Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sofani Munzila
"Tujuan
Menemukan metode diagnostik sederhana dalam mendeteksi vaginosis bakterial dalarn kehamilan dengan menentukan sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan negatif, rasio kemungkinan dan derajat kesesuaian pemeriksaan pH dan LEA (leukosit esetrase) vagina dengan menggunakan dipstick dibandingkan pewarnaan Gram.
Tempat
Poliklinik Obstetri Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan. Jakarta
Bahan dan Cara Kerja
Wanita hamil sang datang ke poliklinik obstetri dengan usia kehamilan 16-24 minggu dengan atau tanpa keluhan keputihan diminta kesediaannya unruk mengikuti penelitian. Dilakukan pemeriksaan antenatal meliputi anamnesis dan pemeriksaan obstetri yang dicatat dalam formulir status penelitian (lampiran I). Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan inspekulo dan pengambilan apusan lendir servikovagina sesuai dengan prosedur (lampiran IV). Kemudian dilakukan pemeriksaan pH vagina dan kadar LEA (leukosit esterase) dengan menggunakan dipstick Uriscan dan pengambilan apusan vagina (diwarnai dengan pewarnaan Gram sebagai baku emas) untuk menilai adanya infeksi vaginosis bakterial dengan menggunakan skor Nugent. Penilaian mikroskopis vaginosis bakterial selain dilakukan oleh peneliti, dilakukan juga oleh dua orang ahli yang salah satunya ahli mikrobiologi untuk menjaga validitas dan objektivitas interpretasi. Bila dari penilaian mikroskopis didapatkan skor Nugent 7-10, maka sampel dinyalakan sebagai vaginosis bakterial positif dan dilakukan analisis selanjutnya. Hasil yang didapat dari pemeriksaan dipstick Uriscan dibandingkan dengan basil yang didapat dari pewamaan Gram, kemudian dibuat analisis sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan negatif, rasio kemungkinan dan derajat kesesuaiannya.
Hasil
Penelitian ini berlangsung sejak bulan Mei-Agustus 2006 di Poliklinik Obstetri RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RS Budi Kemuliaan. Jakarta. Dari 155 sampel yang diperlukan, didapatkan 80 subyek penelitian yang sesuai dengan kriteria penerimaan dan penolakan. Sebagian besar subyek penelitian berusia 20-25 tahun dengan rerata usia 27,84 + 4,46 tahun, 47,5% adalah primigravida. Usia kehamilan sebagian besar dalam kelompok 16-20 minggu, dengan rerala usia kehamilan 19,98-2,58 minggu. Keluhan keputihan dijumpai pada 41 orang, namun hanya 18 orang dengan keputihan berbau. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 32,5% subyek dengan vaginosis bakterial positif. Dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan adanya hubungan yang bermakna (p=4,001) antara pH vagina dengan kejadian vaginosis bakterial. namun didapatkan hubungan yang tidak bermakna (p=0,46) antara LEA vagina dengan basil pemeriksaan Gram. Sensitivitas pemeriksaan LEA (leukasit esterase) vagina dengan menggunakan dipstick (titik potong LEA +2) adalah 42,3%. spesifisitas 61%, niiai duga positif 343% dan nilai duga negatif 68.7%. Rasio kemungkinan positif l.1 dan kemungkinan negatil' 0.92. Derajat kesesuaian 55% dengan nilai kappa 0,032. Pada kurva ROC LEA vagina didapatkan nilai AUC 0.51 yang artinya tes tersebut memiliki akurasi yang buruk dalam membedakan kelompok yang sakit dengan yang bukan. Sensitivitas pemeriksaan pH vagina dalam mendeteksi VB sebesar 61%, spesifisitas 79%, nilai duga positif 59%, dan nilai duga negatif 81%. Rasio kemungkinan positif 3,1 dan kemungkinan negatif 0,48. Pada kurva ROC pH vagina didapatkan nilai AUC 0,70 yang berarti akurasi pemeriksaan pH cukup baik dalam membedakan kelompok VB positif dan yang bukan. Dengan memakai 2 kriteria pemeriksaan yaitu pH >5 dan LEA positif +2 didapatkan angka sensitivitas 50%, spesifisitas 64%, nilai duga positif 67%, dan nilai duga negatif 47%. Rasio kemungkinan positif 1,4 dan kemungkinan negatif 0,79.
