Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Danny Surya
"Cacingan merupakan masalah kesehatan di Indonesia terutama pada anak. Pengetahuan mengenai pencegahan berperan penting dalam menanggulangi cacingan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan guru sekolah dasar (SD) mengenai cacingan. Penelitian menggunakan desain penelitian eksperimental dengan metode pre-post study. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 12 Oktober 2011 terhadap 67 orang guru SD yang diminta untuk mengisi kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan. Kuesioner berisi lima pertanyaan mengenai pencegahan infeksi A. lumbricoides, T. trichiura dan O. vermicularis. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebelum penyuluhan guru yang mempunyai tingkat pengetahuan baik adalah 12 orang (17,9%), cukup 21 orang (31,3%), dan kurang 34 orang (50,7%). Setelah penyuluhan, guru dengan tingkat pengetahuan baik adalah 39 orang (58,2%), cukup 24 orang (35,8%), dan kurang 4 orang (6,0%). Sebelum penyuluhan, pertanyaan yang paling banyak tidak dimengerti responden adalah kapan waktu memberikan obat cacing (hanya 6% yang menjawab benar). Berdasarkan uji marginal homogeneity didapatkan perbedaan bermakna (p<0,01) pada tingkat pengetahuan guru sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan. Disimpulkan bahwa penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan guru SD mengenai pencegahan cacingan.

Helminthiasis is a popular health problem in Indonesia especially in children. Knowledge on helminthiasis prevention has a great role in overcoming the disease. The purpose of this research is to know the effectivity of health education in increasing knowledge level of elementary school teacher on helminthiasis. This research uses experimental design and pre-post study method. Data collection is done in Jakarta on October 12th, 2011 by asking 67 elementary school teachers to fill a before and after questionnaire. The questionnaire consists of five questions about helminthiasis prevention, including ascariasis, trichuriasis, and oxyuriasis. From the result, knowledge level of respondent before health education are as follow: 17,9% good, 31,3% average, and 50,7% poor. After health education, the knowledge level are as follow: 58,2% good, 35,8% average, and 6,0% poor. Before health education, the question least understood by the respondent is when to give medication to a person with helminthiasis (only 6,0% answers right). Based on marginal homogeneity test, there is a siginificant difference (p<0,01) on the knowledge level before and after health education. It is concluded that health education is effective in increasing knowledge level of elementary school teacher on helminthiasis prevention."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuad Hilmi Sudasman
"World Health Organization (WHO) menganjurkan integrasi program penanganan infeksi kecacingan dengan intervensi Water, Sanitation and Higiene (WASH). Jika dibandingkan dengan cakupan Kabupaten Bandung, Kecamatan Dayeuhkolot pada tahun 2015 dan 2016 masih memiliki cakupan water, sanitation and hygiene (WASH) berupa akses sarana air minum yang layak dan jamban sehat yang rendah dan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Penelitian ini merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk menganalisis sarana air minum, sanitasi dan higiene, karakteristik individu serta perilaku individu terhadap infeksi soil-transmitted helminth (STH) dengan subjek penelitian pada rumah tangga dengan anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei hingga bulan Juni 2019. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan uji laboratorium dalam pengambilan data. Hasil penelitian menunujukkan prevalensi infeksi soiltransmitted helminth (STH) pada anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung sebesar 9,1%. Rumah tangga yang memiliki anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung yang memiliki sarana sarana air minum unimproved sebesar 12,7%, sarana sanitasi unimproved sebesar 44,5%, sarana higiene unimproved sebesar 21,8% . Sarana air minum (p=0,001; Exp(B)= 10,11) merupakan faktor risiko dominan terhadap infeksi soil-transmitted helminth (STH) pada anak usia sekolah dasar di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung.

