Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Intan Pratiwi
"Kebijakan surveilans integrasi flu burung merupakan salah satu strategi penting dalam upaya pengendalian flu burung di Indonesia. DKI Jakarta sebagai salah satu provinsi dengan jumlah kasus sejak positif tahun 2005-Juni 2008 berjumlah 33 kasus dan CFR sebesar 84,84% saat ini berupaya merealisasikan kebijakan surveilans terintegrasi penanggulangan flu burung, dimana saat ini belum diketahuinya optimalisasi pelaksanaan kebijakan surveilans terintegrasi tersebut untuk memantau secara dini kecenderungan peningkatan kasus flu burung setiap waktu serta faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakannya, diantaranya terkait dengan sosialisasi, koordinasi, serta sumber daya yang meliputi tenaga, anggaran, dan fasilitas, serta gambaran dukungan pedoman.
Penelitian merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan melibatkan 9 informan. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan pedoman wawancara serta observasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinkes Provinsi DKI Jakarta, Sudin Kesmas Jakarta Barat, Sudin Kesmas Jakarta Selatan, Sudin Kesmas Jakarta Timur, Puskesmas Kecamatan Cipayung, Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta, Sudin Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat, Sudin Peternakan dan Perikanan Jakarta Timur, serta BKHI. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2008.
Kebijakan surveilans integrasi flu burung di DKI Jakarta belum dapat optimal akibat kelemahan sumberdaya yang dimiliki serta proses pelaksanaannya. Hal ini disebabkan karena adanya faktor prakondisi, seperti sosialisasi, koordinasi, dan sumber daya, yang menyebabkan pelaksanaan kebijakan tersebut belum berjalan optimal di DKI Jakarta. Dimana masyarakat serta tenaga kesehatan menjadi salah satu hambatan yang menjadikan deteksi dini penyakit flu burung di DKI Jakarta belum optimal karena sebanyak 72,7% kasus positif yang ada, layanan kesehatan pertama yang didatangi adalah klinik/dokter pribadi. Masih terdapatnya kasus flu burung pada unggas yang tidak dilaporkan oleh masyarakat sehingga tidak terpantau oleh Puskesmas atau Disnak dan tidak segera ditindaklanjuti dengan surveilans ILI oleh Puskesmas. Pada pelaksanaan investigasi pengambilan sampel kontak kasus pada manusia sampai saat penelitian dilakukan masih tergantung pada litbangkes sehingga respon petugas laboratorium pada beberapa kasus lebih dari 1x24 jam. Hambatan lainnya dalam investigasi menurut hasil wawancara adalah masih adanya penolakan sebagian masyarakat yang memiliki unggas untuk menyerahkan unggasnya untuk diperiksa. Koordinasi dalam hal pertukaran informasimasih belum optimal karena feedback data flu burung pada unggas ataupun manusia yang belum disampaikan secara konsisten dan rutin antara Dinas Kesehatan dan Peternakan.
