Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Larangga Gempa Benbella
"ABSTRAK
atar Belakang. Kanker kepala dan leher (KKL) merupakan kanker peringkat ke 6 di Dunia. Mayoritas pasien KKL datang ke Rumah Sakit pada stadium lokal lanjut. Progression Free Survival (PFS) merupakan luaran yang baik untuk mengevaluasi keberhasilan suatu terapi pada kasus tumor padat. Peneliti memilih PFS 2 tahun pada kanker kepala dan leher untuk diteliti karena kurun waktu 2 tahun merupakan waktu biologis untuk suatu tumor padat dapat berkembang kembali. Penelitian dilakukan karena perbedaan jenis kanker kepala leher di Indonesia dibandingkan dengan negara Eropa dan Amerika.
Tujuan. Mengetahui mortalitas 2 tahun pasien KKL serta PFS 2 tahun pasien KKL serta faktor-faktor yang Memengaruhi.
Metode Studi dengan desain kohort retrospektif yang meneliti 216 pasien KKL stadium lokal lanjut yang menjalani kemoradiasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam rentang waktu Januari 2015 sampai Desember 2017. Data diambil melalui rekam medis. Data laboratorium yang diambil memiliki rentang waktu 2-4 minggu sebelum dan 2-4 minggu setelah kemoradiasi. Jika ada data yang kurang seperti durasi ikan asin dan riwayat merokok dikonfirmasi melalui media telepon. Pada penelitian ini tidak melihat proses pembuatan ikan asin dan jumlah ikan asin yang dikonsumsi. Penelitian ini tidak meneliti HPV maupun EBV. Pengamatan PFS dimulai dari hari pertama kemoradiasi sampai terjadinya event berupa progresi atau kematian dalam kurun waktu 2 tahun. Data PFS dicatat dalam 2 kelompok PFS ≤ 2 tahun dan >2 tahun. Analisis bivariat menggunakan uji Kai Kuadrat, variabel-variabel yang bermakna akan diuji lebih lanjut dengan menggunakan uji regresi logistik.
Hasil. Penelitian ini mendapatkan 216 pasien yang menjalani kemoradiasi pertama kali di RSCM. Terdapat 103 (47,69%) pasien yang meninggal dalam 2 tahun pasca pengobatan. Sedangkan terdapat 108 (50%) pasien yang mengalami PFS 2 tahun. Berdasarkan hasil analisis multivariat didapatkan bahwa merokok (p=0,024), kadar hemoglobin < 12 g/dl (p=0,008), ECOG (p=0,017), serta respons terapi (p=0,006) memengaruhi PFS 2 tahun pasien KKL.
Kesimpulan. Proporsi kematian dalam 2 tahun di RSCM masih cukup tinggi (47,69%), dengan PFS 2 tahun mencapai 50%. Kebiasaan merokok, kadar hemoglobin, ECOG serta respons terapi memengaruhi PFS 2 tahun pasien KKL.

ABSTRACT
Background. Head and neck cancer (HNC) is the 6th cancer in the world. The majority of HNC patients come to the hospital at the locally advanced stage. Progression Free Survival (PFS) is a good outcome for evaluating the success of therapy in solid tumor cases. Researchers chose a 2-year PFS in head and neck cancer to study because within 2-year period is the biological time for a solid tumor to progress again. The study was conducted because of differences in the types of head and neck cancer in Indonesia compared to European and American countries.
Aim. Knowing the mortality of HNC patients and 2 years PFS of HNC patients as well as the factors that influenced.
Method. A retrospective cohort study design that examined 216 locally advanced HNC patients who underwent chemoradiation at Cipto Mangunkusumo Hospital in the period of January 2015 to December 2017. Data retrieved through medical records. Laboratory data taken 2-4 weeks prior and 2-4 weeks after chemoradiation. If there is insufficient data such as the duration of salted fish and smoking history it is confirmed through telephone. this study did not see the process of making salted fish and the amount of salted fish consumed. This study did not examine HPV or EBV. PFS observation starts from the first day of chemoradiation until the event occurs in the form of a progression or death within 2 years. PFS data are recorded in 2 PFS groups ≤ 2 years and> 2 years. Bivariate analysis using the Chi Square test, if these requirements are not met, the researcher uses the Fischer-exact test. Variables will be further tested using multivariat logistic regression tests.
