Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Renaldi MNF
"Pekerjaan pembuatan tabung gas beresiko terpajan oleh kebisingan Sedangkan program konservasi pendengaran yang dilakukan belum dilakukan dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya masalah gangguan pendengaran yang terjadi akibat kebisingan pada tenaga kerja pabrik tabung EP serta melakukan upaya pencegahannya. Disain penelitian Studi intervensi. Jumlah subyek yang diteliti 59 orang dari total populasi 62 orang tenaga kerja tetap. Intervensi berupa anjuran pemakaian slat pelindung diri telinga bagi tenaga kerja serta penyuluhan bagi pimpinan dan part pengawas tentang pentingnya penerapan program konservasi pendengaran secara efektif dan efisien.
Hasil dan kesimpulan. Terdapat 10 lokasi dengan tingkat kebisingan 92 dB di dalam pabrik Keluhan gangguan pendengaran pada tenaga kerja berupa kurang pendengaran 16,94 persen, tinitus - 11,86 persen atau kombinasi keduanya 3,38 persen. Prevalensi tali akibat bising (TAB) sebesar 11,86 persen Terdapat hubungan yang bermakna antara TAB dengan lama paparan dan intensitas bising (p kurang dari 0,05). Sedangkan huhungan antara TAB dengan usia, lama bekerja, pengetahuan, sikap dan perilaku tidak bermakna. Untuk kepatuhan memakai alat pelindung diri telinga terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah intervensi. Penyuluhan pada pimpinan dan para pengawas menghasilkan suatu komitmen dan dukungan pimpinan terhadap program konservasi pendengaran.

Work in the gas cylinder production has a high exposure to noise hazard The implementation on hearing conservation program is essential for the prevention of hearing lass among workers. The objective of the study is to know the prevalence of Noise Induced Hearing Disturbance among workers in EP gas cylinder factory and the implementation of it's prevention program. The study design used was an intervention study. From the total population of 62 workers, 59 subject participated in this study. The intervention was education on NIHL and recommendation to use ear protection for workers and education to managers and supervisors on effective and efficient hearing conservation program.
Result : In 10 location in the factory the noise level was above 92 dB . Complaints in hearing decrease was found in 16,94 percent, tinnitus in 11,80 percent and both complaints in 3,38 percent of the workers. The prevalence of NI HL was 11,86 percent.Statistical test showed a significant relation between exposure period and NIHL. There was no significant relationship between NIRL and age, work period and KAP. Intervention showed a significant increase in the use of ear protection among workers. Managers and supervisors committed to support the implementation of Hearing Conservation Program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi T.K.S. Herman
"Norma dan standar dalam proses produksi merupakan persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya adalah penerapan norma dan standar kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Sasarannya adalah peningkatan perlindungan tenaga kerja dan terwujudnya tenaga kerja yang sehat dan produktif, oleh karena itu segala bentuk bahaya di tempat kerja yang harus dicegah dan dikendalikan. Kebisingan merupakan salah satu bahaya yang terdapat di tempat kerja yang mempunyai dampak pads kesehatan dan keselamatan pekerja serta lingkungan.
Kebisingan ditempat kerja merupakan bahaya yang paling sering dijumpai sehingga resiko tenaga kerja terpajan kebisingan sangatlah besar. Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai peran yang sangat penting bagi perusahaan, oleh karena itu hilangnya fungsi pendengaran akibat kebisingan, berdampak kerugian baik yang dialami oleh perusahaan maupun tenaga kerja itu sendiri.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study untuk mengetahui hubungan antara kebisingan dan gangguan pendengaran pekerja berdasarkan data sekunder berupa hasil pemeriksaan audiometri dan hasil pengukuran sound level meter, populasi sampel sebanyak 55 orang di PetroChina pada tahun 2002.
Analisis bivariat dengan menggunakan uji kai kuadrat didapatkan hubungan antara durasi/waktu pajanan dengan keluhan gangguan pendengaran dengan nilai p = 0,054 dan OR = 7,955 demikian juga intensitas kebisingan didapatkan hubungan dengan keluhan gangguan pendengaran dengan nilai p=4,011.

