Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Euphemia Seto Anggraini W
Abstrak :
Latar Belakang: Pendekatan indeks frailty 40 item (FI-40) dianggap sebagai alat terbaik untuk evaluasi mortalitas dan hospitalisasi sindrom frailty, tetapi sulit diterapkan dalam praktik klinis sehari-hari. Pendekatan dengan sistem skor CHS, SOF, dan FI-CGA lebih mudah diterapkan dalam praktik klinis sehari-hari, namun hingga saat ini belum ada data validasi di Indonesia. Tujuan: Mendapatkan rekomendasi mengenai alat ukur sindrom frailty yang mudah diterapkan dalam praktik klinis sehari-hari di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan pendekatan uji diagnostik yang dilakukan pada pasien di poliklinik Geriatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dengan usia ≥60 tahun, pada periode Mei-Juni 2013. Setiap subjek dinilai menggunakan sistem skor CHS, SOF, FI-CGA, dan FI-40. Dilakukan penilaian sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif (NPP), nilai prediksi negatif (NPN), rasio kemungkinan positif (RK+), dan rasio kemungkinan negatif (RK-) untuk masing-masing sistem skor CHS, SOF, dan FI-CGA dibandingkan dengan FI-40. Hasil: Proporsi individu yang termasuk dalam kategori frail, pre-frail, dan fit berdasarkan indeks frailty 40 item berturut-turut adalah 25,3%, 71%, dan 3,7%. Untuk membedakan individu frail dengan tidak frail, skor CHS memiliki sensitivitas 41,2%, spesifisitas 95%, NPP 73,7%, NPN 82,7%, RK+ 8,41 dan RK- 0,62. Skor SOF memiliki sensitivitas 17,6%, spesifisitas 99,5%, NPP 92,3%, NPN 78,1%, RK+ 35,2 dan RK- 0,83. Sedangkan skor FI-CGA memiliki sensitivitas 8,8%, spesifisitas 100%, NPP 100%, NPN 76,4%, RK+ tak terbatas, dan RK- 0,91. Kesimpulan: Tidak ada sistem skor yang dapat digunakan sebagai alat skrining yang baik untuk sindrom frailty, namun masing-masing sistem skor dapat digunakan sebagai alat diagnostik yang baik untuk sindrom frailty. ...... Background: The Frailty Index 40-item (FI-40) approach is considered the best tool for evaluating mortality and hospitalization outcomes related to frailty syndrome, although it is challenging to implement in daily clinical practice. The CHS, SOF, and FI-CGA scoring systems are easier to use in daily practice, but there is no validation data available in Indonesia. Aim: To obtain recommendations for a frailty syndrome diagnostic tool that is easy to implement in daily clinical practice in Indonesia. Methods: This was a cross-sectional study with a diagnostic test approach conducted on patients aged ≥60 years at the Geriatric Outpatient Clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital from May to June 2013. Each subject was assessed using the CHS, SOF, FI-CGA, and FI-40 scoring systems. Sensitivity, specificity, positive predictive value (PPV), negative predictive value (NPV), positive likelihood ratio (LR+), and negative likelihood ratio (LR-) were calculated for each scoring system compared to FI-40. Results: The proportions of frail, pre-frail, and robust individuals based on the 40-item frailty index were 25.3%, 71%, and 3.7%, respectively. To differentiate between frail and non-frail individuals, the CHS score showed a sensitivity of 41.2%, specificity of 95%, PPV of 73.7%, NPV of 82.7%, LR+ of 8.41, and LR- of 0.62. The SOF score showed a sensitivity of 17.6%, specificity of 99.5%, PPV of 92.3%, NPV of 78.1%, LR+ of 35.2, and LR- of 0.83. The FI-CGA score showed a sensitivity of 8.8%, specificity of 100%, PPV of 100%, NPV of 76.4%, LR+ infinite, and LR- of 0.91. Conclusion: No scoring system was found to be suitable as a screening tool for frailty syndrome; however, all scoring systems can be used as effective diagnostic tools for frailty with good predictive ability.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rizka
Abstrak :
Latar Belakang. Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi kanker pada pasien usia lanjut yang dapat menyebabkan risiko berat, terutama pada pasien usia lanjut dengan sindrom frailty. Hingga saat ini belum ada model prediksi kemotoksisitas dengan variabel frailty. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model prediksi kemotoksisitas berat pada usia lanjut yang melibatkan penilaian status frailty. Metode. Penelitian kohort retrospektif menggunakan data sekunder terhadap pasien usia lanjut yang menjalani kemoterapi di RSCM tahun 2019-2021. Dilakukan pemeriksaan determinan (jenis kelamin, usia, jenis kanker, jumlah regimen kemoterapi, status nutrisi, status frailty, polifarmasi, fungsi kognitif, status fungsional dan depresi) sebelum kemoterapi. Pasien diikuti hingga 21 hari pasca kemoterapi siklus pertama untuk dinilai apakah mengalami luaran kemotoksisitas berat berdasarkan kriteria CTCAE grade 3-5. Dilakukan analisis untuk pengembangan model prediksi dengan regresi Cox dan perhitungan performa prognostiknya menggunakan perangkat SPSS. Hasil. Dari 193 subyek yang menjalani kemoterapi, sebagian