Results. This study found 216 patients who underwent chemoradiation for the first time at RSCM. There were 103 (47.69%) patients who died within 2 years after treatment. Whereas there were 108 (50%) patients who had PFS 2 years. Based on the results of multivariate analysis, it was found that smoking (p = 0.024), hemoglobin level <12 g / dl (p = 0.008), ECOG (p = 0.017), and therapeutic response (p = 0.006) affected PFS 2 years.
Conclusion. The proportion of mortality within 2 years in RSCM is still quite high (47.69%), with a 2-years PFS reaching 50%. Smoking, hemoglobin levels, ECOG and therapeutic response affect the 2-year PFS of patients."
2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marya Warascesaria Haryono
"Studi kasus serial ini bertujuan untuk memberikan tatalaksana nutrisi pada pasien kanker kepala dan leher yang menjalani terapi kemoradiasi. Status nutrisi seorang pasien kanker merupakan salah satu prediktor dalam menentukan QOL dan survival, tetapi status nutrisi pada kasus serial ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain metabolisme sel kanker, perubahan metabolisme dalam tubuh, efek samping radiasi, efek samping kemoterapi, serta faktor-faktor lain seperti psikis dan ekonomi. Serial kasus ini merupakan empat pasien kanker kepala dan leher berusia 30-57 tahun yang sedang menjalani kemoradioterapi dan telah mengalami penurunan berat badan bahkan sebelum dilakukan kemoradioterapi. Dalam perjalanan penyakitnya pasien mengalami efek samping terapi yang mempengaruhi status nutrisi pasien. Kebutuhan nutrisi pasien pada kasus serial ini dihitung menggunakan rumus Harris Benedict dengan faktor stres 1,5 dan diberikan protein sebanyak 1,5-2,0 g/kgBB/hari serta lemak 25-30%. Pemberian mikronutrien disesuaikan dengan RDA. Hasil dari kasus serial ini menunjukkan bahwa pasien yang status nutrisinya dapat dipertahankan menghasilkan outcome yang lebih baik daripada pasien yang status nutrisinya menurun. Untuk itu pada kasus keganasan kepala dan leher yang menjalani kemoradiasi sebaiknya diberikan konseling dan terapi nutrisi sejak awal sebelum timbul efek samping kemoradioterapi.

This case studies aims to provide nutritional management of head and neck cancer patients undergoing chemoradiation therapy. Nutritional status of a patient's cancer is one of the predictors in determining QOL and survival. Nnutritional status is influenced by many factors, such as cancer cell metabolism, metabolic changes, the side effects of radiation and chemotherapy, as well as other factors such as psychological and economic. This is a case series of four head and neck cancer patients aged 30-57 years who were undergoing chemoradiotherapy and has lost weight even before chemoradiotherapy. In the course of illness of patients experience side effects of therapy affects the nutritional status of patients. Nutritional needs of patients in the case series were calculated using the Harris Benedict formula and stress factor 1.5. Protein was given 1.5 to 2.0 g protein/kgBW/day and 25-30% of fat. Micronutrient was provide as RDA. Results of this case series suggests that the nutritional status of patients who can be maintained produced better outcomes than patients whose nutritional status declined. For it is in the case of head and neck malignancies who underwent chemoradiation should be given counseling and nutrition therapy early before any side effects of chemoradiotherapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Ratnasari
