Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Biro pusat Statistik, 1993
519.5 IND s I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Biro Pusat Statistik, 1963
R 315.98 BIR s
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Nurindah Laili Maghfirati
Abstrak :
IUD merupakan salah satu kontrasepsi jangka panjang yang direkomendasikan pemerintah karena tingkat kegagalan yang rendah dan efek samping yang sedikit dibandingkan kontrasepsi hormonal. Akan tetapi berdasarkan Laporan SDKI 2012, penggunaan IUD di Indonesia masih sedikit dan terus menurun dari tahun ke tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemakaian IUD dan kelangsungannya adalah akses informasi KB dimana informasi yang didapatkan wanita akan berdampak pada pengetahuan dan penerimaannya terhadap IUD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan akses informasi KB dengan pemakaian serta penggantian intrauterine device (IUD). Penelitian ini menggunakan data SDKI 2012 modul wanita usia subur (WUS), dengan jumlah sampel 9.711 wanita yang memiliki anak dua atau lebih dan menggunakan kontrsepsi. Kriteria ekslusi penelitian ini adalah wanita yang menggunakan tubektomi, vasektomi, dan kondom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penggantian IUD tidak memiliki hubungan dengan akses informasi KB (OR=0,8; 95%CI: 0,4-1,5) namun pada pemakaian IUD memiliki hubungan dengan akses informasi KB (OR=1,4; 95%CI: 1,1-1,8). Disarankan peningkatan KIE yang komprehensif dan membangun dialog dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, serta oraganisasi masyarakat untuk meningkatkan pemakaian IUD.
IUD is one of the recommended long-term contraception government for low failure rates and side effects were fewer than hormonal contraception. However, based on reports IDHS 2012, the use of IUDs in Indonesia is still small and continues to decline from year to year. One of the factors that influence the use of IUDs and sustainability is access to family planning information where the information obtained women will have an impact on the knowledge and acceptance of the IUD. This study aims to determine the relationship of access to family planning information with the use and replacement of intrauterine devices (IUDs). This study uses data module IDHS 2012 women of childbearing age (WUS), with a sample of 9711 women who had two or more children and using contraceptives. Exclusion criteria for this study were women who used tubal ligation, vasectomy and condoms. The results showed that the replacement of the IUD does not have a relationship with access to family planning information (OR = 0,8; 95% CI: 0,4 -1,5), but the use of IUDs have ties with access to information KB (OR = 1,4; 95% CI: 1,1- 1,8). Researcher suggest to improvement comprehensive KIE and establish dialogue with religious leaders, community leaders, and community organizations to increase the use of IUDs.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T42953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmina Sofyan
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pondra Nala Permana
Abstrak :
Seiring dengan berkembangnya investasi di pasar modal khususnya di Bursa Efek Jakarta, informasi mengenai arah pergerakan harga-harga saham menjadi sesuatu yang sangat diminati oleh investor. Dengan mengetahui informasi tersebut investor dapat memutuskan kapan saat yang tepat dalam melakukan transaksi saham. Banyak ditemukan baik investor maupun manajer investasi mencoba melakukan peramalan arah pergerakan harga-harga saham dengan beberapa metode seperti analisis fundamental maupun teknikal. Namun menurut konsep Efficient Market Hypothesis (EMH) apabila pasar efisien maka sulit bagi investor dalam menentukan arah pergerakan harga saham karena harga saham berjalan acak (random walk). Walaupun hipotesis tersebut masih menjadi salah satu acuan bagi pelaku pasar, namun hingga kini pertentangan akan konsep tersebut masih ramai diperdebatkan oleh para peneliti yang menemukan adanya anomali-anomali di pasar modal. Salah satu anomali atau geja!a yang cukup populer ialah anomali overreaction yang ditemukan oleh penelitian De Bondt dan Thaler (1985). Berdasarkan penelitian yang menggunakan data pasar modal Amerika Serikat (NYSE), mereka menemukan suatu anomali baru yang bertentangan dengan teori pasar efisiensi yang dikenal fenomena reaksi yang berlebihan (overreaction phenomenon). De Bondt dan Thaler menemukan bahwa saham-saham yang menunjukkan tingkat pengembalian ekstrim positif (winner) atau negatif (loser) selama suatu periode akan mengalami pembalikan tingkat pengembalian (return) pada periode berikutnya atau return dari saham loser akan mengungguli saham winner. Berdasarkan hal tersebut, penulis akan mencoba mengamati apakah keberadaan anomali overreaction terdapat di Bursa Efek Jakarta khususnya pada saham-saham yang tergabung dalam perhitungan indeks LQ 45 selama tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 serta melihat apakah anomali overreaction yang terdapat di BEJ memiliki ciri-ciri yang sama dengan anomali overreaction yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya oleh De Bandt-Thaler. Penelitian ini menggunakan data return saham yang terdapat pada indeks LQ 45 sesuai dengan periode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan perhitungan saham-saham winner dan loser yaitu dengan menggunakan metode market adjusted excess returns dimana Ujt - Rjt - Rmt, dimana winner dan loser portofolio dibentuk berdasarkan penerimaan return yang berlebihan dimasa lampau. Penulis membagi periode penelitian menjadi tiga yaitu periode tiga bulanan, enam bulanan dan periode tahunan untuk setiap periode pembentukan portofolio dan periode observasi portofolio. Kemudian untuk membuktikan apakah teijadi gejala overreaction, penulis, penguji tingkat pengembalian yang diamati dengan uji signifaksi t-student. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh, dalam penelitian yang dilakukan dengan menggunakan periode tiga bulanan menunjukan beberapa kali teijadi gejala overreaction. Berdasarkan pengamatan penulis gejala overreaction tersebut terjadi pada observasi periode bulan ke tiga. Walaupun faktanya demikian, uji signifikansi gejala overreaction pada ACAR winner< 0, ACAR loser> 0 dan selisih ACAR loser winner > 0 tidak terbukti secara statistik dan tingkat konsistensi anomali overreaction sangat rendah. Pengamatan pada replikasi periode enam bulanan pun mendapatkan hasil yang relatif sama dengan periode replikasi 3 bulanan dimana terdapat beberapa kali gejala overreaction namun dengan tingkat konsistensi yang rendah. Beberapa gejala overreaction yang terjadi kemudian dilakukan uji statistik pada seluruh ACAR winner, ACAR loser dan nilai selisih ACAR loser winner yang menunjukan nilai dihitung 0.553 (bulan 1), 0,07723 (bulan 3) dan 0.338 (bulan 4) tidak masuk dalam area penerimaan altematif hipotesis sehingga overreaction tidak terjadi pada penelitian periode replikasi enam bulanan. Observasi dilanjutkan pada replikasi tahunan yang juga ditemukan beberapa gejala overreaction. Pada periode observasi ini terbukti apa yang dikemukakan De Bondt dan Thaler bahwa efek dari overreaction sangat berpengaruh pada portofolio loser. Hal ini tergambar dalam grafik pergerakan ACAR periode tahunan yang menunjukan lonjakan pembalikan arah yang ekstrim pada ACAR loser. Observasi ini pun memiliki tingkat konsistensi gejala overreaction yang relatif tinggi. Namun hasil pengujian statistik pada nilai ACAR winner, ACAR loser dan ACAR loser winner pada periode obseryasi ini masih memiliki t-hitung yang tidak masuk ke dalam tingkat signifikansi uji statistik sehingga gejala overreaction tidak terbukti. Dengan tidak terjadinya anomali overreaction pada penelitian ini khususnya pada saham-saham LQ 45, maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal di Indonesia memiliki bentuk pasar yang efisien. Walaupun ditemukan beberapa kali gejala overreaction dalam penelitian ini, strategi kontrarian belum dapat sepenuhnya dilakukan untuk mendapatkan abnormal return. Hal ini disebabkan tingkat konsistensi gejala overreaction pada penelitian ini sangat rendah sehingga sulit bagi investor dalam memprediksi kapan saat yang tepat menentukan pembelian atau penjualan portofolio winner-loser.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Fadillah Indra, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Seiring perkembangan dunia investasi pada saat ini, semakin banyak pilihan instumen investasi di luar tabungan dan deposito yang juga menarik untuk dipilih. Walaupun memiliki resiko yang lebih tinggi, namun risiko terse but cenderung dapat dikelola dan instrumen yang bersangkutan menjanjikan tingkat pengembalian yang lebih baik dibanding tabungan dan deposito.