The World Health Organization (WHO) advocates the integration of programs to treat helminthiasis with the intervention of Water, Sanitation and Hygiene (WASH). When compared to the coverage of Bandung Regency, Dayeuhkolot District in 2015 and 2016 still had water, sanitation and hygiene (WASH) coverage in the form of access to decent drinking water facilities and healthy latrines which were low and tended to decline from year to year. This study is an epidemiological study that aims to analyze drinking water, sanitation and hygiene facilities, individual characteristics and individual behavior towards soil-transmitted helminth (STH) infection with research subjects in households with primary school-aged children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency. This research took place from May to June 2019. This study used a questionnaire and laboratory tests in data collection. The results of the study show the prevalence of soiltransmitted helminth (STH) infection in primary school-aged children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency, at 9.1%. Households that have primary school age children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency that have unimproved drinking water facilities at 12.7%, unimproved sanitation facilities at 44.5%, unimproved hygiene facilities at 21.8%. Drinking water facilities (p = 0.001; Exp (B) = 10.11) is the dominant risk factor for infection with soil-transmitted helminth (STH) in primary school-aged children in Dayeuhkolot District, Bandung Regency."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Kurniawan
"Infeksi cacing tanah, terutama A. duodenale tersebar luas ke seluruh dunia. Anak-anak adalah salah satu populasi yang dianggap memiliki resiko tinggi untuk terinfeksi dan mengalami komplikasi seperti kehilangan darah kronis dan malnutrisi yang pada akhirnya dapat mengganggu tumbuh kembang sang anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dari infeksi A. duodenale dengan kekurusan pada anak usia sekolah. Peserta riset ini adalah anak-anak yang tinggal di Nangapanda, Nusa Tenggara Timur yang berusia dibawah 18 tahun. Data demografis dan antropometri diperoleh dan deteksi A. duodenale dari sampel tinja dilakukan dengan metode rtPCR. Analisis univariat dan multivariat dilakukan untuk melihat hubungan tiap variabel dan disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia tiap anak. Dari 185 anak, 25 anak (13.5%) menderita infeksi A. duodenale dan 94 anak (51%) berada dalam kategori kurus dan sangat kurus berdasarkan hasil z-score BMI menurut umur. Pada akhirnya kami menemukan bahwa terdapat korelasi positif antara infeksi A. duodenale dengan kekurusan pada grup anak perempuan berusia ≥ 10 tahun namun tidak pada grup anak lainnya. Umur dan jenis kelamin tidak memiliki asosiasi dengan infeksi A. duodenale. Studi longitudinal dibutuhkan untuk bisa mengkonfirmasi hubungan antara infeksi A. duodenale dengan tingkat kekurusan pada anak-anak.

Soil-transmitted helminth (STH) infection, especially A. duodenale infection is distributed widely in the world. Children are one of the most susceptible populations at risk to develop complications from hookworm infection, such as chronic blood loss and malnutrition that may eventually lead to development retardation. This study aims to see the relationship between A. duodenale infection and thinness in school-aged children. Children below 18 years old living in Nangapanda Subdistrict, East Nusa Tenggara were examined for their demographic and anthropometric data, along with stool samples for further analysis using real time polymerase chain reaction (rtPCR). The data gathered was further analyzed using univariate and multivariate analysis between A. duodenale infection and body mass index (BMI) to age Z score with age and gender as the potential confounding factor. From 185 children, 25 (13.5%) had positive A. duodenale infection by rtPCR. 94(51%) were considered thin with BMI-to-age Z-scores (BAZ). A. duodenale was associated with thinness (p = 0.014) in female children aged above and equal 10 years old but not in the other groups. We found that A. duodenale infection was associated with thinness in older female population but not in the other population groups. Age and gender were found not to be significant with A. duodenale infection. Further longitudinal studies are needed to confirm the causal relationship between A. duodenale infection and low BMI status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Kurniadi
"Infeksi parasit, khususnya soil-transmitted helminht (STH), adalah infeksi yang tersebar luas di dunia. Anak usia sekolah mempunyai resiko yang tinggi untuk terinfeksi dan telah dikaitkan dengan berbagai konsekuensi seperti anemia, keterlambatan pertumbuhan, dan hilangnya berat badan. Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara infeksi STH dan kekurusan di anak usia sekolah. Peserta adalah anak usia sekolah kurang dari 18 tahun yang tinggal di Nangapanda, Nusa Tenggara Timur. Data demografis diperoleh dan deteksi infeksi STH dalam tinja dilakukan dengan real-time PCR. Analisa univariat dan multivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara infeksi STH dan BMI, disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin. Dari 185 anak, 179 (96.7%) terinfeksi oleh STH. 91 anak didapatkan berada dalam kategori kurus dan sangat kurus. Infeksi Necator adalah infeksi yang paling sering (174 kasus, 94.1%), diikuti oleh Ancylostoma (24 cakasusses, 13%) and Ascaris infection (49 kasus, 26.5%). Infeksi STH tidak ditemukan, namun menunjukkan pola untuk, memiliki hubungan yang signifikan dengan kekurusan (p-value=0.089). Poliinfeksi STH tidak ditemukan memiliki perbedaan signifikan dengan monoinfeksi. Usia dan jenis kelamin tidak ditemukan berasosiasi signifikan dengan infeksi STH. Studi lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil ini. Studi longitudinal juga diperlukan untuk mengkonfirmasi hubungan sebab-akibat pada studi ini.