Study about the Relationship between Noise and Hearing Loss Employees at Petrochina in 2002The norms and regulations are required in the process of production, such as the implementation of norm and standard in occupational safety and health. Its goal is to improve the employees protection and to create the healthy and productive employee. Therefore we have to prevent and control any form of danger. The noise is one of common dangers things at work place which has an impact to the safety and healthy of employees and environment.
Noise at work place is the most common danger to find that makes the risk of the noise exposure to the employee is enourmous. The employees as human resources have an essential role to the company. Therefore the absence of hearing function that caused by the noise, has a disadvantages impact whether to the company or the employees itself.
This research used the cross sectional study approach to view the relation between noise and employee hearing loss based on secondary data that is audiometry and sound level meter measurement by taking 55 employee of PetroChina in 2002 as a samples.
Bivariate analysis by using chi-square test obtained relationship between duration of exposure with hearing loss complain with p value 0.054 and OR 7,955 likewise the noise intensity that has a relavance to hearing loss complain with p value 0.011.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusianawaty Tana
"Ruang lingkup penelitian ini adalah gangguan pendengaran yang berhubungan dengan pajanan bising di lingkungan kerja, bertujuan untuk meningkatkan pengetrapan kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan pelapisan kayu lapis PT X. Rancangan penelitian berupa studi intervensi, dimana identifikasi masalah dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara.
Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya beberapa faktor di lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi tenaga kerja yaitu faktor bising, panas, penerangan, getaran mekanis, debu kayu, zat kimia dan fisiologi kerja. Dengan menggunakan kriteria matriks, faktor bising mendapat prioritas pertama untuk diteliti lebih lanjut.
Hasil pengukuran intensitas bising di bagian genset adalah 97,5 - 102,2 dBA, sawmill 84,9 - 108,2 dBA dan heating floor 86,1 - 98,5 dBA. Dari hasil pemeriksaan telinga dan pemeriksaan audiometri terhadap 22 orang tenaga kerja yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di tiga bagian tersebut diperoleh 7 orang ( 31,81 % ) menderita noise induced hearing loss (NIHL ), 13,6 % dengan keluhan tinitus dan 36,36 % dengan keluhan penurunan daya dengar sementara. Pada uji statistik hanya umur yang mernpunyai hubungan bermakna terhadap NIHL ( p < 0,05 ), sedangkan lama kerja, sikap dan perilaku tidak ( p > 0,05 ).
Cara intervensi yang dilaksanakan ditetapkan berdasarkan kriteria matriks yaitu berupa penyuluhan mengenai bising dan alat pelindung telinga, serta pemberian sumbat telinga. Hasil intervensi yang dilakukan terlihat mempunyai hubungan berrnakna terhadap perubahan perilaku terhadap tenaga kerja ( p < 0,05 ).

The scope of this study is hearing disorder related noise int he workplace, as an effort to increase health and safety in plywood industry PT X. The design used in this study is intervention study, problem were indentified throught observations and questioners.
The result showed that noise,heat, lighting, mechanical vibration, wood dust, chemicals and work physiology had influenced the worker's health. Using matrix criteria, noise had first priority to be studied. the resulth of noise's intensity in genset was 97,5-102,2 dBA, sawmill was 84,90108,2 dBA and heating floor was 86,1-98,5dBa. Audiometry examination showed that 7 (31,81%) from 22 persons had noise induced hearing loss (NHL), 13,6% complained about tinitus and 36,36% Complained temporary thershold shift.
Statistical test showed only age influence NHL significantly (p<0.05), but work time, perception, behaviour did not.
Intervention was chosen by using matrikx criteria. The intervetion were education about noise and ear protectors, and giving earplugs to workers at these area. The statistical test showed that education and using earplugs had influenced workers behaviour significantly (p<0.05).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jenny Bashiruddin
"ABSTRACT
INTRODUCTION : Based on Indonesian Constitution, article 2712 mention that every Indonesian citizen has the right of having a job and wages in accordance to humanity. Bajaj as an model in this study is public transportation vehicle which is noisy and vibrating and potential to induce hearing and balance disturbances which could be dangerous to himself or to others. General Objectives of this study : To investigate the risks of noise and vibration in bajaj's drivers and to find the solutions to prevent them from hearing loss and balance disturbances.
