Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pandu Pradana
Abstrak :
Latar belakang dan tujuan: Pilihan utama terapi kondilomata akuminata KA di Poliklinik Divisi Infeksi Menular Seksual Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo RSCM adalah tingtur podofilin 25 yang mengharuskan pasien untuk datang ke rumah sakit secara teratur. Larutan kalium hidroksida KOH 5 merupakan alternatif terapi yang dapat dilakukan sendiri oleh pasien di rumah. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas dan efek samping terapi topikal larutan KOH 5 dibandingkan dengan tingtur podofilin 25 pada KA genitalia eksterna dan/atau perianus. Metode: Uji klinis acak terbuka paralel tidak berpasangan terhadap 50 subyek penelitian SP. Pada kelompok KOH kelompok K dilakukan aplikasi terapi setiap hari oleh pasien sendiri di rumah, sedangkan pada kelompok podofilin kelompok P dilakukan aplikasi oleh dokter satu kali seminggu. Evaluasi dilakukan setiap minggu selama enam minggu. Hasil: Respons terapi baik pada kelompok K adalah 56 dan kelompok P adalah 64 . Secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok p= 0,468. Efek samping pada kedua kelompok berupa rasa gatal, nyeri, eritema dan erosi yang sifatnya sementara dan dapat ditoleransi. Efek samping tidak berbeda bermakna secara statistik. Kesimpulan: Larutan KOH 5 dapat dijadikan alternatif pengobatan KA yang dapat diaplikasikan sendiri oleh pasien. ......Background and objectives: 25 podophyllin tincture, a first line therapy in Sexually Transmitted Division of Dermatology and Venereology Department Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo RSCM , requires patient to come regularly to the health facilities, while a 5 potassium hydroxide KOH solution is an alternative therapy that can be done byself. This study compares the effectiveness and side effects of 5 KOH solution and 25 podophyllin tincture in the treatment of external genitalia and or perianal condylomata acuminata. Methods: A randomized open controlled trial on 50 patients. In the KOH group, patients were instructed to apply the medication at home byself to the lesions once daily, while in the podophyllin group the doctor applying the medication once weekly. The evaluation was performed every week for six weeks. Results: Good response was achieved by 56 and 64 in KOH and podophyllin groups, respectively. No statistical difference between groups p 0,468. Side effect in both groups includes a temporary pruritus, pain, erythema and erosion. No statistical difference in side effect between groups. Conclusion: A 5 potassium hydroxide solution is a self applied alternative treatment for condylomata acuminata.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Gusti Ayu Amanda Dharmaningputri
Abstrak :
Latar Belakang: Kondiloma akuminata adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus HPV . Epitel mukosa pada kulit prepusium penis yang utuh pada lelaki tidak disunat diketahui sebagai lokasi predileksi lesi proliferatif Kondiloma akuminata. Fenomena ini dipengaruhi oleh HPV yang menyukai permukaan yang lembab. Diperlukan studi lebih lanjut mengenai kapasitas proliferasi keratinosit basal pada epitelium prepusium penis yang diduga merupakan faktor lain yang berpengaruh pada lokasi predileksi Kondiloma akuminata. Metode: Sampel kulit prepusium didapat dari 10 partisipan acara sunatan massal. Sampel melalui proses histoteknik dan diwarnai dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin dan immunohistokimia. Preparat diobservasi menggunakan mikroskop Olympus untuk dilakukan penghitungan manual pada keratinosit basal yang positif Ki-67. Hasil dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2010. Hasil: Dari 10 sampel, terdapat 2 sampel dengan histologi kulit prepusium penis yang lengkap, 5 sampel yang hanya memiliki epitel mukosa dalam dan 3 sampel yang hanya memiliki epithel kutan luar. Rata-rata dari basal keratinosit yang positif Ki-67 pada epitel mukosa adalah 5.9 sel, sedangkan epitel kutan luar memiliki rata-rata 3.6 sel. Kesimpulan: Epitel mukosa bagian dalam memiliki lebih banyak keratinosit basal yang berproliferasi dibandingkan dengan sel di epitel kutan bagian luar dari kulit prepusium penis. Jumlah sel yang lebih banyak berproliferasi diduga merupakan faktor yang berpengaruh pada lokasi predileksi