"Kanker kepala dan leher KKL merupakan penyakit yang berhubungan dengan malnutrisi Massa tumor perubahan metabolik dan efek samping terapi dapat menyebabkan berkurangnya asupan sehingga pasien jatuh pada kondisi malnutrisi Efek samping radiasi dapat berupa mual muntah mukositis xerostomia dan disfagia Tatalaksana nutrisi pada pasien KKL yang menjalani radioterapi bertujuan untuk meningkatkan mempertahankan status gizi mencegah terputusnya terapi meningkatkan kualitas hidup pasien dan meningkatkan angka harapan hidup Tatalaksana nutrisi meliputi pemenuhan kebutuhan makronutrien mikronutrien nutrien spesifik disertai konseling dan edukasi Serial kasus ini membahas tatalaksana nutrisi pada empat kasus KKL stadium IV yang menjalani radioterapi Keempat pasien menjalani skrining metoda malnutrition screening tool MST dengan nilai ge 2 kemudian mendapatkan tatalaksana nutrisi yang sesuai dengan kondisi pasien Kebutuhan basal masing masing pasien dihitung menggunakan rumus Harris Benedict dan kebutuhan total dihitung dengan cara mengalikan kebutuhan basal dengan faktor stres yang sesuai dengan kondisi klinik pasien Kebutuhan protein 1 5 2 5 g kgBB hari dan lemak sebesar 25 30 kebutuhan total sesuai kondisi pasien Pemantauan yang dilakukan mencakup keluhan subjektif klinis dan tanda vital gejala efek samping antropometri dan kapasitas fungsional Berdasarkan hasil pemantauan pada keempat pasien tatalaksana nutrisi yang diberikan dapat meningkatkan jumlah asupan dan meningkatkan berat badan pada pasien 1 2 dan 3 sedangkan pada pasien 4 dapat meminimalkan penurunan berat badan Tatalaksana nutrisi pada keempat pasien juga dapat meningkatkan kapasitas fungsional dan menunjang kelangsungan terapi Sebagai kesimplan tatalaksana nutrisi pada pasien KKL stadium IV yang menjalani radioterapi bersifat individual disesuaikan dengan kondisi metabolik dan efek samping terapi disertai dengan konseling dan edukasi untuk pasien dan keluarga Tatalaksana nutrisi yang baik dapat menunjang kelangsungan terapi pasien sehingga membantu memperpanjang angka harapan hidup pasien

Head and neck cancer HNC is a malnutrition related disease Tumor mass metabolic alterations and radiation side effects like nausea vomiting mucositis xerostomia and dysphagia can decrease nutrition intake and leads to malnutrition The aim of nutritional management on HNC patients undergoing radiotherapy is to improve and maintain nutritional status prevent therapy interruption improve and increase patient's quality of life and life expectancy The nutritional management contains of macronutrient micronutrient and nutrition specific along with counceling and education This case series discusses the nutritional management in four cases of stage IV HNC undergoing radiotherapy The patients were screened by malnutrition screening tool MST with score ge 2 then given the provision nutritional management Patients'needs were calculated using the Harris Benedict formula by multiplying basal energy requirement with stress factor according to the patient's condition Protein need were 1 5 2 5 g kgBW and fat 25 30 of total energy requirement matched with metabolic conditions Monitoring includes subjective complaints clinical and vital signs symptoms of treatment's side effects antropometry and functional capacity Based on the monitoring results nutritional management of these four patients could increase dietary intake promote weight loss in patients 1 2 and 3 and minimize weight loss in patient 4 The treatment also could improve the patients'functional capacity and support continuation of radiotherapy Nutritional management of stage IV HNC patients undergoing radiotherapy is individualized tailored to the metabolic conditions and treatment's side effects along with counseling and education to patients and families With an adequate nutritional management it can support the continuity of therapy thus improving the patients'life expectancy"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Marchelina
"Gen P53 atau TP53 merupakan gen yang memicu pembentukan protein tumor p53 yang berfungsi sebagai tumor suppressor. Polimorfisme genetik p53 berpengaruh terhadap erjadinya kanker kepala dan leher (KKL). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan antara polimorfisme gen p53 dengan kanker kepala dan leher di Indonesia. Analisis dengan PCR-RFLP (enzim BstUI) pada 50 sampel penderita KKL dan 50 sampel non KKL untuk melihat polimorfisme gen p53. Persentase distribusi genotip polimorfisme P53 pada sampel KKL sebesar 70% dan pada sampel non KKL sebesar 58%. Terdapat perbedaan bermakna pada distribusi genotip polimorfisme gen p53 antara penderita KKL dengan non KKL (p value = 0.004).

