Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tobing, Easter Borny uliarta
"The research is aimed at finding out the love relation between Indonesian homosexuals with their foreign couples in Yogyakarta. Besides, the research is also conducted to seek some information on how love penetration among them transferred. Finally it is also purposed to dig out some factors that trigger the love relation.
The research applied social penetration theory (Altman and Taylor, 1973). The theory is consisted of development phase's happened in homosexual's love relation, orientation to affective explorative, affective explorative to exchange of affective, exchange of affective to an already stable exchange of affective.
There are some obstacles faced by homosexual?s couple in orientation phase. One of them is that they have to confront the act of prejudice from Indonesia society toward them. Thus, the society in which they live can not tolerate and support the homosexual manner. It makes them difficult to get a long each other in a public.
Love relation among homosexual starts in affective explorative and affective phases. In these two phases homosexual couple starts to express their feeling by sharing some certain selective topics. They tried to focus on higher level on intimacy (Budyatna, 1993). They are resembled to heterosexual couple in this phase.
In subsequent phase, a stable exchange of affective, the couples concentrate on the openness of mind, supportive each other in loneliness and emptiness. The equal and positive feelings are followed by the highest level o intimacy. In this phase, homosexual couples decide to live together and share thee room apartment. Even, they decide to get married.
Self disclosure is the most difficult phase for homosexual couples. Telling other or proclaiming their identity are done in a secret and personal way. Self disclosure is the most crucial phase for homosexual couple to build a more intimate relation (Taylor and Peplau 1997).
Finally, the research is somehow a qualitative one in which the approach is focused on the individual back ground of homosexual by using symbolic interaction perspective. The data are descriptive, gathered from close observations and depth interviews."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T 9164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Kevin Lineria
"Penelitian ini berfokus untuk melihat gaya komunikasi berdasarkan teori genderlect styles communication pada pria gay dalam menjalin committed romantic relationship. Tujuan penelitian ini adalah mengindentifikasi dan mendeskripsikan pasangan gay dalam menjalin committed romantic relationship dan gaya komunikasi yang terjadi di dalamnya berdasarkan stereotip peran gender dan konteks sosio kultural di Indonesia. Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan kualitatif deskriptif dan strategi studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dengan informan kunci yang telah dipilih menggunakan purposive dan convenience sampling, serta data sekunder studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan metode analisis data tematik. Hasilnya adalah pasangan gay yang menjalin committed romantic relationship memiliki keunikan dalam menjalin dan memelihara hubungan mereka. Stereotip peran gender yang selama ini berlaku pada pasangan heteroseksual (pria dan wanita) menjadi suatu hal yang dapat dinegosiasikan dan disesuaikan sesuai dengan kesepakatan dari pasangan gay tersebut. Selain itu, berdasarkan teori genderlect styles communication, terdapat modifikasi gaya komunikasi dalam gender pria jika mengaitkannya dengan faktor orientasi seksual, yaitu pasangan gay yang menjalin committed romantic relationship menunjukan gaya komunikasi pria yang mementingkan status (report talk), sementara mereka juga mengadopsi gaya komunikasi wanita (rapport talk) secara bersamaan. Rekomendasi penelitian selanjutnya adalah dapat melihat gaya komunikasi pria gay dalam konteks lain, seperti keluarga, pertemanan, dan pekerjaan.