Specific objectives : To determine : 1, hearing and balance functions induced by noise and vibration by audiometric and posturography tests 2. To find other physiologic factors such as age, blood pressure, blood glucose level, smoking habit and body mass index which could influence those functions ; 3, To determine the threshold of noise frequencies, intensity and also acceleration of vibration which contributed to noise.
Setting : Subdivision of Neurotology of ENT Department of Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Study subjects : Bajaj drivers.
METHODS: The study was carried out from March 2000 until October 2001.Noise and vibration were measured using octave band analyzer and vibration meter. Clinical ENT examination, height and body weight for body mass index, blood pressure and blood glucose level tests were performed. The subjects were divided into four groups : the normal one, only hearing or balance problem group, group of both disturbances. The risk factors were calculated by bivariate and multivariate or logistic regression analyses.
RESULTS : Mean of bajaj's intensity level was 91 dBA, with minimum intensity 64 dBA, maximum intensity 96 dBA, mean acceleration of vibration was 4,2 misec2. Those results showed that noise and vibration of bajajs were over safety threshold, which has been established by OSHA. The rate of normal subjects was 27.72 %, whereas that of those who suffered from hearing and balance problems was 27,43%, and only 17.14% had hearing problems and 27,71 % had balance problems. The total was 72,28 % of disturbance. From the multivariate analysis, hearing and balance problems were influenced by age more than 40 years old, working periods more than 9 years, daily working hours more than 8 hours, history of heavy smoking habit and obesity. Balance problems were influenced by the same factors. But the working period was 5.9 years and hearing problems were only influenced by age more than 40 years old. It was concluded that balance function was more sensitive than hearing one. For prevention, this study also introduced risk scores for hearing and balance functions based on those physiological factors for workers who worked in noisy and vibrating areas, low risk for scores 0-5, moderate risk for scares 6-10 and high risk for scores more than 11. The sensitivity level was 70,83% and specificity was 73,20 %.
CONCLUSIONS : Mean of bajaj's intensity level was 91 dBA, with minimum intensity 64 dBA, maximum intensity 96 dBA. mean acceleration of vibration was 4,2 misec2, which are over the safety threshold. Noise and vibration could induce hearing and balance problems in 72,28% of drivers. Those problems are influenced by several factors such as age, working periods, daily working hours, smoking habit and obesity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
D486
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Yani
"Latar belakang dan lingkup penelitian : Gangguan pendengaran akibat bising merupakan masalah utama dan menempati jumlah yang paling banyak pada penyakit akibat kerja. Data kepustakaan menunjukkan bahwa frekuensi 4 KHz merupakan frekuensi yang paling peka terhadap pengaruh kebisingan. Diperkirakan frekuensi ini dapat memberikan gambaran awal gangguan pendengaran yang berhubungan dengan kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala dan tanda gangguan pendengaran akibat bising yang berhubungan dengan frekuensi 4 KHz serta analisis mengenai faktor faktor yang berhubungan.
Metode penelitian : Penelitian dilakukan dengan desain kasus kontrol pada pekerja pabrik sepatu PT "X" Tangerang Indonesia yang memiliki data audiometri. Analisis dilakukan dengan menggunakan data sekunder mengenai audiometri dan status kesehatan dan hasil pemeriksaan berkala sedangkan pengetahuan, sikap dan perilaku responden didapat dengan menggunakan kuesioner.
