdapat peran jaringan ikat kolagen dan elastin, namun biopsi berulang memiliki risiko perdarahan, nyeri serta infeksi. Oleh karena itu, dipikirkan produk metabolitkolagen dan elastin serum untuk mewakili kadar kolagen dan elastin di jaringan penunjang dasar panggul. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan penanda serum produk metabolit kolagen dan elastin untuk memprediksi disfungsi dasar panggul setelah persalinan per vaginam.
Penelitian tahap pertama menggunakan desain prospektif kohort satu sisi untuk mengukur angka kejadian disfungsi dasar panggul 3 bulan setelah persalinan. Penelitian dilakukan di Poliklinik Obstetri Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo dan Puskesmas di lingkungan DKI Jakarta, selama periode Januari 2015 sampai Juli 2019. Tahap kedua menggunakan desain nested case control untuk menganalisis hubungan penanda serum kolagen dan elastin serta aktivitas MMP-9 pada kehamilan dan setelah persalinan dengan disfungsi dasar panggul. Penanda metabolit kolagen dan elastin (ICTP, desmosin), remodeling kolagen dan elastin (PINP, PIIINP, tropoelastin), serta MMP-9 diukur pada saat hamil, 24–48 jam, dan 6 minggu setelah persalinan. Tiga bulan setelah persalinan, inkontinensia urin, tekanan dan POP dinilai berdasarkan gejala, pemeriksaan POP-Q dan tes batuk. Data luaran sebelum dan sesudah persalinan dianalisis dengan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney.
Dari 177 calon subjek, 4 subjek dieksklusi dan 113 subjek drop out. Dari 60 subjek yang diinklusi, 38 (63,3%) mengalami POP derajat 2 dan 25 subjek di antaranya (41,7%) mengalami sistokel derajat 2. Tidak ada perbedaan rerata seluruh marker degradasi dan sintesis kolagen 1,3 dan elastin serta MMP-9 antara kelompok POP dan kontrol. Analisis dilakukan dengan analisis kategorik menggunakan titik potong pada variabel yang memiliki AUC > 0.6. Pada hasil analisis bivariat prolaps organ panggul didapatkan hasil yang bermakna adalah yang memiliki nilai variabel p < 0,05 yaitu PINP setelah persalinan dan ICTP setelah persalinan. Setelah itu, dilakukan analisis multivariat dengan mengambil nilai variabel p < 0,25 ditemukan pada biomarker PINP setelah persalinan 106,9 dengan RR = 1,76 (95%CI: 1,14–3,00). Pada hasil analisis bivariat sistokel didapatkan hasil yang bermakna adalah yang memiliki nilai variabel p < 0,05 yaitu PINP kehamilan dan PINP setelah persalinan. Setelah itu, dilakukan analisis multivariat sistokel dengan menggambil nilai variabel p < 0.25 yaitu ditemukan biomarker PINP setelah persalinan 106,9 dengan RR = 2,53 (95%CI: 1,05–6,09).
......Pelvic floor dysfunction is a complication of vaginal delivery with the main manifestations of pelvic organ prolapse (POP), urinary incontinence and fecal incontinence, thereby reducing quality of life. It is suspected that there is a role for collagen and elastin connective tissue, but repeated biopsies carry the risk of bleeding, pain and infection. Therefore, it was considered the metabolic products of serum collagen and elastin to represent the levels of collagen and elastin in the pelvic floor supporting tissues. The aim of this study was to obtain serum markers of collagen and elastin metabolism products to predict pelvic floor dysfunction after vaginal delivery.
The first phase of the study used a one-sided prospective cohort design to measure the incidence of pelvic floor dysfunction 3 months after delivery. The study was conducted at the Obstetrics Polyclinic, Department of Obstetrics and Gynecology, FKUI/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo and Puskesmas in DKI Jakarta, during the period January 2015 to July 2019. The second phase used a nested case control design to analyze the relationship between serum collagen and elastin markers and MMP-9 activity in pregnancy and after delivery with pelvic floor dysfunction. Markers of collagen and elastin metabolism (ICTP, desmosin), collagen and elastin remodeling (PINP, PIIINP, tropoelastin), and MMP-9 were measured during pregnancy, 24–48 hours, and 6 weeks after delivery. Three months after delivery, urinary incontinence, pressure and POP were assessed on the basis of symptoms, POP-Q examination and cough test. The outcome data before and after delivery were analyzed by unpaired t test and Mann Whitney test.