The gene P53 or TP53 is a gene that targets the formation of p53 tumor protein that functions as a tumor suppressor. Genetic polymorphism of p53 gene has been associated with the development of head and neck cancer. This study aims to identify the relationship between p53 gene polymorphism with head and neck cancer in Indonesia. Analysis with PCR-RFLP (BstUI enzyme) in 50 samples of head and neck cancer patients and 50 control samples to see p53 gene polymorphism. The percentage of polymorphic genotype in HNC samples is 70% and in non HNC is 58%. There are significant differences in the genotype distribution of p53 gene polymorphisms between HNC patients and non-HNC patients (p value = 0.004)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Primahastuti
"Latar belakang: Kanker kepala dan leher merupakan salah satu kanker yang berisiko tinggi malnutrisi. Pada kanker kepala dan leher stadium lanjut lokal, radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi merupakan terapi pilihan dan berkaitan dengan berbagai efek samping yang berperan dalam penurunan asupan makan dan berefek negatif pada status nutrisi. Tata laksana nutrisi bertujuan untuk mengurangi risiko malnutrisi, mendukung keberhasilan terapi kanker, meningkatkan kualitas hidup, serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Pemberian terapi nutrisi berupa konsultasi individu yang meliputi perhitungan kebutuhan energi, makronutrien, mikronutrien, dan nutrien spesifik, serta pemberian medikamentosa bila diperlukan.
Metode: Pasien pada serial kasus ini berjumlah empat orang dengan rentang usia 3055 tahun. Dua dari empat pasien mendapat kombinasi kemoterapi. Hasil skrining keempat pasien dengan malnutrition screening tools (MST) didapatkan skor ≥2. Kebutuhan energi total dihitung menggunakan persamaan Harris-Benedict yang dikalikan dengan faktor stres sebesar 1,4. Pemantauan yang dilakukan berupa anamnesis keluhan subyektif dan analisis asupan, pemeriksaan fisik, antropometri, massa otot skelet, massa lemak, kekuatan genggam tangan, dan hasil laboratorium. Pemantauan dilakukan secara rutin dengan frekuensi satu kali per minggu untuk menilai pencapaian target nutrisi.
Hasil: Terapi nutrisi dapat meningkatkan asupan protein dan nutrien spesifik, namun tidak dapat mencegah penurunan BB, massa otot skelet, dan kekuatan genggam tangan pada pasien kanker kepala dan leher stadium lanjut lokal yang menjalani terapi radiasi dengan atau tanpa kemoterapi.
Kesimpulan: Tata laksana nutrisi pada pasien kanker kepala dan leher stadium lanjut lokal yang menjalani terapi kanker dapat memberikan efek positif pada asupan nutrien pasien.

Introduction: Head and neck cancer is one of malignancy with higher risk of malnutrition. Treatment of choice for locally advanced head and neck cancer is radiotherapy with or without chemotherapy and is associated with various side effects that may decrease food intake and negatively affect nutritional status. The aim of nutrition management is to reduce the risk of malnutrition, to support the success of cancer therapy, to enhance the quality of life, and to reduce morbidity and mortality. Nutrition therapy in the form of consultation includes calculation of energy needs, macronutrient, micronutrient, and specific nutrients, as well as drug therapy when needed.
Methods: This case series consist of four patients between 3055 years old. Half of the patients received combination with chemotherapy. All patients had screening score with malnutrition screening tools (MST) ≥2. The total energy requirement was calculated using Harris-Benedict equation then multiplied with stress factor 1.4. Monitoring was done by anamnesis of subjective complaints and food intake, physical examination, anthropometric, muscle mass, fat mass, hand grip strength, and laboratory results. Monitoring was performed frequently once a week to assess the accomplishment of nutritional target.
Results: Nutrition therapy could improve intake of protein and specific nutrients, but couldn't prevent weight loss, a decrease in muscle mass and hand grip strength in locally advanced head and neck cancer patients receiving radiation therapy with or without chemotherapy.
Conclusion: Nutrition management in locally advanced head and neck cancer patients receiving anticancer therapy positively affect patient's nutrient intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizha Shabrina
"Latar Belakang: Stromal Cell-Derived Factor-1 SDF-1 mengkode protein SDF-1 yang berperan dalam angiogenesis dan metastasis sel kanker. Polimorfisme genetik SDF-1 G801A telah dilaporkan memiliki hubungan dengan kanker kepala leher KKL.
Tujuan: Mendeteksi polimorfisme genetik SDF-1 G801A pada penderita KKL dan individu sehat populasi Indonesia.
Metode: Sampel DNA tersimpan dari 50 penderita KKL dan 50 individu sehat dianalisis dengan metode PCR-RFLP dengan menggunakan enzim restriksi HpaII serta divisualisasi dengan elektroforesis.
Hasil: Polimorfisme genetik SDF-1 G801A terdeteksi sebesar 54 pada kelompok penderita KKL dan 74 pada kelompok individu sehat.