Reksa dana merupaka salah satu instrumen investasi yang saat ini menarik untuk dipilih. Jumlah produknya terus bertambah, dan nilai Nilai Akiva Bersih nya juga terus meningkat secara progresif dari waktu ke waktu. Data dari Bapepam menunjukkan hingga akhir tahun 2004 adalah 175 reksa dana. Dari jumlah tersebu 74 diantaranya adalah Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT). Fakta tersebut menunjukkan bahwa RDPT adalah salah satu jenis reksa dana yang berkembang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.

Lebih jauh lagi, lewat penelitian ini penulis ingin mencoba untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan analisis kinetrja untuk membuktikan apakah instrumen Reksa Dana Pendapatan Tetap memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding dengan instrumen investasi yang lain. Dengan perkembangan RPDT yang cukup mengesankan tersebut penulis merasa perlu adanya analisis mengenai kinetrja reksa dana untuk menilai apakah investasi dalam instrumen tersebut dapat menghasilkan imbal hasil (return) yang lebih baik dibandingkan investasi pada instrumen lainnya.

Analisis mengenai kinerja reksa dana khususnya reksa dana pendapatan tetap merupakan tahapan penting yang harus diperhatikan masyarakat pemodal atau investor sebelum menanmkan modalnya dalam instrumen tersebut. Salah satu indikator untuk menganalisis kinetja reksadana Pendapatan Tetap adalah keberhasilan strategi manajer investasi dalam mengelola portofolio reksa dananya, yang tercermin dari Nilai Aktiva Bersih (NAB).

Analisis kinetja reksadana pendapatan tetap dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara return NAB dan return pembandingnya, yaitu indeks obligasi yang datanya diambil dari Bank Indonesia.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada para investor dalam melakukan keputusan berinvestasi, khususnya untuk melihat lebih jauh kinerja setiap reksa dana pendapatan tetap. Tolak ukur kinetja Reksa Dana Pendapatan Tetap dalam hal ini adalah tingkat pengembalian yang lebih tinggi.

Untuk menilai tingkat signi:fikansi perbedaan kinetja reksa dana dan pembanding dilakukan uji hipotesis menggunakan uij Beda Dua Rata - rata. Hasil uji hipotesis menunjukkan perbedaan tersebut tidak: signiflkan pada level 5% artinya return reksa dana pendapatan tetap tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan return pembandingnya pada tingkat uji signifikansi 5%.

Hasil kinerja reksa dana pendapatan tetap periode 1999 - 2002 secara umum tidak begitu baik apabila dibandingkan dengan return indeks obligasi. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kinetja reksa dana yang underperformed terhadap kineja pembandingnya, baik untuk pengukuran return maupun pengukuran kinetja sharpe, treynor, Jensen. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar RDPT kurang menguntungkan untuk investasi jangka panjang.

Dalam penelitian ini terdapat kondisi yang abnormal dan pengtlkuran kinerja reksa dana hanya sebatas penggunaan metode sharpe, treynor, jensen. Kiranya untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pada kondisi yang normal dan menggunakan paramater - parameter lain yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja reksa dana di Indonesia
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naibaho, James M. P.