From 177 prospective subjects, 4 subjects were excluded and 113 subjects dropped out. Of the 60 included subjects, 38 (63.3%) had grade 2 POP and 25 (41.7%) had grade 2 cystocele. There was no difference in the mean of all markers of degradation and synthesis of collagen 1,3 and elastin and MMP-9 between the POP and control groups. The analysis was carried out by categorical analysis using cut points on variables that had AUC > 0.6. In the bivariate analysis of pelvic organ prolapse, significant results were obtained which had a variable value of p < 0.05, there were PINP after delivery and ICTP after delivery. After that, multivariate analysis was carried out by taking the variable value p < 0.25 it was found in PINP biomarkers after delivery ≥ 106.9 with RR = 1.76 (95% CI: 1,14–3,00). In the results of bivariate cystocele analysis, significant results were obtained which had a variable value of p < 0.05, there were PINP during pregnancy and PINP after delivery. After that, multivariate analysis of cystocele was carried out by taking the value of the variable p < 0.25, it was found in PINP biomarkers after delivery ≥ 106.9 with RR = 2.53 (95% CI: 1,05–6,09)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fernandi
"Disfungsi dasar panggul disebabkan tersering oleh trauma otot dasar panggul persalinan. Platelet rich plasma (PRP) adalah serum darah yang disertifugasi sehingga mengandung konsentrasi platelet dan growth factors yang tinggi. Terapi PRP mudah dilakukan dan aman untuk proses regenerasi trauma otot levator ani pascasalin. Studi ini bertujuan untuk mengetahui peran PRP dalam mendukung pemulihan trauma otot dasar panggul pascasalin.
Studi prospektif, penyamaran tunggal, uji acak terkendali merupakan studi yang melibatkan wanita hamil anak pertama, dilakukan di kamar bersalin di Rumah Sakit tempat rujukan berjenjang, Puskesmas Lingkungan Suku Dinas, dan praktik bidan mandiri. Subjek diinjeksi dengan PRP autologus atau plasebo pada otot levator ani selama perineorafi pascasalin. Pemeriksaan utrasonografi transperienal dan perineometri dilakukan untuk menilai luas hiatus genital dan kekuatan otot levator ani pada kehamilan trimester 3, 40 hari pascasalin, dan 3 bulan pascasalin. Uji Mann-Whitney dan Wilcoxon signed-rank digunakan untuk analisis.
Dari total 116 subejk, 58 subjek memenuhi syarat untuk analisis. Penurunan kekuatan otot pada 3 bulan pascasalin bermakna secara statistik dari 41.45 (Interquartile Range, IQR = 18.05) menjadi 30.88 (IQR = 18.33) cmH2O pada kelompok kontrol, namun pada kelompok intervensi penurunan dari 37.45 (IQR = 13.89) menjadi 35.83 (IQR = 18.81) cmH2O (uji Wilcoxon, p = 0.001 vs p = 0.29). Sub-kelompok kasus ballooning menunjukkan peningkatan luas hiatus genital pada kelompok intervensi dari 26/59 (IQR = 7.53) menjadi 20.25 (IQR = 8.47) cm2, secara kontras terjadi perburukan pada kelompok kontrol dari 22.45 (IQR = 6.59) menjadi 26.8 (IQR = 7.16) cm2 (uji Wilcoxon, p = 0.047 vs p = 0.508). Selain itu, secara bermakna kekuatan otot levator ani menurun dari 47.1(IQR = 24.9) menjadi 34.7 (IQR = 33.8) cmH2O pada kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok intervensi yang mengalami penurunan dari 38.5 (IQR=17.2) menjadi 35.45 (IQR = 16.3) cmH2O (uji Wilcoxon, p = 0.038 vs p = 0.878).
Simpulan: Platelet rich plasma dapat menjadi terapi alternatif menjanjikan untuk trauma mikro atau ballooning otot dasar panggul pada wanita pascasalin anak pertama.
......Pelvic floor dysfunction (PFD) is mostly caused by childbirth pelvic floor muscle trauma. Platelet rich plasma (PRP) is centrifugated blood which contains concentrated platelets and high level of growth factors. PRP can be a feasible and safe therapy for post-partum levator ani muscle trauma regeneration process. This study aims to explore the role of PRP in supporting pelvic floor muscle recovery after childbirth trauma.
A prospective, single blind, randomized control trial was enrolling primigravid women at 21 health facilities in Jakarta, Indonesia, from November 2016 to July 2019. Subjects were injected with autologous PRP or placebo at levator anal muscles (LAM) during perineorraphy after childbirth. Transperineal ultrasound and perineometry was used to asses the levator hiatal area and LAM strength at third trimester of pregnancy,40 days post-partum and three months post-partum. Mann- Whitney U-test and Wilcoxon signed-rank test were used to analyze.