Simpulan: Polimorfisme genetik SDF-1 G801A terdeteksi pada penderita KKL dan individu sehat populasi Indonesia.

Introduction: Stromal Cell Derived Factor 1 SDF 1 gene encodes SDF 1 protein which plays roles in angiogenesis and metastasis of cancer cell. SDF 1 G801A genetic polymorphism has been reported to have an association with head and neck cancer HNC.
Aims: To detect SDF 1 G801A genetic polymorphism in HNC patients and healthy subjects of Indonesian population.
Methods: Stored DNA samples extracted from blood of 50 HNC patients and 50 healthy subjects were analyzed with PCR RFLP method using HpaII restriction enzyme and visualized by electrophoresis.
Results: There were 54 and 74 SDF 1 G801A genetic polymorphisms detected in HNC samples and healthy subject samples.
Conclusion: SDF 1 G801A genetic polymorphism was detected in HNC patients and healthy subject of Indonesian population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiviany Kun Prasidhati
"Latar belakang: Kanker kepala dan leher KKL di Indonesia prevalensinya cukup tinggi mencapai 4,7 per 100.000 penduduk. Ada penelitian melaporkan ERCC6 G399A sebagai hal baru polimorfisme nukleotida tunggal yang berkaitan dengan kanker rongga mulut. ERCC6 Excision Repair Cross Complementing 6 memiliki peran dalam transkripsi dan perbaikan eksisi nukleotida Nucleotide Excision Repair.
Tujuan: Mendeteksi pola polimorfisme gen ERCC6 G399A pada penderita KKL yang dibandingkan dengan individu sehat kontrol.
Metode: Studi deskriptif yang dianalisa menggunakan metode PCR-RFLP dengan sample 50 penderita KKL dan 50 individu sehat.
Hasil: Presentase polimorfisme pada sampel KKL 78 dan pada kontrol 84.
Kesimpulan: Terlihat adanya pola polimorfisme ERCC6 G399A pada penderita KKL namun tidak ada perbedaan bermakna antara distribusi polimorfisme dengan KKL.

Background Pevalence of head and neck cancer in Indonesia quite high around 4.7 100,000. A study reported ERCC6 G399A as novel single nucleotide polymorphism associated with oral cancer. ERCC6 Excision Repair Cross Complementing 6 plays a role in transcription and nucleotide excision repair NER.
Objective Detect ERCC6 G399A polymorphism in patients with head and neck cancer HNC compared with healthy individuals control.
Methods This descriptive study analysed with PCR RFLP method with sample of 50 HNC patients and 50 control patients.
Results The precentage of polymorphism in HNC was 78 , and in healthy control was 84 .
Conclusion There are ERCC6 G399A polymorphism in HNC but no significant difference between ERCC6 G399A polymorphism and HNC."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Ajeng Puspitasari
"Latar Belakang: Gen E-cadherin CDH1 berperan dalam komunikasi sel untuk memelihara hubungan antar sel. Kehilangan fungsi dari gen CDH1 dapat mempengaruhi perkembangan kanker. Polimorfisme genetik CDH1 -160C>A terdeteksi memiliki hubungan dengan penyakit kanker kepala leher KKL.
Tujuan: Mendeteksi polimorfisme genetik CDH1 -160C>A pada penderita KKL dan individu sehat populasi Indonesia.
Metode: Sampel DNA tersimpan dari 50 individu sehat dan 50 penderita KKL dianalisis dengan metode PCR-RFLP menggunakan enzim restriksi HincII dan divisualisasi dengan elektroforesis.
Hasil: Polimorfisme genetik CDH1 -160C>A terdeteksi pada penderita KKL sebesar 78 dan pada individu sehat sebesar 68.
Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa polimorfisme genetik CDH1 -160C>A meningkatkan risiko KKL pada populasi Indonesia.

Background: E cadherin CDH1 gene plays a role in cell communication to maintain the relationship between cells. Loss of function of CDH1 gene affects the development of cancer. CDH1 160C A polymorphisms have been detected to have a relationship with head and neck cancer HNC.
Objective: To detect CDH1 160C A polymorphisms in HNC patients and healthy subjects of Indonesian population.
Methods: Stored DNA samples of 50 healthy subjects and 50 HNC patients were analyzed by PCR RFLP using HincII restriction enzyme and were visualized by electrophoresis.