Hasil : Didapatkan bahwa faktor yang berhubungan dengan peningkatan ambang dengar pada frekuensi 4 KHz. adalah, umur pekerja (OR=5,67; CI95% =1,96 - 16,40; p=4,041) dan kebiasaan merokok (aR=3,57;CI95% 1,27-10,03;p,02). Didapatkan juga bahwa pekerja yang mempunyai hobi yang berhubungan dengan kebisingan justru mempunyai risiko lebih kecil dibandingkan dengan pekerja yang tidak mempunyai hobi yang berhubungan dengan kebisingan (OR=0,10;CI95% 0,019-0,541; p = 0,007). Gejala telinga berdenging didapatkan dengan frekuensi yang sama pada kelompok kasus dan kelompok kontrol. Faktor-faktor lain yang juga diteliti ternyata tidak mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan peningkatan ambang dengar pada frekuensi 4 KHz seperti, jenis kelamin (p=0,77), penyakit yang berhubungan dengan pendengaran (p=1,0), riwayat hipertensi (p=0,67), pemakaian alat pelindung telinga (APT) (p=0,66), Pengetahuan, sikap, perilaku (p=4l,71) dan lingkungan tempat tinggal (p = 0,39), Kebijakan perusahaan ( p = 0,83) serta hipertensi (p = 0,83).
Kesimpulan : Peningkatan ambang dengar pada frekuensi 4 KHz.akibat bising pada penelitian ini berhubungan dengan umur, hobi yang berhubungan dengan kebisingan dan kebiasaan merokok. Didapatkan faktor risiko yang lebih kecil untuk peningkatan ambang dengar frek 4 KHz, pada pekerja yang mempunyai hobi yang berhubungan dengan kebisingan disebabkan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kebisingan yang lebih baik. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mendapatkan cara deteksi dini ketulian akibat bising.

Background and objectives: Noise induced hearing disorder is the prominent problem and the most prevalent of occupational diseases. Some studies show that 4 KHz is the most sensitive frequency to be affected by noise. It is expected that 4 KHz frequency threshold shift will be able to represent noise related hearing disorder. This study is aimed at recognizing sign and symptom of noise related hearing disorder and determining its related factors.
Methods: using case control design in workers at shoe factory ?X?, Tangerang, Indonesia who have audiogram, carried out the study. Medical record of annual medical examination were used to obtain audiometric and health status as secondary data. Meanwhile the knowledge about, attitude to, and behavior towards occupational noise of respondents were obtained by using questionnaire.
Result : Determinant factors of noise induced hearing disorder with hearing threshold more than 25 dB at 4 KHz frequency which are statistically significant are age of the workers (OR 4,894 C195% 1.84 - 12.96), and smoking habit (OR=3,57; C195% =1,27-10,03). The workers who have noise related hobby activities have a less risk to get 4 KHz frequency threshold shift (OR 0.10; Cl 95 % 0,03 - 0.85). Both the case and the control group have complained tinnitus. The percentage of subject who was complained tinnitus were no difference between the cases and the controls. The study found that another factors have no statistically significant difference including gender (p = 0.76), hearing impairment related disease (p = 1.0), hypertension history (p = 0.67), the use of personal protection equipment (p = 0,661), the knowledge about, attitude to, behavior towards occupational noise (p = 0.708), settlement environment (p = 0.39), company's policy (p =0.83), and hypertension (p = 0.83).
Conclusion: Noise induced hearing disorder related to 4 KHz frequencies has significant association with age, smoking habit and noise related hobby activities. Probably, due to better in knowledge about, attitude to, and behavior towards occupational noise of the workers who have noise related hobby activities tend to be less risk to get 4 KHz frequency threshold shy? then those who have no this hobby. The research should be continued to find the effective way in early detection of noise related hearing disorder.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16192
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumardji Adikusumo
"Kebisingan yang terjadi di lingkungan kerja merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian yang memadai demi untuk kesehatan para pekerja. Karena seperti kita ketahui bahwa alat pendengaran manusia mempunyai batas-bataa tertentu yang masih dapat ditoleransikan jika menghadapi kebisingan. Jika batas ini dilampaui, maka akan berakibat terjadinya gangguan pendengaran.
Jika telinga mengalami gangguan, salah satu akibatnya adalah sulit berkomunikasi, sehingga akan berakibat menurunkan produktivitas kerja. Tujuan dari penelitian ini ada 1ah untuk mergetahui apakah kebisingan 1ingkungan kerja berpengaruh terhadap terjadinya gangguan j apakah masa kerja berpengaruh terhadap terjadinya gangguan pendengaran karena kebisingan 1ingkungan kerja; apakah pemakaian alat pelindung telinga berpengaruh terhadap terjadinya gangguan pendengaran karena kebisingan 1 ingkungan kerja.