besar laki-laki dengan median usia 65,6 (RIK 60-82). Toksisitas berat terjadi pada 36% subyek. Model prediksi yang dikembangkan terdiri dari 4 determinan yaitu polifarmasi, penggunaan regimen kemoterapi lebih dari satu obat, status frailty dan jenis kanker saluran cerna. Model ini memiliki AUC 0,79 (IK95% 0,70-0,88) dengan p=0,01. Kesimpulan. Model prediksi dengan variabel polifarmasi, regimen kemoterapi lebih dari satu, status frailty dan jenis kanker saluran cerna dapat memprediksi kejadian toksisitas berat kemoterapi pada usia lanjut dengan performa baik ......Background. Chemotherapy is a therapeutic modality for elderly with cancer which can pose elderly, especially frail patients, to fatal side effect. To date, there is no prediction model incorporating frailty in clincal practice. This study aims to develop prediction model which includes frailty state evaluation in predicting severe chemotoxicity in elderly. Methods. A retrospective cohort study using secondary data of elderly underwent chemotherapy during 2019-2021 was conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital. Data of determinants ( sex, age, polypharmacy, frailty status, nutritional status, depression, cognitive status, cancer type, polychemotherapy, and functional status) and the incidence severe chemotherapy side effect according to grade 3-5 CTCAE were collected. Data was analyzed to develop prediction model with Cox regression using SPSS Results. Of 193 subjects, most of them are male, with median age of 65.6 (IQR 60-82) years old. Severe chemotoxicity was found in 36% of the subjects. Prediction model consists of polypharmacy, number of chemotherapy drugs, cancer type and frailty status was developed. The model has AUC of 0.79 (95% CI 0.70-0.88), p value 0,01 Conclusion. A prognostic Model consists of polypharmacy, number of chemotherapy drugs, cancer type and frailty status can predict incidence of severe chemotoxicity in elderly with AUC 0.79 (95%CI 0.70-0.88)
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dwi Anggara
Abstrak :
Penurunan fungsi tubuh pada lansia terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Lansia akan mengalami berbagai masalah kesehatan dan akan menyebabkan penurunan status fungsional dan mengurangi tingkat kemandirian lansia. Keluarga dapat memberikan dukungan yang efektif bagi lansia dalam mempertahankan kesehatan fisik dan mentalnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dan dukungan keluarga dengan kemandirian pada lansia. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel secara random sampling dengan jumlah sampel 102 orang lansia beserta keluarga. Pengukuran tingkat kemandirian lansia di ukur dengan instrumen Katz Index. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga, emosional, penghargaan, dan informasi dengan kemandirian lansia (p<0,05), dan menunjukan tidak adanya hubungan antara dukungan instrumental dengan kemandirian lansia (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa kemandirian yang tinggi pada lansia disebabkan karena adanya dukungan keluarga yang baik. Saran dari penelitian ini yaitu perawat dapat memberikan edukasi kepada keluarga tentang cara perawatan lansia di rumah untuk lansia dengan kemandirian lemah. ...... Decreased function of the body in elderly occurs along with increasing age. Elderly will experience a variety of health problems and will cause a decrease in functional status and reduce the degree of independence of the elderly. Families can provide effective support for the elderly in maintaining physical and mental health. The research purposed to determine the relationship between family support to the independence of the elderly. This type of research is quantitative study with cross-sectional approach. Sampling by simple random sampling with a sample of 102 elderly people and their families. Measuring the level of independence of elderly measured by the instrument Katz Index. Data analysis using chi-square test. These results of study indicate there is a significant correlation between family support, emotional, awards, and information with the independence of the elderly (p<0,05), and showed no correlation between instrumental support with the independence of the elderly (p>0,05). It can be concluded that the independence is high in the elderly due to a good family support. Suggestions from this research that nurses can provide education to families about how the elderly care home for elderly people with low self-reliance.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevent Sumantri
Abstrak :