Among 116 primigravid women, 58 women were eligible for analysis. Muscle strength reduction three months after childbirth was found statistically significant from 41.45 (Interquartile Range, IQR = 18.05) to 30.88 (IQR = 18.33) cmH2O in control group, not in intervention group which reduction only from 37.45 (IQR = 13.89) to 35.83 (IQR = 18.81) cmH2O (Wilcoxon test, p = 0.001 vs p = 0.29). In ballooning subgroup case analysis showed hiatal area improvement in intervention group from 26.59 (IQR = 7.53) to 20.25 (IQR = 8.47) cm2, in contrast with worsening in control group from 22.45 (IQR = 6.59) to 26.8 (IQR = 7.16) cm2 (Wilcoxon test, p= 0.047 vs p = 0.508). Also, significant LAM strength reduction was also found from 47.1 (IQR = 24.9) to 34.7 (IQR = 33.8) cmH2O in control group compared to intervention group which only from 38.5 (IQR = 17.2) to 35.45 (IQR = 16.3) cmH2O (Wilcoxon test, p = 0.038 vs p = 0.878).
Conclusion: Platelet rich plasma can be a promising alternative therapy for micro trauma or ballooning of pelvic muscle injury in primiparous women."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felix Leo
"Disfungsi ereksi pada laki-laki sering ditemukan dan berdampak pada penurunan kualitas hidup. Benign prostate hyperplasia (BPH) dengan lower urinary tract symptoms merupakan salah satu komorbid terjadinya disfungsi ereksi dimana terdapat kesamaan jalur patofisiologi pada keduanya. Kontraksi dari otot-otot bulbokavernosus dan isciokavernosus sebagai bagian dari otot dasar panggul akan menginisiasi dan mempertahankan ereksi sehingga latihan penguatan otot-otot tersebut akan membantu rigiditas ereksi penis. Studi laporan kasus berbasis bukti ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan klinis yaitu bagaimana efektivitas pemberian latihan penguatan otot-otot dasar panggul terhadap fungsi ereksi pada pasien BPH. Pencarian literatur dilakukan pada database elektronik yaitu Cochrane, PubMed, Scopus, Science direct, Oxford Academic dan Sage Journal dengan kata kunci sesuai dengan pertanyaan klinis. Hasil pencarian didapatkan sebuah studi kajian sistematik setelah dilakukan penapisan terhadap kriteria eligibilitas, adanya duplikasi dan penilaian seluruh isi naskah pada 142 artikel. Kajian sistematik tersebut menunjukkan latihan penguatan otot-otot dasar panggul memberikan respon komplit perbaikan fungsi ereksi pada 35-47% subjek, peningkatan domain ereksi pada International Index of Erectile Function (p<0,05) dan peningkatan tekanan intrakavernosa serta maximal anal pressure. Kesimpulan penelitian adalah latihan penguatan otot-otot dasar panggul dilakukan dengan kontraksi cepat (1 detik) dan kontraksi lambat (tahan 6-10 detik) dengan frekuensi 9-30 repetisi, 2-3 kali per hari selama 3-12 bulan yang dilakukan pada posisi berbaring, duduk dan berdiri, latihan tersebut dapat diberikan sebagai program latihan di rumah dan perlu dilakukan identifikasi dan pengendalian faktor-faktor komorbid disfungsi ereksi lainnya.
......Erectile dysfunction (ED) often found in men and has an impact on reducing the quality of life. Benign prostate hyperplasia (BPH) with lower urinary tract symptoms is one of the comorbid which share the similar pathophysiology with ED. Contraction of the bulbocavernosus and ischiocavernosus muscles as part of the pelvic floor muscles (PFM) will initiate and maintain an erection so strengthening for these muscles will help stiffen the penis. This evidence-based case report study was conducted to answer the clinical question, how effective is giving PFM training on erectile function in BPH patients. Literature search was carried out on electronic databases, namely Cochrane, PubMed, Scopus, Science direct, Oxford Academic and Sage Journal with the keywords according to the clinical question. A systematic review study was obtained after screening from the eligibility criteria, duplication and assessment of the entire contents of the manuscript in 142 articles acquired. The study showed that PFM training improve erectile function in 35-47% of subjects, increased erectile domain in International Index of Erectile Function (p<0.05) and increased intracavernous pressure and maximal anal pressure. The conclusions are PFM training are carried out by fast and slow contractions with 9-30 repetitions, 2-3 times per day for 3-12 months which are carried out in lying, sitting and standing positions, these exercises can be given as a home exercise program and it is necessary to identify and control other comorbid factors of ED."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>