Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kekung, Ceylonita L.
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas V-effekt dan Verfremdung sebagai suatu metode sastra, hal mana kedua istilah tersebut adalah bagian tak terpisahkan dari teater epik Bertolt Brecht. Dalam skripsi ini juga dianalisa bentuk V-effekt dalam drama Mutter Courage and Ihre Kinder (MCUIK) sebagai model teater epik. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat fungsi dan kedudukan metode sastra tersebut dalam teater epik dibandingkan dengan teater aristoteles. Teater aristoteles adalah istilah Brecht bagi teater yang yang antara lain mengenal adanya identifikasi dan katarsis pada penonton. Kedua hal ini dianggap Brecht sebagai suatu sikap pasif sehingga ia menolak bentuk teater tersebut. Kemudian ia menawarkan suatu konsep teater baru yang disebutnya episches Theater (teater epik). Dalam konsep teater epik penonton tidak diharapkan untuk bersikap pasif dan hanyut ke dalam alur cerita, tetapi dalam konsep ini penonton dituntut untuk mencermati alur atau peristiwa yang ditampilkan dalam drama secara kritis (penonton tidak membiarkan dirk dininabobokan oleh peristiwa-peristiwa dalam drama, menurut Brecht). Tujuan teater ini adalah menimbulkan daya kritis, yaitu pandangan atau pengetahuan yang lebih baik atau baru tentang suatu hal yang timbul pada penonton. Untuk mencapai tujuan itu Brecht menggunakan apa yang disebut V-effekt. V-effekt tersebut berdasarkan atas teori Verfremdung. V-effekt muncul dalam tiga tataran teater, yaitu dalam naskah drama, dalam panggung, dan dalam pemeranan. Tataran tersebut mencakup kedua aspek drama, yaitu aspek dramatikal dan teatrikal. Menurut Raymond Furness, drama MCUIK adalah model atau contoh teater epik paling baik. Dalam drama ini banyak terdapat V-effekt, baik dilihat secara dramatikal maupun teatrikal. Analisa V-effekt dalam drama MCUIK menunjukkan bahwa dengan tehnik V-effekt penulis drama ini berhasil membangun daya kritis penonton.
1999
S14707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sipahutar, Yudith G.N.H.
Abstrak :
ABSTRAK
Lukacs mengatakan bahwa sastrawan terpengaruh oleh kenyataan sosial di sekelilingnva. Kenyataan tentang kehidupan yang penuh penderitaan mendorong pengarang untuk mengekspresikan pendapat dan perasaannya dalam karya sastra. Jadi karya itu merupakan sarana pengarang untuk mengkritik masyarakat. Karya yang berhasil mempengaruhi dan mengubah masyarakat berarti mempunyai sifat emansipatoris dan daya transformasi.

Dalam masyarakat Jerman abad kedelapan belas, rakyat tertindas akibat pemerintahan feodal absolut yang bertindak sewenang-wenang. Sastrawan di Taman itu, terutama zaman Sturm and Drang (1767-1785) sangat mementingkan faktor perasaan dalam penulisan karya mereka. Mereka menuliskan perasaan tidak puas mereka akan keadaan sosial yang buruk itu ke dalam karya mereka. Schiller, salah satu sastrawan Sturm and Drang yang turut mengalami penderitaan akibat pemerintahan di abad 18 juga menuangkan perasaannya ke dalam karya pertamanya, Die Raurber.

Die Rauber memuat berbagai masalah yang juga terdapat di dalam keadaan sosial masyarakat Jerman abad kedelapan belas, yaitu masalah pemerintahan yang sewenang-wenang dan tirani, pemberontakan yang dilakukan sebagian masyarakat, keberadaan selir di kalangan bangsawan dan juga kolusi yang terdapat antara bangsawan dan gereja,

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dalam Die Rauber terdapat banyak kritik terhadap keadaan sosial masyarakat Jerman abad kedelapan belas. Penciptaan karya ini juga dipengaruhi oleh kesadaran Schiller akan lingkungan sosialnya. Walaupun karya ini tidak berhasil mengubah masyarakat, namun hal ini tidak menggugurkan kesimpulan bahwa Die Rauber mempunyai hubungan dengan keadaan sosial masyarakat Jerman abad kedelapan belas.
1999
S14798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminarti
Abstrak :
ABSTRAK
Telaah terhadap sebuah drama karya Bertolt Brecht yang dilakukan melalui penelitian kepustakaan dengan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Tujuan dari telaah ini adalah memperlihatkan secara kongkrit pengaruh negatif kekuasaan totaliter terhadap ilmuwan dan dunia ilmu pengetahuan.