Results: Genetic polymorphisms of CDHI 160C A were detected both in HNC patients 78 and in healthy subjects 68.
Conclusion: This study suggested that CDH1 160C A polymorphisms increased HNC risk in Indonesian population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Haifa
"Latar belakang: Murine double minute 2 MDM2 merupakan regulator negatif p53. Gen ini memiliki peran penting dalam meregulasi tingkat dan aktivitas p53, yang merupakan tumor supresor. Polimorfisme gen MDM2 SNP309 dengan perubahan basa T menjadi G dilaporkan meningkatkan suseptibilitas kanker kepala leher KKL.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola distribusi polimorfisme gen MDM2 SNP309 pada penderita KKL dan individu sehat di populasi Indonesia.
Metode: Teknik PCR-RFLP dilakukan untuk mengidentifikasi polimorfisme gen MDM2 SNP309 pada 50 sampel penderita KKL dan 50 individu sehat. Dilakukan analisis statistik dengan uji Fisher exact untuk melihat perbedaan distribusi polimorfisme gen MDM2 SNP309 pada kedua kelompok.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan persentase genotip polimorfisme sebesar 70 pada sampel KKL dan 80 pada sampel kontrol.
Kesimpulan: Polimorfisme gen MDM2 SNP309 ditemukan pada kedua kelompok, namun tidak terdapat perbedaan bermakna distribusi polimorfisme gen MDM2 SNP309 pada penderita KKL dan individu sehat p = 0,356.

Background: Murine double minute 2 MDM2 is negative regulator of p53. This gene plays a critical role by down regulating tumor suppressor p53 level and activity. Polymorphism of MDM2 SNP309 with T to G change has been reported to increase the susceptibility of head and neck cancer HNC.
Aim: This study aimed to find relationship and distribution of MDM2 SNP309 genetic polymorphism in HNC patients and controls in Indonesian population.
Method: PCR RFLP technique is used to identify the polymorphism in 50 HNC patients and 50 healthy individuals. A statistical analysis with Fisher exact test is used to see the difference of genetic polymorphism of MDM2 SNP309 distribution in both groups.
Result: This research showed the percentage of polymorphism genotype is 70 in head and neck cancer samples and 80 in healthy individual samples.
Conclusion: This study found MDM2 SNP309 genetic polymorphism in both groups, but there is no significant distribution difference between head and neck cancer patients and healthy individuals p 0,356.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kathrine Benapia Natandi
"Kanker Kepala Leher KKL berkaitan dengan faktor risiko antara lain merokok, alkohol, virus, dan faktor genetik. Dalam patogenesisnya, salah satu gen yang berperan dalam pembentukkan sel kanker adalah CYP1A1 Cytochrome P450, family 1, subfamily A, polypeptide 1 . Gen tersebut mengkode enzim yang berperan dalam mengaktivasi atau mendetoksifikasi elemen karsinogen pada tembakau.
Tujuan: Melihat pola distribusi polimorfisme gen CYP1A1 antara penderita KKL dan individu sehat pada populasi Indonesia.
Metode: PCR-RFLP dengan digesti menggunakan enzim restriksi MspINuntuk mendeteksi polimorfisme gen CYP1A1 pada penderita KKL dan individu sehat.
Hasil: Frekuensi dari genotip polimorfik tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara penderita KKL dan individu sehat.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan bermakna pada distribusi polimorfisme gen CYP1A1 6235 T/C antara penderita KKL dan individu sehat.

Background: Head and neck cancer HNC is related to several risk factor such as smoking, alcohol, virus, and other genetic factor. In the pathogenesis, one of the genes that play a role in the formation of cancer cells is CYP1A1 gene Cytochrome P450, family 1, subfamily A, polypeptide 1. It codes for enzymes that have an important role in activating or detoxifying carcinogenic elements in tobacco.
Aim: Identify the distribution of CYP1A1 gene polymorphism between HNC patients and healthy controls of Indonesian population.
Method: PCR RFLP with MspI enzyme was used for genotyping SNP of the CYP1A1 rs4646903 in HNC patients and healthy controls.
Result: The frequencies of the polymorphic genotypes did not show significant differences between HNC patients and healthy controls.
Conclusion: There is no significant association of CYP1A1 gene polymorphisms 6236 T C between patients with HNC and healthy controls.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>