Kesimpulan
Pemeriksaan pH dan LEA vagina dengan dipstick dapat digunakan dalam mendeteksi vaginosis bakterial secara cepat dan sederhana dalam klinik. Pemeriksaan pH vagina memiliki sensitivitas yang lebih balk dibandingkan LEA vagina. Namun dibandingkan pewaranaan Gram, sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan ini masih belum memuaskan. Parka penelitian lanjutan untuk memenuhi jumlah sampel yang diperlukan sehingga didapatkan angka sensitivitas yang lebih relevan dan valid."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Mulyana
"Pengaruh hormon mengaktifkan kelenjar sebasea saat remaja, dan meningkatkan kelembaban genitalia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja awal tentang kesehatan organ reproduksi wanita dan perilaku vulva hygiene. Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan desain deskriptif sederhana. Sampel penelitian mencakup 108 siswi kelas tujuh dan delapan, dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan, mayoritas pengetahuan remaja cukup (62,0%) dan perilaku vulva hygiene baik (51,9%). Informasi mempengaruhi pengetahuan, yang menentukan perilaku. Peneliti menyarankan pemberian informasi kesehatan reproduksi oleh peer group secara berkala, mahasiswa keperawatan juga perlu mempelajari keterampilan menyampaikan materi kesehatan reproduksi bagi remaja secara efektif.

Hormonal changes activate sebacea glands and increase genitalia moisture. The study aimed to find the knowledge level of female reproductive health and vulva hygiene behaviour in early female adolescents. The method of this research was quantitative descriptive. The data were collected from 108 female students in seventh and eighth grade by simple random sampling. Result showed that most respondents had sufficient knowledge (62,0%) and good vulva hygiene behaviour (51,9%). Information influence knowledge, that determine human behaviour. Researcher suggested that delivering information about reproductive health by peer group should be done regularly, nursing students also need to learn communication skill in deliver reproductive health materials for adolescents effectively."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43300
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Isa Fuad Affan
"Pendahuluan dan tujuan: Keganasan ginekologis adalah salah satu penyebab kematian tersering pada perempuan. Hidronefrosis atau uropati obstruktif merupakan salah satu temuan tersering pada pasien dengan keganasan ginekologis. Penelitian ini bertujuan menjelaskan profil pasien uropati obstruktif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis yang ditatalaksana di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2019 sampai 2021 Metode: Dari Januari 2019 sampai Januari 2021, pasien uropati obstruktif dengan keganasan ginekologis yang menjalani prosedur pemasangan DJ stent atau nefrostomi dimasukkan dalam studi prospektif ini. Pasien dengan riwayat diversi urin maupun penyakut lain yang mungkin menyebabkan obstruksi saluran kemih dieksklusi dari penelitian. Hasil: Terdapat 121 pasien keganasan ginekologis dengan uropati obstruktif yang diteliti pada penelitian ini. Persentase pasien dengan pemasangan DJ stent bilateral, kanan, dan kiri adalah 72%, 18%, dan 10%. Mayoritas kasus adalah pasien dengan hidronefrosis grade 3 atau grade 4. Nefrostomi dilakukan pada 69,4% kasus, dan hanya 17% diantaranya yang mengalami episode polyuria. Kesimpulan: Mayoritas kasus uropati obstruktif disebabkan oleh keganasan serviks, dengan dominansi obstruksi bilateral. Nefrostomi adalah metode diversi urin pilihan pada penelitain ini.

Introduction and Objectives: Gynecological malignancies are one of the most common causes of death from cancer in women. Hydronephrosis or obstructive uropathy is the most common finding in patients with gynecological malignancy. This study aimed to describe the profile of obstructive uropathy patients causes of gynecology malignancies treated in our center from 2019 to 2021. Method: From January 2019 to January 2021, obstructive uropathy patients with gynecological malignancies who underwent DJ stent or nephrostomy insertion procedures at Cipto Mangunkusumo Hospital were included in this prospective study. Patients with a history of urinary diversion or other diseases that may cause urinary tract obstruction were excluded. Results: One hundred and twenty-one patients with gynecological malignancies with obstructive uropathy were included. The percentages of bilateral, right-, and left-sided stent positions were 72%, 18%, and 10%, respectively. Most of them were grade 3 or grade 4 hydronephrosis. Percutaneous nephrostomy was mainly used for 69,4%, and only 17% of patients experienced a polyuria episode. Conclusion: Most cases of obstructive uropathy were caused by cervical malignancies, with bilateral obstruction due to cervical cancer occurring in most cases. Nephrostomy is the method of choice for urinary drainage in our center."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar Belakang :
Prolaps organ panggul adalah penurunan dari organ visera pelvik (panggul) akibat dari turunnya fungsi sistem penyokong panggul. Hal ini jarang mengakibatkan hal yang serius, tetapi menjadi faktor penting pada kualitas hidup pasien. Walaupun etiologi dan faktor risiko dari prolaps organ panggul bersifat multifaktorial, kebanyakan menerima bahwa otot dasar panggul, yaitu levator ani, berperan sangat penting dalam menyokong dasar panggul.