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh return pasar dan variabel makro terhadap return pada sektor farmasi melalui analisis Model APT dan CAPM. Variabel makro yang digunakan meliputi perubahan nilai tukar US dollar terhadap Rupiah, tingkat SBI untuk satu bulan, tingkat Inflasi dan tingkat suku bunga dan return pasar diwakili oleh IHSG sedangkan contoh sample terdiri dari 9 saham pada sektor farmasi yaitu SQBI, TSPC, S CPI, MERCK, KLBF, DVLA, DNKS, BYSB dan BYSP. Pengujian variabel makro menunjukkan bahwa h asil bervariasi artinya pengaruh variabel makro terhadap return emiten ada yang menunjukan negatif tapi ada pula yang positif. Setelah dilakukan treatment terhadap ketidaknormalan error term menunjukkan 5 saham signifikan dengan CAPM yaitu DVLA, KLBF, MERCK, TSPC dan SQBI sedangkan dengan APT 6 saham signifikan yaitu DNKS, DVLA, KLBF, MERCK, TSPC dan SQBI. Pengujian dengan model APT dan CAPM menunjukkan hasil bahwa tidak ada satu modelpun yang valid untuk seluruh sampel yang diuji. APT valid untuk DNKS, DVLA, KLBF, MERCK dan TSPC sedangkan CAPM hanya valid untuk SQBI sedangkan BYSB, BYSP sedangkan SCPI tidak valid dengan kedua model. Selanjutnya penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lebih jauh mengingat hasil pengujian kenormalan terhadap distribusi error tern1 berbeda antara sebelum dan sesudah error term normal jauh berbeda dan penggunaan model CAPM ternyata cukup valid untuk beberapa saham karena itu dalam pemilihan model perlu pengujian yang lebih mendalam.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erma Rumadja, Author
Abstrak :
Pasar modal saat ini cukup diminati oleh masyarakat untuk tempat melakukan investasi selain melakukan investasi yang biasa seperti menyimpan dana di bank atau menyimpan dana dalam bentuk aset & properti. Selain itu Pasar modal juga merupakan tempat bagi perusahaan atau emiten untuk memperoleh sumber dana murah untuk pengembangan usaha ke depan atau untuk membayar hutang-hutang perusahaan, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Banyak tindakan korporasi (corporate action) yang dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Salah satu tindakan yang belakangan ini banyak diambil oleh emiten adalah pelaksanaan stock splits yaitu memecahkan nilai nominal saham dengan menambah jumlah saham beredar secara proporsional. Secara fundamental perusahaan tidak ada yang berubah dengan tindakan ini. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah terdapat reaksi pasar terhadap tindakan ini yang ditandai dengan teijadinya perubahan harga secara signifikan, yaitu dengan didapatnya abnormal return secara signifikan oleh pelaku pasar. Pada pasar yang efisien, setiap tindakan akan segera tercermin pada harga saham tersebut sebagai reaksi investor. Pengaruh tersebut bisa bersifat positif yang akan ditanggapi dengan reaksi berupa kenaikan harga saham maupun negatif yang ditandai dengan penurunan harga saham. Kecepatan reaksi harga saham terhadap suatu kejadian berkaitan dengan informasi yang tersedia dan mencerminkan tingkat efisiensi pasar modal. Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu yang dicari oleh investor untuk mengamankan investasinya. Tetapi ternyata pada kenyataannya informasi publik yang beredar di Bursa Efek Jakarta tidak menyebar secara merata bahkan sebagian besar tidak relevan dengan kondisi yang ada. Menurut teori Efficient Market Hypothesis ( EMH), Fama (1991), suatu pasar dikatakan efisien (dalam bentuk setengah kuat) apabila harga saham secara cepat menggambarkan sepenuhnya seluruh informasi baru dan relevan yang tersedia. Berdasarkan pengertian tersebut dua unsur pokok yang merupakan ciri utama pasar modal diatas adalah tersedianya informasi yang relevan dan harga menyesuaikan secara cepat terhadap informasi baru. Untuk menguji Efficient Market Hypothesis (EMH) beberapa peneliti menggunakan metodologi penelitian yang disebut dengan event study. Event study merupakan suatu metode penelitian mengenai pergerakan harga saham di pasar modal yang dipakai untuk mengetahui apakah terdapat abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat adanya tindakan. Pada penelitian ini peristiwa yang diuji adalah pelaksanaan stock splits di Bursa Efek Jakarta. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa peristiwa pengumuman dilaksanakannya stock splits tidak terlalu mempengaruhi kinerja saham yang dapat dilihat dari return harlan yang dihasilkan oleh masing-masing saham. Kebanyakan tingkat abnormal return yang didapat berkisar di normal return, dengan tingkat signifikansi rendah. Sehingga tidak bisa dikatakan bahwa pelaksanaan stock splits mempengaruhi kinerja saham dengan timbulnya reaksi yang berlebihan dari para pelaku pasar.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Arsiyanti, Author
Abstrak :
Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), perkembangan reksa dana di Indonesia sangat pesat yang dibuktikan dari pertumbuhan jumlah reksa dana dan investomya serta total Nilai Aktiva Bersih (NAB). Oleh karena itu, penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa dengan semakin banyaknya reksa dana maka diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi investor dalam memilih reksa dana. Paling tidak investor dapat mengetahui kinerja reksa dana yang diukur dengan menggunakan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen. Reksa dana yang diteliti adalah reksa dana saham, hal ini dilakukan untuk memudahkan perbandingan imbal hasil reksa dana dengan imbal hasil pasar yang direpresentasikan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sedangkan, periode penelitian adalah dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003. Periode ini dipilih karena walaupun reksa dana pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 1996 tetapi baru mengalami perkembangan yang signiflkan sejak tahun 2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2000 kinerja reksa dana di Indonesia menunjukkan angka yang negatif jika diukur dengan menggunakan metode Sharpe dan Treynor. Setelah diuji dengan menggunakan tes Anova menunjukkan hasil bahwa rata-rata return dari reksa dana saham tersebut tidak berbeda secara signiflkan, oleh karena itu tidak dapat dikatakan bahwa kinerja reksa ana yang satu lebih baik dari reksa dana yang lainnya. Untuk Sharpe Measure, kisaran nilai imbal hasilnya antara -0.8164 sampai dengan -0.5152. Untuk Treynor Measure, kisaran nilai nisbahnya antara -0.0398 dan -0.0665 (Dana Megah Kapital). Akan tetapi jika diukur menggunakan Jensen Measure, temyata hasi tesnya menunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham menunjukkan hasil yang signiflkan berbeda, yang artinya dapat diperbandingkan tiap tahunnya. Pada tahun ini terdapat enam reksa dana yang mempunyai nilai alpha positif dengan kisaran o.oo78 (BNI Reksa Dana Berkembang) sampai dengan 0.0005 (Bahana Dana Prima). Pada tahun ini, average return-nya menunjukkan nilai -0.0354. Pada tahun 2001, average return-nya mencapai nilai -0.0024. Selain itu pengukuran kinerja dengan menggunakan Sharpe Measure, menunjukkan kisaran nilai nisbah Sharpe -0.0334, sampai dengan -0.7345. Begitu juga pengukuran dengan Treynor Measure, kisaran nilai nisbah Treynor - 0.0024 sampai -0.0573. Untuk Jensen Measure, terdapat tujuh reksa dana yang mempunyai nilai alpha positiĀ£ Nilai alpha positif ini berkisar antara 0.0154 (Rencana Cerdas) dan 0.0013 (Master Dinamis). Walaupun secara angka penilaian kinerja reksa dana saham ini berlainan, akan tetapi sesungguhnya nilai tersebut sama karena dari hasil tes Anova menunjukkan bahwa sesungguhnya nilai rata-rata return dari reksa dana ini tidak berbeda secara signiftkan, dengan pebgecualian kinerja reksa dana dengan menggunakan metode Jensen yang dapat diperbandingkan karena hasil tes anova menunjukkan bahwa nilainya berbeda secara signiftkan. Pada tahun 2002 kinerja reksa dana bisa dikatakan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, karena tes Anova pada metode Jensen menunjukkan hasil bahwa kinerja reksa dana saham tidak sama dengan nol atau adanya perbedaan secara signiftkan. Perbaikan ini dapat dilihat