Untuk maksud tersebut, di1akukan penelitian lapangan dengan rancangan studi komparatif. Penelitian ini dilakukan di pabrik keramik Tanah Agung Malang, dengan mengambi1 dua lokasi pengambilan sampel, yaitu di ruang disel yang terpapar oleh kebisingan yang tingkat kebisingannya lebih besar dari S5 dB dan di ruang non disel yang terpapar oleh kebisingan yang tingkat kebisingannya lebih keci1 dari 85 dB. Sebagai subyek penelitian adalah semua pekerja yang bekerja di pabrik keramik Tanah Agung Malang yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ini.
Cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur dan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Alat ukur yang digunakan adalah Sound Level Meter untuk mengukur tingkat kebisingan dan Audiometer untuk mengukur derajat gangguan pendengaran.
Teknik analisis yang digunakan adalah ana 1isis persentasi, digunakan untuk analisis terhadap distribusi frekuensi dan analisis Chi-kuadrat, untuk mengetahui pengaruh kebisingan 1ingkungan kerja, masa kerja dan pemakaian slat pelindung telinga terhadap terjadinya gangguan pendengaran.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa kebisingan 1ingkungan kerja berpengaruh terhadap gangguan pendengaran, masa kerja berpengaruh terhadap terjadinya gangguan pendengaran karena kebisingan lingkungan kerja, pemakaian alat pelindung telinga berpengaruh terhadap terjadinya gangguan pendengaran karena kebisingan lingkungan kerja.
Dengan demikian untuk menanqgulangi bahaya kebisingan di 1ingkungan kerja, perlu digalakkan penggunaan alat pelindung telinga. Selain itu sebaiknya dilakukan pemeriksaan audiometri secara berkala, sehingga dapat segera diketahui adanya gangguan pendengaran secara dini. Bedangkan untuk penerimaan pekerja baru juga perlu diadakan pemeriksaan audiometri untuk mengetahui apakah calon pekerja tersebut 1ayak bekerja di 1ingkungan kerja yang bising. Perlu juga diadakan penataran, penyuluhan."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendarto Hendarmin
Jakarta: UI-Press, 1992
PGB 0237
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rani
"Pajanan bising di tempat kerja merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi pendengaran seseorang. PT. Indomobil Suzuki International (PT. ISI) Plant Cakung sebagai salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang otomotif khususnya dalam memproduksi dan merakit komponen-komponen engine kendaraan roda dua dan roda empat dalam jumlah yang besar setiap harinya, tidak terlepas dari pajanan bising akibat penggunaan mesin mesinindustri yang mengeluarkan bising dalam setiap proses produksi.
Section Produksi Assembling (2W) merupakan salah satu section di PT. ISI Plant Cakung yang memiliki pajanan bising yang berpotensi menimbulkan gangguan pendengaran pada pekerjanya. Berdasarkan data pengukuran kebisingan ruang kerja Bulan Maret tahun 2008, beberapa area kerja di section ini, khususnya area pencucian crank case Assembling Line 1 dan Sub Assy Crank Shaft memiliki tingkat bising > 85 dBA. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat dosis pajanan bising harian yang diterima pekerja dan keluhan pendengaran yang dirasakan pekerjaselama bekerja di section tersebut.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain studi cross sectional dan dilakukan di PT. ISI Plant Cakung khususnya di section produksi Assembling (2W), yang berlokasi di Jl. Raya Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur dan dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2008 selama 1 bulan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang terlibat secara langsung dalam proses perakitan komponen engine kendaraan bermotor roda dua yaitu operator perakitan di Assembling Line 1, 2, 3, 4, dan Sub Assy Crank Shaft,dengan besar sampel sebanyak 146 orang.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengukuran dosis pajanan bising pada pekerja, yang secara langsung dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan alat ukur Noise Dosimeter Quest-400 dan pembagian kuisioner kepada pekerja yang telah dinyatakan sebagai sampel penelitian. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa gambaran umum PT. ISI Plant Cakung beserta alur proses produksi dan deskripsi lokasi penelitian, aktivitas kerja, waktu kerja, shift kerja, dan jumlah pekerja secara keseluruhan, yang diperoleh dari dokumen tertulis dan Indomobil Suzuki Operational Standard (ISOS) yang terdapat di Section Produksi Assembling (2W).
Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu nilai dosis pajanan bising harian pada seluruh sampel pekerja yang diukur, melebihi 100 %. Terdapat sekitar 21,9 % pekerja yang dijadikan sebagai sampel penelitian, mengalami keluhan pendengaran subjektif. Jenis keluhan pendengaran yang secara subjektif sering dirasakan oleh pekerja adalah telinga berdenging, kesulitan berkomunikasi baik secara langsung maupun melalui telepon, dan perbedaan persepsi daya dengar antara sebelum dan sesudah bekerja. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya keluhan pendengaran yang dirasakan pekerja pada masing-masing area kerja adalah usia dan masa kerja. Saran-saran yang dapat diberikan peneliti dalam menurunkan kejadian keluhan pendengaran pada pekerja akibat pajanan bising ini adalah dengan menerapkan Program Pemeliharaan Pendengaran (Hearing Conservation Programme)."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Kayla Kameela
"

Gangguan pendengaran pada umumnya dapat terjadi sejak lahir (tuli kongenital) atau di kemudian hari (tuli didapat). Kedua grup memiliki perbedaan karakteristik yang berdampak pada proses pengobatannya. Oleh karena itu, mengetahui kedua jenis penyakit tersebut terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke tindakan selanjutnya adalah sangat penting. Namun, saat ini di Indonesia masih belum ada program skrining yang berjalan untuk mendeteksi gangguan pendengaran pada anak sejak dini. Menanggapi hal tersebut, penelitian ini bertujuan menganalisis data Diffusion Tensor Imaging (DTI) dari kedua jenis pasien tuli untuk dilanjutkan ke proses klasifikasi dan clustering supaya didapat model yang dapat membedakan kedua kondisi tersebut. Pengembangan model dilakukan melalui proses hyperparameter tuning serta percobaan terhadap dataset dengan dan tanpa fitur usia. Selanjutnya, diterapkan juga percobaan terhadap ada atau tidaknya data validasi terpisah. Performa model dianalisis berdasarkan beberapa metrik evaluasi seperti akurasi, presisi, spesifisitas, recall, confusion matrix, skor F1, area under the ROC curve (AUC-ROC), precision-recall curve, dan silhouette score. Hasil analisis secara keseluruhan menunjukkan bahwa performa model menggunakan fitur usia lebih baik, yaitu pada model klasifikasi diperoleh spesifisitas 89.89%, skor F1 91.93%, dan AUC-ROC 88.61%, dan pada model clustering diperoleh nilai silhouette sebesar 0.8524. Analisis tanpa fitur usia menunjukkan bahwa kedua kelompok dapat diklasifikasi, namun tidak berdasarkan kondisi maturasinya, sedangkan hasil clustering menunjukkan pengelompokkan kelas yang berbeda dari klasifikasi. Penelitian ini berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, terutama jika kedua kelas memiliki rasio dataset yang seimbang.