Penelitian-penelitian sebelumnya menyebutkan adanya hubungan antara derajat prolaps organ panggul dengan fungsi dan integritas otot levator ani yang dinilai dengan pemeriksaan USG dan perineometer. Namun saat ini di indonesia tidak ada penelitian yang secara lengkap menggambarkan hal diatas tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbandingan antara kekuatan otot, area hiatus, dan avulsi otot levator ani pada penderita derajat prolaps organ panggul derajat ringan dan derajat berat.
Metode:
Penelitian analitik observasional, dengan disain kasus-kontrol. subjek penelitian 60 wanita, 30 wanita dengan derajat prolaps ringan, 30 wanita prolaps derajat berat. Untuk melihat perbandingan antara kekuatan otot levator ani pada saat kontraksi dan istirahat, area hiatus dan avulsi otot levator ani pada pasien normal dan prolaps organ panggul derajat ringan dibandingkan dengan prolaps organ panggul derajat berat.
Hasil:
Pada penelitian ini didapatkan perbedaaan bermakna (p<0,001) antara kekuatan otot levator ani baik saat istirahat maupun kontraksi pada kelompok kasus (derajat berat) dan kelompok kontrol (derajat ringan). Nilai median dari kekuatan otot pada kelompok kasus saat istirahat dan kontraksi berturut-turut adalah 2,0 dan 5,33 mmHg sementara pada kelompok kontrol sebesar 6,0 dan 11,30 mmHg. Didapatkan perbedaaan bermakna antara area hiatal otot levator ani pada kedua kelompok (p<0,001). Nilai median kelompok derajat berat sebesar 35,07 cm2 (20,7-61,8 cm2) sementara kelompok derajat ringan sebesar 20,75 cm2 (9,04 - 41,52 cm2). Tidak didapatkan perbedaaan bermakna antara kejadian avulsi pada kedua kelompok (p = 0,162). Pada kelompok derajat berat angka kejadian avulsi sebanyak 10%.
Kesimpulan:
Terdapat perbedaan bermakna antara kekuatan otot dan area hiatus otot levator ani pada penderita prolaps organ panggul derajat berat dan ringan. tidak terdapat perbedaan bermakna pada avulsi otot levator ani pada kedua kelompok.

Pelvic organ prolapse is a herniation of visceral pelvic organ as a result of weakening of pelvic supporting system function. This rarely leads to serious health problem, however it is an important factor when it comes to patient’s quality of life. Even though the aetiology and risk factors of pelvic organ prolapse are multifactorial, levator ani muscle is believed playing substantial role in supporting pelvic system.Previous studies have shown that there was correlation between the degree of pelvic organ prolapse and levator ani muscle function and integrity assessed with USG and perineometer examination. Unfortunately, research focusing on this study is still limited in Indonesia. The aim of this study is to see comparison between muscle strength, hiatal area, anal levator muscle avulsion in mild and severe degree of pelvic organ prolapse.
Method:
This is observational comparative analytic study with case-control design. There were 60 participants involved. We devided them into two groups. Thirty participants with mild prolapse were assigned to control group and the rest with severe prolapse were assigned to second group. We compared the levator ani muscle stregth between mild prolapse with severe prolapse during contraction and relaxation, also hiatal area and avulsion.
Result:
In this study we found that there was a significant difference (p<0.001) in levator ani strentgh during contraction and relaxation between case (severe prolapse) and control group (mild prolapse). The median score of muscle strength during relaxation and contraction were 2.0 and 5.33 mmHg, respectively. Meanwhile, the score of 6.0 and 11.30 mmHg were revealed in control group. A significant difference was found between levator ani hiatal area in case and control group (p<0.001). The median score was 20.75 cm2 (9,04 – 41,52) for control group and 35,07 cm2 (20,7 – 61,8) for case group. There was no significant difference between avulsion incidence in case and control group (p=0.162). In case group, the incidence of avulsion was 10 %.
Conclusion:
There is a significant difference in muscle strength and hiatal area levator ani in pelvic organ prolapse. There is no difference in levator ani avulsion between 2 groups."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mann, Gurdeep S.
"This textbook provides a comprehensive review of gynecological imaging in infancy, childhood, and adolescence. Experts from the disciplines of pediatric radiology, gynecology, surgery, and endocrinology have come together to produce a textbook that, while written primarily from the perspective of the radiologist, will be of value to all professionals involved in the management of these patients. The normal development of the female reproductive tract is described in detail through embryological development, normal childhood appearances, and puberty. Congenital abnormalities are addressed in chapters reviewing structural abnormalities of the reproductive tract and disorders of sex development. A symptoms-based approach is followed in chapters devoted to the assessment of the patient with gynecological pain and disorders of menstruation. Disorders of the breast and the imaging of patients with gynecological neoplasia are considered in dedicated chapters.
"
Berlin : Springer, 2012
e20426169
eBooks  Universitas Indonesia Library