dengan adanya sembilan reksa dana saham yang mempunyai nilai nisbah Jensen yang positif. Pada tahun ini nilai rata-rata imbal hasil dari semua reksa dana saham di tahun ini juga mengalami peningkatan dengan nilai 0.0125. Dengan menggunakan metode Sharpe, kisaran nilai nisbahnya antara 0.0759 sampai -0.1763. Pada Treynor Measure nilai nisbahnya berkisar antara 0.0857 sampai dengan -0.0128. Untuk metode Jensen, nilai alpha positifuya berkisar antara 0.0222 (BIG Nusantara) sampai 0.0020 (BNI Reksa Dana Berkembang). Pada tahun 2003 hasil pengukuran dengan metode Sharpe dan Treynor semuanya bernilai positif Selain itu dapat dilihat bahwa average return-nya yang mengalami peningkatan yang cukup signiftkan yaitu 0.0340, walaupun sekali lagi hasil tes Anova menunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham ini tidak dapat diperingkatkan karena rata-rata return reksa dana adalah sama dengan nol. Dengan metode Sharpe, kisaran nilai imbal hasilnya antara 0.6160 sampai 0.1881. Untuk metode Treynor, kisaran nilai imbal hasilnya antara 0.0459 sampai 0.0161. Pengukuran dengan metode Jensen yang menunjukkan hasil tea Anova yang menyatakan bahwa nilai kinerja sahamnya berbeda secara signiftkan, hanya ada tujuh reksa dana yang memiliki nilai alpha positif. Nilai alpha positif pada metode ini berkisar antara 0.0086 sampai 0.0014.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Bulqis
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang praktik collaborative governance serta faktor yang mempengaruhinya dalam Program Planet Kakao.Planet Kakao adalah program yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Perkebunan guna mengelola perkebunan kakao dari hulu ke hilir melalui perkebunan rakyat. Program ini tidak hanya menggandeng petani, namun juga pihak swasta, Bidang Perkebunan di pemerintah daerah kabupaten, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao serta Asosiasi Petani Kakao Indonesia. Penelitian dibatasi di dua daerah, yakni Blitar dan Mojokerto.Penelitian menggunakan pendekatan post-positivism dengan wawancara dan studi literatur sebagai metode pengumpulan data. Model collaborative governance yang digunakan dalam penelitian adalah model Ansell dan Gash. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan adanya proses kolaboratif dalam pelaksanaan program. Meskipun dilaksanakan dalam lingkup satu provinsi, nyatanya terdapat perbedaan antara kedua daerah.Salah satunya adalah adanya indikasi distrust di salah satu daerah. Selain itu, faktor kepemimpinan menjadi faktor yang paling mendeterminasi program sejak awal di kedua daerah, namun informal leader di satu daerah lebih kuat sehingga memberikan pengaruh lebih dalam forum kolaborasi.
ABSTRACT
This thesis discusses the practice of collaborative governance and the factors that influence it in the Planet Kakao Program. Planet Kakao is a program initiated by the East Java Provincial Government through the Plantation Office to manage cocoa plantations from upstream to downstream through smallholder plantations. This program not only collaborates with farmers, but also the private sector, Plantation in the district government, the Coffee and Cocoa Research Center and the Indonesian Cocoa Farmers Association. Research is limited to two regions, namely Blitar and Mojokerto. The study used a post-positivist approach with interviews and literature studies as a method of data collection. The collaborative governance model used in the study is the Ansell and Gash models. Based on the results of data analysis, a collaborative process was found in the implementation of the program. Although carried out within the scope of one province, in fact there are differences between the two regions. One of them is the indication of distrust in one area. In addition, leadership factor have been the most determinant factor in the program since the beginning in both regions, but informal leaders in one region are stronger so that they have more influence in the collaboration forum.
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>