Sesuai dengan tujuannya, pembahasan drama ini dititikberatkan pada aspek sosial politik yang melatarbelakangi kon_flik antara ilmuwan dengan pemerintahan totaliter.

Kesimpulan yang dapat diambil menunjukkan bahwa sistem pemerintahan totaliter (totaliterisme) menghalangi keberha_silan ilmuwan dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap masyarakat dan ilmu pengetahuan. Kegagalan ilmuwan ini ter_utama disebabkan oleh kuatnya tekanan dan penindasan yang dilakukan oleh pemerintah totaliter terhadap masyarakatnya, termasuk para ilmuwannya. Padahal secara mutlak, ilmuwan mem_butuhkan kebebasan ilmiah untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Peristiwa Galilei menunjukkan bahwa totaliterisme tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan keadilan serta tidak akan pernah memberikan masa depan yang baik bagi umat manusia. Oleh sebab itu satu-satunya usaha untuk menanggulangi hal ini adalah menghapuskan segala bentuk totaliterisme dan menghindari segala hak yang menjurus ke arah totaliterisme.
1990
S14564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Erwin
Abstrak :
Bahasa yang dipergunakan oleh Wolfgang Borchert dalam drama DrauBen vor der Tur sangat khas. Penggunaan bahasa yang demikian itu melahirkan gaya yang khas pula. Dalam skripsi ini akan diteliti jenis-_jenis pola gaya yang dipergunakan oleh Wolfgang Borchert. Mula-mula diinventarisir jenis-jenis pola gaya yang terdapat dalam drama ini. Kemudian pola gaya yang ada dikelompokkan menjadi kelompok yang lebih kecil menurut sifat-sifatnya. Dalam skripsi ini pola gaya yang terdapat dalam drama DrauBen vor der Tur dideskripsikan dan sekaligus dianalisis. Pola gaya yang ada tidak hanya diteliti kuantitasnya, tetapi juga diteliti kualitasnya. Arti_nya, di samping menghitung berapa jumlah kemunculan suatu pola gaya, juga diteliti peranan pola gaya tersebut dalam keseluruhan drama DrauBen vor der Tur. Berdasarkan hasil penelitian, pola gaya yang terdapat dalam DrauBen vor der Tur meliputi tataran grafologis, tataran fonologis, tataran sintaktis dan tataran semantis. Dari hasil penelitian itu juga diperoleh gambaran pola gaya yang menonjol dan dominan secara keseluruhan dalam drama DrauBen vor der Tur ini.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14748
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Rimny Rohana
Abstrak :
Konflik batin akibat dua peran yang saling bertentangan menarik perhatian untuk mengupasnya lebih lanjut dalam skripsi. Saya melihat adanya kecenderungan manusia, yang hidup di jaman modern seperti dewasa ini, mempunyai peran lebih dari satu dan manusia dituntut untuk dapat menyelaraskan peran-peran tersebut secara harmonis, karena jika tidak akan timbul konflik dalam dirinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa yang dituntut dari pemilikan banyak peran ini bukan saja kecakapan manusia dalam menjalankan peran tersebut, namun sekaligus manusia harus mampu menjalankan kehidupannya sebagai makhluk sosial, yang juga terikat oleh peraturan-peraturan yang berlaku dalam masyarakat di mana ia hidup. Seandainya gagal, manusia akan mengalami nasib tragis yang membawanya ke kehancuran. Sehubungan dengan tujuan di atas, digunakan dua pendekatan, yakni pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Kedua pendekatan ini berkaitan erat, karena aspek yang akan dibahas dalam drama adalah cerminan kehidupan pengarang dan masyarakat pada jaman Realisme. Hasil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara peran-peran yang ada pada diri seseorang. Seorang penguasa tidak mungkin melepaskan statusnya sebagai individu karena sekali pun ia menjalankan statusnya sebagai seorang penguasa, karakter-karakter yang dimilikinya sebagai seorang individu akan selalu menyertainya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arliza
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini berisikan analisis dilema ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Melalui skripsi ini ingin dibuktikan bahwa masalah dilema yang dihadapi oleh para ilmuwan dapat dicegah apabila setiap unsur dalam masya_rakat mau bekerja sama dengan ilmuwan. Setelah membaca uraian seluruh bab dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa drama Die Physiker merupakan gambaran keadaan sosial yang sesungguhnya dan juga merupakan refleksi pandangan Friedrich Durrenmatt terhadap ilmu pengetahuan dan ilmuwan, serta peranannya terhadap kelestarian manusia, nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungannya.