......This research focuses on the communication styles of gay couples in committed romantic relationships. The purpose of this study is to identify and describe gay couples in establishing committed romantic relationships and the communication styles that occur in them based on gender role stereotypes in the socio-cultural context of Indonesia. The researcher uses a constructivist paradigm, a descriptive qualitative approach, and a case study strategy. The researcher conducted observation, in-depth interviews with key informants who had been selected using purposive and convenience sampling, and also collected secondary data to back up the findings. This research uses the thematic data analysis method. The result is that gay couples who have committed romantic relationships are unique in establishing and maintaining their relationship. Gender role stereotypes that have been applied to heterosexual couples (male and female) are not seen to the gay couple who always try to negotiate and adjust their relationship. In addition, based on the genderlect styles communication theory, there is a modification of the communication style in the male gender if applied sexual orientation factor. Moreover, gay couples who have committed romantic relationships exhibit a male communication style that focuses on status (report talk), while they also adopt a female communication style (rapport talk) simultaneously. The recommendation for further research is to see the communication style of gay men in other contexts, such as in family, friendship, or work relationships."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Nursita Dewi
"Keberadaan individu gay masih dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat. Individu gay yang sudah berani membuka diri seringkali mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari lingkungannya. Individu gay yang membutuhkan sumber dukungan sosial memilih untuk bergabung dengan komunitas gay tertentu yang memberikan banyak kontribusi bagi individu gay, baik yang belum membuka diri maupun yang sudah terbuka mengenai orientasi seksualnya yang homoseksual. Kompleksnya permasalahan yang dialami oleh individu gay yang belum terbuka berkaitan dengan orientasi seksualnya diperberat oleh adanya tuntutan dari masyarakat untuk menikah. Tuntutan itu umumnya bersumber dari lingkungan yang paling dekat, yaitu keluarga dan menjadi sumber masalah baru bagi individu gay. Individu gay yang tidak ingin melawan norma sosial yang telah tertanam dalam masyarakat akhirnya memilih untuk memenuhi tuntutan sosial tersebut.
Konflik yang dialami oleh individu gay yang menikah menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian mengenai masalah tersebut. Masalah ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui sejauh mana konflik yang dialami oleh individu gay yang menikah dan bagaimana mereka mengatasi hal tersebut. Konflik internal dalam diri individu gay sudah cukup menjadi masalah ditambah konflik dengan masyarakat yang masih belum menerima keberadaan mereka. Situasi ini diperparah dengan keharusan untuk memenuhi tuntutan masyarakat untuk menikah dengan lawan jenisnya. Masalah dalam perkawinan yang dilakukan oleh individu heteroseksual terkadang memaksa mereka untuk berpisah dengan pasangannya, terlebih lagi masalah yang akan dihadapi oleh individu gay yang menikah.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, peneliti melakukan Studi eksploratif dengan menggunakan metode kualitatif terhadap dua orang individu gay yang telah menikah. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam yang dilakukan sejak tanggal 25 Februari sampai dengan 13 Maret 2005. Subyek dalam penelitian ini ialah individu gay ya.ng telah menikah dengan lawan jenisnya yang heteroseksual, berusia antara 20-40 tahun, dan telah menikah minimal selama satu tahun. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek memiliki kesamaan orientasi seksual dan berada pada gradasi 3-4 pada skala gradasi kontinum seksualitas dari Kinsey. Perilaku coping masing-masing subjek untuk mengatasi konflik yang dialaminya juga berbeda. Perbedaan latar belakang perkawinan yang dilakukan kedua subyek semata-mata untuk memenuhi norma sosial yang ada, bahwa laki-laki harus menikah dengan perempuan. Mereka menggunakan baik coping terpusat masalah maupun coping terpusat emosi. Perbedaan pola asuh dalam keluarga juga menentukan proses penerimaan dan keterbukaan mereka mengenai kondisi mereka. Cara terakhir yang mereka lakukan untuk mengatasi masalah sama, yaitu dengan turning to religion, dimana agama dijadikan sumber penguatan emosional.
Saran penelitian yang diberikan untuk masyarakat umum hendaknya tidak mempunyai kesan negatif kepada individu gay. Tidak semua individu gay berperilaku negatif banyak dari mereka mampu berkreasi dengan baik. Bagi keluarga yang mempunyai anggota keluarganya homoseksual, hendaknya melakukan pendekatan sehingga dapat menjadi pendukung dalam masalah yang harus dihadapi oleh mereka. Penanaman norma-norma agama dan sosial juga hendaknya dilakukan sejak kecil. Individu gay yang mengalami masalah dapat mencari sumber-sumber dukungan sosial dan informasi cara pemecahannya dari teman-teman sesama gay yang juga mengalami masalah serupa. Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik jika diperoleh subjek dengan beragam latar belakang dan penelitian dilakukan dengan lebih mendalam. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilreath, Shannon, 1977-
St. Paul, MN: Thomson/West, 2007
342.087 GIL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library