In general, hearing disorders can occur since birth (congenital hearing loss) or later in life (acquired hearing loss). Both group has different characteristics that affected the treatment process. Therefore, knowing both types of diseases beforehand before proceeding to further actions is crucial. However, currently in Indonesia, there are no any functional screening programs to detect hearing disorders on children from early ages. In response to this, this study aims to analyze Diffusion Tensor Imaging (DTI) data from both types of deaf patients to proceed to the classification and clustering processes to obtain a model that can differentiate between the two conditions. Model development is conducted through hyperparameter tuning and experimentation with datasets with and without age features. Additionally, we will experiment with the presence or absence of separate validation data. The model's performance is analyzed based on several evaluation metrics such as accuracy, precision, specificity, recall, confusion matrix, F1 score, area under the ROC curve (AUC-ROC), precision-recall curve, and silhouette score. The overall analysis results show that the model performance using age features is better, namely in the classification model, specificity of 89.89%, F1 score of 91.93%, and AUC-ROC of 88.61% are obtained. Meanwhile, in the clustering model, a silhouette score of 0.8524 is obtained. The analysis without age features indicates that both groups can be classified, but not based on their maturation conditions, while the clustering results show different grouping of classes from the classification. This research has the potential for further development, particularly if both classes have a balanced dataset ratio and age data distributed evenly.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eriza
"ABSTRAK
Pelajar sekolah menengah dengan rentang usia 6-19 tahun diperkirakan telah mengalami gangguan pendengaran akibat penggunaan PLDs. Penggunaan PLDs sendiri apabila didengarkan pada volume yang tinggi dan digunakan dalam waktu yang lama akan menyebabkan gangguan pendengaran dan komunikasi verbal. Untuk menilai sensibiltas saraf pendengaran dapat dilakukan dengan pemeriksaan distorssion product otoacouatic emission (DPOAE) dan audiogram. Komunikasi verbal dinilai dengan pemeriksaan audiometri tutur. Gangguan sensibilitas saraf pendengaran dilihat dari hasil signal to noise ratio (DPOAE) dan audiometri nada murni ≥25 dB. Gangguan fungsi komunikasi verbal apabila speech recognition treshold (SRT) ≥30 dB. Penelitian potong lintang ini dilakukan di SMU Negeri di Jakarta pada bulan Oktober 2013, melibatkan 96 percontoh pengguna PLDs. Kemudian dilakukan pemeriksaan DPOAE, audiometri nada murni dan audiometri tutur. Sebanyak 27,2% mengalami gangguan sensibilitas saraf pendengaran. Didapatkan 6,3 % mengalami gangguan komunikasi verbal. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, jenis earphone, besarnya intensitas dan lama pemakaian terhadap terjadinya gangguan sensibilitas saraf pendengaran. Namun dengan melihat nilai Odds Ratio pada pemakaian earphone jenis earbud memiliki resiko 3,69 kali mengalami gangguan pendengaran dan apabila mendengarkan pada 8-14 jam setiap minggu nya memiliki resiko 3,08 kali mengalami gangguan sensibilitas saraf pendengaran. Kelemahan penelitian ini pada desain penelitian , validasi output dan kurang dieskplornya faktor-faktor lain yang turut berperan dalam memengaruhi terjadinya gangguan pendengaran. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mencari faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya gangguan sensibilitas saraf pendengaran dan hubungannya terhadap terjadinya gangguan pendengaran.

ABSTRACT
High school students with the age range of 6-19 years old are assumed to suffer from hearing impairment from using PLDs. The usage of PLDs with high volume in long term will cause hearing and verbal communication impairments. Distorssion product otoacoustic emission (DPOAE) examination and pure tone audiometry can be used to evaluate the hearing organ function. Verbal communication function can be evaluated with speech audiometry examination. Hearing impairment is seen from the result of DPOAE signal to noise ratio and hearing threshold ≥25 dB. Communication impairment is seen from speech recognition test (SRT) ≥30 dB. This cross sectional study was conducted in the 70 General High School in October 2013, involving 96 samples using PLDs All samples had DPOAE, pure tone and speech audiometry examinations. (27,2%) had hearing impairments, in which (6,3%) had verbal communication impairments. There were no significant correlation between sex, earphone types, intensity and usage duration with the decrease of sensibility hearing impairment. Although by assessing Odds Ratio value, the usage of earbud type earphone increases the risk of hearing impairment by 3,69 times and duration of 8-14 hours every week has 3,08 higher risk of hearing impairment. The weaknesses of this study are the study design, validation output of PLDs and other factors contributing in causing hearing impairment were not explored. Further study is required to seek the factors contributing in causing hearing impairment from noise and its correlation with the occurrence of hearing impairment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>