Soil-transmitted helminth (STH) infection is widely distributed in the world. School-aged children are at high risk of acquiring this infection, which has been linked with various consequences such as anemia, stunting, and weight loss. This study aims to investigate the relationship between STH infection and thinness in school children. The study participants were children below 18 years living in Nangapanda Subdistrict, East Nusa Tenggara. The basic demographic data was taken and detection of STH infection in stool samples was done by real time PCR. Univariate and multivariate analyses were done to examine the relationship between STH infection and BMI, with age and gender as potential confounding factors. Out of 185 children, 179 (96.7%) were infected with STHs by PCR. 91 children were shown to be in the thinness and severe thinness category. Necator infection was found to be the most common infection (174 cases, 94.1%); followed by Ancylostoma (24 cases, 13%) and Ascaris infection (49 cases, 26.5%) respectively. STH infection was not, but showed a tendency, to be associated with thinness (p-value=0.089). Polyinfection of STHs did not show a significant difference with monoinfection. Age and gender were not found to be associated with STH infection. We found that there was a tendency of positive association between STH infection and thinness. Age and gender were not found to be significantly associated with STH infection. Future studies with a larger number of population are needed to confirm these results. In addition, longitudinal studies are needed to confirm the cause-effect relationship."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Rahmah Ayu Anggrenani
"ABSTRAK
Sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di areal pertanian serta perkebunan. Pekerjaan tersebut mengharuskan para pekerjanya untuk kontak langsung dengan tanah, sehingga resiko mendapat infeksi cacing tanah (STH) dan prevalensi infeksi tersebut meningkat. Oleh karena itu, tujuan riset ini adalah untuk menentukan efektivitas penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan terkait siklus hidup, modus infeksi dan penularan STH pada pekerja kebun di perkebunan X di Pacet, Cianjur, Jawa Barat. Variabel terkait pengetahuan tersebut juga diuji dalam riset ini. Desain riset ini adalah pre-post study. Dari hasil pengolahan data ditemukan bahwa 52,4% dari subyek adalah pria, 69% adalah lulusan SD, 64.3% tidak memiliki pengetahuan apa pun mengenai infeksi STH and 59,5% tidak pernah terinfeksi STH. Selisih antara nilai tes sebelum dan sesudah penyuluhan juga dianalisis bersama dengan keempat variabel di atas, tetapi tidak ditemukan keterkaitan yang signifikan diantaranya. Pengetahuan mengenai siklus hidup, modus infeksi dan penularan STH sebelum penyuluhan berkaitan erat dengan variabel umur (p<0.05) dan pengetahuan mengenai infeksi STH sebelum riset ini dijalankan (p<0.05). Sedangkan variable pengalaman terinfeksi STH dan tingkat pendidikan tidak terkait secara signifikan dengan pengetahuan mengenai siklus hidup, modus infeksi dan penularan STH sebelum penyuluhan. Secara umum, setelah penyuluhan kesehatan nilai tes para subyek meningkat secara signifikan. Hal ini bisa dilihat dari perbandingan nilai pre- test dan post-test yang dianalisis dengan tes Wilcoxon (p<0.05). Dengan ini dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan mengenai siklus hidup, modus infeksi dan penularan STH diantara pekerja kebun di Pacet, Cianjur secara umum tanpa memperhitungkan variabel yang ada.

ABSTRACT
Indonesia is an agricultural country, where a large number of people work in plantation areas. This requires constant exposure to soil, thereby increasing the risk of acquiring STH infection and its prevalence. Hence the goal of this research is to figure out the adequacy of health education in heightening the knowledge of life cycle and modes of infection and transmission of STH among agricultural workers in Pacet, Cianjur, West Java. Other variables affecting the prior knowledge and its improvement were also assessed. This research used pre-post study design. It is obtained from the data that 52,4% of the subjects were male, 69% graduated from Elemetary School, 64.3% had no prior knowledge regarding STH infection and 59,5% had never been infected with STH. The difference score was also analyzed with all four variables, but showed no association between each of them. The knowledge about the morphology, life cycle and modes of transmission prior to health education were significantly associated with two out of four variables; gender (p<0.05) and knowledge of infection (p<0.05). On the other hand, education and history of infection does not significantly relate to the knowledge about life cycle and modes of transmission of STH prior to health education. Subsequent to health education, agricultural workers? knowledge showed significant improvement, seen by comparing pre-test and post-test and analyzing them with Wilcoxon test (p<0.05). In conclusion, health education has proven to be adequate in heightening knowledge regarding life cycle and modes of infection and transmission of STH among agricultural workers in Pacet, Cianjur when variables are not taken into account.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Oktaria
"Latar belakang: Infeksi cacing merupakan salah satu infeksi komorbid yang dapat ditemukan pada pasien morbus Hansen (MH). Penelitian terbaru telah membuktikan bahwa infeksi cacing dapat mempengaruhi berbagai perjalanan penyakit melalui pengaruhnya pada proses imunoregulasi dan metabolisme. Spektrum klinis MH telah diketahui sangat bergantung pada respons imun pejamu terhadap bakteri M. Leprae, sehingga infeksi cacing usus diduga juga memiliki peranan pada manifestasi klinis MH dan reaksi eritema nodosum leprosum (ENL).