Latar belakang: Diabetes tipe 2 ditandai dengan resistensi dan defisiensi insulin, selain itu seiring dengan penuaan kejadian resistensi insulin juga semakin meningkat. Pada studi-studi klinis, resistensi insulin dan diabetes tipe 2 terbukti meningkatkan kejadian sindrom frailty pada usila. Obat antidiabetik oral metformin telah dikaitkan dengan penghambatan proses penuaan. Namun demikian, sampai saat ini belum ada data yang menunjukkan manfaat terapi metformin terhadap kejadian sindrom frailty. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada efek protektif metformin terhadap sindrom frailty. Metodologi: Studi ini dilakukan secara kasus kontrol pada subyek berusia ≥60 tahun yang berobat di poliklinik Geriatri dan Diabetes FKUI-RSCM, bulan Maret-Juni 2013. Diagnosis frailty dilakukan dengan menggunakan indeks frailty-40 item (FI-40). Analisis statistik dilakukan dengan metode chi-square untuk analisis bivariat dan regresi logistik untuk analisis multivariat, semua data disertai dengan interval kepercayaan 95%. Hasil: Sindrom frailty didapatkan pada 25% (n=59) subyek penelitian, sedangkan pre-frail pada 72% (n=170) subyek dan sisanya fit. Metformin ditemukan mempunyai hubungan dengan sindrom frailty pada usila dengan diabetes mellitus tipe 2, yang tetap bermakna setelah dilakukan analisis multivariat (adjusted OR 0,043; IK 95% 0,019 – 0,099; p<0,001). ...... Background: Type 2 diabetes (T2DM) was characterised with insulin resistance and deficiency, furthermore with advancing age the was also an increase in insulin resistance. Clinical studies has proven that insulin resistance and T2DM increase the incidence of frailty syndrome in the elderly. Oral antidiabetics metformin was associated with the inhibition of aging process. Eventhough, there was no data that showed the relationship of metformin therapy to frailty syndrome. This study aimed to explore the possibility of metformin protective effect on frailty syndrome. Methodology: This was a case control study conducted in subjects ≥60 years old who visited the Geriatrics and Diabetes outpatient clinic of Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital between March and June 2013. Diagnosis of frailty was established using the FI-40 item criteria. Statistical analysis was done with chi-square method for bivariate and logistic regression method in multivariate analysis, all data was accompanied with 95% confidence interval. Results: Frailty syndrome was found in 25% of subjects (n=59), with median age of 72 years old (SD 6.27) and median of FI-40 item score was 0.18 (SD 0.085). Metformin was found to have a significant relationship with frailty syndrome in the elderly diabetics, which retained significant value after multivariate analysis (adjusted OR 0.043; 95% CI 0.019-0.099; p<0.001). Conclusion: Metformin was shown to have protective effect against frailty syndrome in elderly diabetics.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Rahayu Setyaningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Populasi lansia semakin tahun akan semakin mengalami peningkatan. Populasi lansia di Indonesia sendiri sudah mencapai angka diatas tujuh persen yaitu 7,58%, sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia termasuk negara yang berstruktur tua. Semakin bertambahnya umur lansia, maka lansia akan membutuhkan bantuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Salah satunya adalah lansia membutuhkan bantuan caregiver dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Asupan nutrisi sangat mempengaruhi proses penuaan pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan caregiver dengan status gizi lansia di RW 9 dan 10 Kelurahan Jatiraden, Bekasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportional random sampling, sehingga sampel yang digunakan sebanyak 107 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan caregiver dengan status gizi lansia (p value = 0,144) di RW 9 dan 10 Kelurahan Jatiraden, Bekasi. Hal ini disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi gizi lansia seperti perubahan pada sistem pencernaan, pengobatan, aktivitas fisik, kondisi mental, adanya penyakit, serta perubahan psikologis.
ABSTRACT
The population of elderly in Indonesia has increased each year, reaching a precentage of 7,58% of the total population. The elderly will need support form someone to meet their needs. One of the needs is meeting nutritional needs. Nutritional intake affects the aging process in the elderly. The aimed of this research was to determine the correlation between caregiver knowledge and the nutritional status of the elderly in RW 9 and 10 Jatiraden, Bekasi. This research used a method quantitative research with descriptive correlative research design. The sampling technique used in this research was proportional random sampling, with a total sample of 107 respondents. The results showed that there is no correlation between caregiver knowledge and the nutritional status of the elderly (p value = 0.144) in RW 9 and 10 Jatiraden, Bekasi. This caused by other factors that affect the elderly nutrition such as changes in the digestive system, medication, physical activity, mental condition, diseases and psychological changes.
2016
S63305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library