Kondiloma akuminata. ......Background: Condyloma acuminata is a sexually transmitted infection caused by Human Papilloma Virus HPV . In uncircumcised men with intact preputial skin of penis, mucosal surface is the predilection site of proliferative lesion in Condyloma acuminata. This is explained by HPV preference towards moist surface. Further investigation is necessary to understand the capacity of basal keratinocyte of penile preputial skin epithelium to proliferate, as it is suspected as a factor contributing to the predilection site of Condyloma acuminata. Method: Preputial skin samples were obtained from 10 participants in mass circumcision event. Samples underwent histotechnique process and stained by Hematoxylin Eosin and immunohistochemistry. Microscopic slides were observed under Olympus microscope to allow manual counting of Ki 67 positive cell. The data collected was analyzed using Microsoft Excel 2010. Results: From 10 samples, there were 2 samples with complete penile preputial skin histology, 5 samples with inner mucosal epithelium only and 3 samples with outer cutaneous epithelium only. Mean of Ki 67 positive basal keratinocyte in inner mucosal epithelium was 5.9 cells, while outer cutaneous epithelium was 3.6 cells. Conclusion: Inner mucosal epithelium showed more Ki 67 positive cells compared to outer cutaneous epithelium. More actively proliferating cell in the mucosal epithelium may serves as factor influencing the predilection site of Condyloma acuminata.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Pramudya
Abstrak :
Infeksi Trichomonas vaginalis merupakan salah penyakit Infeksi Menular Seksual IMS yang disebabkan oleh T. vaginalis. Parasit ini menyebabkan mikrotrauma pada saluran kelamin perempuan. Hal ini membuat koinfeksi dengan mikroba lainnya dapat terjadi sehingga bisa menyebabkan kondiloma yang umumnya terdapat pada Human Papillomavirus HPV. Penelitian ini dilakukan di Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang datanya berasal dari Indramayu, Jawa Barat. Metode penelitian ini adalah cross sectional pada 214 Pekerja Seks Komersial PSK dengan menganalisis perbedaan proporsi kondiloma antara kelompok T. vaginalis positif dan negatif serta mengetahui faktor yang berhubungan. Berdasarkan analisis chi square menunjukkan perbedaan proporsi infeksi kondiloma yang tidak bermakna p=0,356;p>0,05. Jenis kontrasepsi, asal daerah, dan tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna denga koinfeksi tetapi tidak memiliki hubungan bermakna pada faktor status perkawinan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara koinfeksi T. vaginalis dan kondiloma pada PSK di Daerah Indramayu, Jawa Barat dan faktor yang memiliki hubungan bermakna adalah jenis kontrasepsi, asal daerah, dan tingkat pendidikan. ......Trichomonas vaginalis infections is a disease Sexually Transmitted Infections STI caused by T. vaginalis. This parasite causes mikrotrauma in the female genital tract. This makes co infection with other microbes may occur that could cause condyloma are generally present in the Human papillomavirus HPV. This research was held in the Department of Parasitology, Faculty of Medicine, University of Indonesia whose data comes from Indramayu, West Java. This research method is cross sectional at 214 Commercial Sex Workers CSWs with analyze proportion differences of condyloma between group T. vaginalis positive and negative and to identify factors associated to the co infection. Based on the analysis of chi square is known revealed a significant association between T. vaginalis and condyloma p 0.356 p 0,05. Type contraception, national origin, and level of education have a significant relationship premises coinfection but do not have a significant relationship to the marital status factor. The conclusion from this study is there is no significant association between co infection with T. vaginalis and condyloma at the CSW in the Region Indramayu, West Java and the factors that have a significant relationship was kind of contraception, region of origin, and education level.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This book is meant to provide a complete overview of the research of HPV and its connection to cervical cancer.
New York: Springer, 2012
e20401542
eBooks  Universitas Indonesia Library