Tujuan: Mengetahui proporsi infeksi cacing pada MH dan hubungannya dengan tipe MH dan ENL.
Metode: Dilakukan penelitian analitik dengan rancangan penelitian potong lintang pada pasien MH tipe pausibasiler (PB) dan multibasiler (MB). Sampel berupa feses dikumpulkan untuk diperiksa menggunakan teknik sediaan langsung, sedimentasi formalin-eter, dan Kato-Katz.
Hasil: Terdapat 81 subjek penelitian (SP) yang diikutsertakan dalam penelitian ini, terdiri atas 20 pasien MH tipe PB dan 61 pasien MH tipe MB. Riwayat atau kejadian ENL didapatkan pada 31 SP. Infeksi cacing ditemukan pada 11 SP (13,6 %) yang seluruhnya termasuk dalam kelompok MB, yaitu Trichuris trichiura (5 SP) dan Strongyloides stercoralis (6 SP). Sebanyak 8 dari 11 SP (25,8 %) yang terinfeksi cacing memiliki riwayat atau sedang mengalami ENL. Terdapat hubungan bermakna antara infeksi cacing dengan tipe MH dan ENL (p= 0,034 dan p=0,018).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara infeksi cacing dengan tipe MH dan ENL.

Background: Helminth infection is one of many comorbid infections that can be found in leprosy. It has been proved that helminth infections can affect several diseases development through immunoregulation and metabolic processes. Clinical spectrum of leprosy has been known to depends on the host immune response against Mycobacterium leprae, so that helminths may have a role in clinical manifestation of leprosy and erythema nodosum leprosum (ENL).
Purpose: To know the proportion of helminth infections in leprosy and their association with leprosy type and ENL.
Methods: Analytical study was performed with cross-sectional design on pausibacillary (PB) and multibacillary (MB) type leprosy patients. Fecal samples were collected from all subjects, which then analyzed with direct microscopic examination, formalin-ether sedimentation technique, and Kato-Katz.
Results: 81 subjects were enrolled in this study, consists of 20 PB type patients and 61 MB type patients. History or episode of ENL was found in 31 subjects. Helminth infections were found in 11 MB subjects (13,6 %), consists of Trichuris trichiura (5 subjects) and Strongyloides stercoralis (6 subjects). Eight of 11 subjects (25,8 %) with helminth infections had a history or episode ENL. There were significant associations between helminth infections with leprosy type and ENL (p= 0,034 dan p=0,018).
Conclusion: There were significant associations between helminth infections with leprosy type and ENL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ichsan Sulaiman Taufik
"Angka infeksi soil-transmitted helminths (STH) masih tinggi di Indonesia, terutama di daerah tertinggal yang memiliki kriteria sulit air serta tingkat sanitasi dan higiene yang rendah seperti di Sumba Barat Daya SBD . Desa Perobatang merupakan salah satu desa tertinggal di SBD yang penduduknya rentan terinfeksi STH karena memiliki kebiasaan penduduk buang air besar sembarangan BABS. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengobatan massal Penelitian ini menggunakan studi fixed cohort prospective. Data diambil empat kali, yaitu pada bulan Juli dan 2 minggu setelahnya, Oktober 2016, dan Januari 2017. Data infeksi STH didapatkan dari hasil pengumpulan feses warga menggunakan metode Kato Katz dan diperiksa menggunakan mikroskop cahaya. Sampel diperiksa lagi setelah 2 minggu pengobatan menggunakan albendazole triple dose 400mg untuk mengetahui angka kesembuhan dan diperiksa lagi setelah 3 dan 6 bulan pasca pengobatan untuk mengetahui kejadian reinfeksi. Dari pemeriksaan 3 bulan berkala, didapatkan sebagian besar pasien infeksi yang sudah sembuh mengalami reinfeksi secara intensif, yaitu reinfeksi A.lumbricoides sebesar 33 dengan rincian 19 pada bulan ke-3 dan 14 pada bulan ke-6 dan reinfeksi T.trichiura sebesar 9 dengan rincian 2 pada bulan ke-3 dan 7 pada bulan ke-6, sedangkan pada cacing tambang tidak terdapat kasus reinfeksi.