Johann Wilhelm Mobius (selanjutnya disebut Mobius) adalah seorang ilmuwan hebat yang telah berhasil menemu_kan 3 buah formula di bidang Gravitasi. Formula-formula tersebut merupakan lanjutan dari penemuan seorang fisika_wan bernama Albert Einstein yang telah berhasil menemukan formula di bidang Gravitasi pula. Namun formula tersebut diterapkan untuk pembuatan bom atom yang pada umumnya bersifat menimbulkan bencana bagi umat manusia.

Mobius merupakan ilmuwan idealis. Sebagai ilmuwan ia sadar akan kewajiban moralnya, yaitu kewajiban untuk menjalankan kode etik ilmuwan, tepatnya untuk mengembang_kan ilmu pengetahuan. Rasa ingin tahunya sangat besar untuk melanjutkan penemuan yang telah didapatkannya. Namun demikian dalam usaha memuaskan rasa ingin tahunya sebagai ilmuwan, ia tidak pernah sekalipun melupakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya. Dia selalu berusaha menyelaraskan kedua hal tersebut. Namun pada kenyataannya amat sukar untuk menjalankan kedua hal tersebut secara bersamaan karena keduanya bersifat saling bertolak belakang. Bila ia menjalankan tanggung jawab moralnya, maka ia akan mengorbankan tanggung jawab sosialnya. Sebaliknya bila ia menjalankan tanggung jawab sosialnya, maka ia akan mengorbankan tanggung jawab moralnya. Dalam keadaan seperti ini mau tidak mau ia harus memilih salah satu di antara kedua tanggung jawab tersebut. Akan tetapi bila ia hanya menjalankan salah satu tanggung jawab tersebut maka akan terjadi keadaan buruk seperti di atas. Keadaan ini tidak diinginkannya. Dengan kata lain ia mengalami dilema dalam mengembangkan ilmunya.

Sebagai seorang pengarang yang sering mengamati gejala sosial di sekitarnya Friedrich Durrenmatt melihat bahwa sebenarnya dilema seperti yang dihadapi Mobius bukan untuk pertama kalinya menimpa seorang ilmuwan. Jauh sebelum itu banyak ilmuwan lain yang juga disudutkan oleh keadaan seperti itu. Kita dapat mengamati keadaan tersebut mulai pertama kalinya ilmu pengetahuan ada hingga jaman Gallileo Gallilei, Isaac Newton, Albert Einstein dan sampai sekarang ini.

Oleh karena itu Friedrich Durrenmatt menunjukkan bahwa dilema ini dapat diatasi apabila dalam kehidupan terdapat hal berikut: adanya kesalahan pertimbangan nilai dalam ilmu, kerja sama ilmuwan dengan masyarakat, dan keterlibatan penguasa, pemerintah dan kebijaksanaan politiknya. Ketiga hal ini harus dijalankan secara bersamaan. Dalam drama Die Physiker ditunjukkan bagaimana usaha Mobius untuk memecahkan masalah dilema yang menimpa dirinya, yaitu menyadari perlu adanya pertimbangan nilai nilai dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menggalang kerja sama di antara sesama ilmuwan. Namun ternyata kedua hal tersebut tidak dapat memecahkan masalah yang ada.

Dalam kehidupan sekarang ini sering terlihat banyak ilmuwan yang hanya mengutamakan kepentingan pribadinya saja, atau kepentingan kelompok/penguasa/negara tertentu. Dengan kata lain masih banyak ilmuwan yang memandang masalah sosial dengan sebelah mata saja. Mereka hanya memikirkan masalah perkembangan ilmu pengetahuan saja.

Oleh karena itu tidak berlebihan kiranya apabila kita sebagai pembaca mau menarik pengalaman dan merenung_kan perjalanan hidup para pelaku dalam drama ini, terutama Mobius, agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Selain itu dengan memahami masalah yang menimpa Mobius dalam mengembangkan ilmunya, maka kita akan memahami bagaimana beratnya tanggung jawab seorang ilmuwan terhadap dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, dan juga terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena Tuhan menciptakan ilmu pengetahuan bukan untuk kemaslahatan, tetapi untuk kesejahteraan seluruh manusia di dunia.
1990
S14585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library