Secara umum sosialisasi telah dilakukan kepada petugas kesehatan di jajaran Dinas Kesehatan dan Peternakan namun untuk pelayanan kesehatan swasta sosialisasi yang dilakukan belum merata salah satunya karena banyaknya unit pelayanan kesehatan swasta di DKI Jakarta. Latar belakang pendidikan petugas peternakan yang heterogen menjadikan sosialisasi kepada petugas masih perlu ditingkatkan serta petugas PDSR yang kurang mrencukupi menyebabkan surveilans pada unggas yang dilakukan pada suatu tempat akan berulang dalam jangka waktu lama. Adanya dukungan kebijakan tidak disertai dengan kelonggaran serta ketepatan pencairan dana khususnya yang bersumber dari APBD. Distribusi buku pedoman yang diterbitkan atas kesepakatan Depkes dengan Deptan, hanya dimiliki oleh jajaran Dinas Kesehatan sedangkan kendaraan operasional untuk kegiatan surveilans flu burung di tingkat Sudin Kesmas baru ada tahun 2008 berupa motor sedangkan unit lainnya kendaraan yang ada tidak khusus untuk surveilans tapi untuk operasional kantor.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa kebijakan surveilans integrasi flu burung ini secara konsep sangat baik, namun dalam pelaksanaannya kebijakan ini belum mampu membentuk jejaring yang kuat, khususnya keterlibatan peran serta masyarakat maupun swasta, sehingga kasus flu burung selama ini belum terpantau dengan baik. Oleh karena itu pengembangan surveilans berbasis masyarakat diantaranya melalui RW Siaga sangat diperlukan guna meningkatkan kemandirian dan peran aktif masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit flu burung."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ela Kautsar
"Penyebaran virus influenza telah menarik perhatian yang tinggi karena efek samping terhadap kesehatan manusia. Deteksi Neuraminidase, sebagai salah satu enzim spesifik di virus ini diperlukan untuk mengurangi penyebaran virus influenza. Metode ini, sederhana, cepat, murah dan deteksi selektif menggunakan reaksi penghambatan oleh Zanamivir dikembangkan berdasarkan metode immunoreaction. Elektroda Platinum dimodifikasi boron-doped Diamond (Pt-BDD) digunakan sebagai elektroda kerja, sementara kawat Pt dan Ag / AgCl masing-masing sebagai elektroda counter dan referensi. Zanamivir tidak elektroaktif, tetapi memiliki respon saat oksidasi H+ yang dapat diamati di Pt-BDD. kehadiran Zanamivir mempengaruhi oksidasi H+, sehingga deteksi Zanamivir dapat dikembangkan. Batas deteksi 8,63x10-6M Zanamivir di peroleh %RSD sebesar 0,019%. Selain itu, metode ini digunakan untuk mendeteksi Neuraminidase dengan cara Zanamivir menghambat reaksi enzimatik Neuraminidase. Konsentrasi maksimumNeuraminidase dapat dihambat oleh 6x10-3M Zanamivir adalah 30 mU pada pH optimum 5,5 dengan waktu inkubasi 30 menit. Selektivitas sensor diuji dengan penambahan musin (lendir). Penambahan 0,01 mg/mL mucin Porcine Stomach, terjadi penurunan respon arus oksidasi 0,19%, sedangkan penambahan 0,01 mg/mL mucin Bovine Submaxillary Glands menurunkan respon arus oksidasi 0,14%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sensor cukup menjanjikan untuk diterapkan sebagai deteksi neuraminidase.

The spread of influenza viruses has attracted high attention because of its adverse effects on human health. Detection of Neuraminidase, as one of thespecific enzymes in these virus is needed to reduce neuraminidase’s spread.In this work, the simple, fast, low cost and selective detection using inhibition reaction by Zanamivir was developedbased on immunoreaction method. Platinum modified boron-doped diamond (Pt-BDD) electrode was used as a working electrode, while Pt wire and Ag/AgCl were usedasa counter and a reference electrodes, respectively. Zanamivir is not electroactive, butthe oxidation current response of H+oxidation can be observed at Pt-BDD. Since the presence of Zanamivir affects the oxidation of H+, the detection of Zanamivir can be developed.The detection limit of 8,63x10-6M Zanamivir can be achived with an RSD of 0,019%. Furthermore, the method was used for the detection of Neuraminidase as Zanamivir inhibits the enzymatic reaction of Neuraminidase. A maximum concentration ofNeuraminidase can be inhibited by 6x10-3 M Zanamivir was 30 mU at the optimum pH of 5.5 with incubation time of 30 min. The selectivity of the sensorwas examined with the addition of mucin (mucus). The addition of 0.01 mg/mL mucin Porcine Stomach, decreased the responses about 0.19 %, while the addition of 0.01 mg/mL bovine submaxillary mucin Glands decreased the respond of current about 0.14%.The results suggestedthat sensor developed is promising to be applied for Neuraminidase detection.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boca raton: CRC Press, 2009
614.518 PAN (1);614.518 PAN (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library