Soil transmitted helminths STH infection rate is relatively high in Indonesia, especially in deprived area with lack of water availability, poor sanitation and hygiene, such as Sumba Barat Daya SBD . Perobatang village is one of the deprived villages in SBD where its villagers are vulnerable to be infected by STH as they have the habit of open defecation. This study aimed to evaluate the mass treatment using albendazole 400mg given for 3 days consecutively. This was a cohort fixed prospective study design. Data were collected four times, on July 12, July 26, October 2016, and January 2017. STH prevalence was obtained by collecting villagers rsquo stool samples that will be processed using Kato Katz method and be examined using microscope. The stool samples were collected again at 2 week post treatment to determine the cure rate and at 3 and 6 months post treatment to determine the incidence of re infection. At 3 months post treatment, most of the recovered patients from infection are intensively re infected A.lumbricoides re infection of 33 with details 19 in 3 months and 14 in 6 months and T.trichiura re infection of 9 with details 2 in 3 months and 7 in 6 months, while there is no re infection in hookworm."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Agrianti
"Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau kemampuannya untuk mengangkut oksigen tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Anemia pada anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, serta menyebabkan anak menjadi lemas dan pucat. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan anemia di negara-negara berkembang adalah infeksi soil-transmitted helminths. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara infeksi soil-transmitted helminths dengan kejadian anemia pada balita di Kecamatan Nangapanda, Ende, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini menggunakan desain potong-lintang yang meneliti status infeksi soil-transmited helminths melalui pemeriksaan telur pada feses dan hubungannya dengan anemia yang diukur dari kadar hemoglobin darah kapiler. Selain itu juga diteliti hubungan antara anemia dengan faktor perancu berupa usia, jenis kelamin, dan nutrisi. Penelitian ini dilakukan pada Juli 2015 hinga Oktober 2015 di Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows dengan Uji Chi Square dan Fisher untuk analisis univariat serta Regresi Logistik untuk analisis mutivariat. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi infeksi soil-transmitted helminths pada 100 balita di Kecamatan Nangapanda, Ende, Nusa Tenggara Timur adalah 59%, dengan infeksi terbanyak disebabkan oleh infeksi majemuk antara Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura sebanyak 23%. Prevalensi anemia pada balita di Kecamatan Nangapanda, Ende, Nusa Tenggara Timur adalah 63%. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara infeksi soil-transmitted helminths dengan kejadian anemia pada balita di Kecamatan Nangapanda, Ende, Nusa Tenggara Timur. Dari berbagai faktor yang diteliti, usia yang kurang dari 2 tahun merupakan faktor yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian anemia pada populasi ini.

Anemia is a condition where the red blood cell count or its ability to carry oxygen is not adequate to fulfill physiological needs. Anemia in children can affected growth and development and cause fatigue, paleness. One of the factors that can cause anemia in developing countries is soil-transmitted helminths infection. This research aimed to analyze the correlation between soil-transmitted helminths infection and the prevalence of anemia in under-five children in Nangapanda Subdistrict, Ende district, East Nusa Tenggara. This research used cross-sectional design by investigating soil-transmitted helminths infection status through detection of helminth eggs in stool examination and its correlation with status of anemia based on hemoglobin measured from finger-prick blood. The link between anemia and confounding factors such as age, gender, and nutriotinal status was also analyzed. This research was conducted from July 2015 to October 2015 at Parasitology Departement of Faculty of Medicine of University of Indonesia. The data are analyzed using SPSS 20.0 software for Windows with Chi-Square and Fisher Test for univariate analysis and Logistic Regression for multivariate analysis. The results showed that the prevalence of soil-transmitted helminths infection in the 100 under-five children in Nangapanda Subdistrict, Ende district, East Nusa Tenggara was 59%, with majority of children (23%) co infected with Ascaris lumbricoides and Trichuris trichiura. The prevalence of anemia in the under-five children in Nangapanda Subdistrict, Ende district, East Nusa Tenggara 63%. There was no significant correlation between soil-transmitted helminths infection and anemia status in under-five children in Nangapanda Subdistrict, Ende District, East Nusa Tenggara. However, among other confounding factors analyzed, children under 2 years old were significantly associated with the prevalence of anemia in this population."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library