Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mujamilah
Abstrak :
ABSTRAK Paduan intermetalik R2Fe17_ xMx memiliki dua tipe struktur yaitu heksagonal Th2Ni17 (grup ruang P63/mmc) dan rhombohedral Th2Zn17 (grup ruang R3m). Struktur heksagonal dimiliki paduan dengan R berupa atom tanah jarang berat dan x bernilai rendah ( x < 3). Struktur rhombohedral dimiliki paduan dengan R berupa atom tanah jarang ringan pada seluruh interval x atau untuk R berupa atom tanah jarang berat pada harga x tinggi (x > 3). Hasil analisa pola difraksi neutron resolusi tinggi dengan metoda Rietveld menunjukkan adanya kecenderungan atom-atom pengganti (M) untuk menempati posisi-posisi atom Fe tertentu dalam sel satuan kristal. Kecenderungan ini dipengaruhi oleh besar volume sel satuan Wigner-Seitz dan besar bilangan koordinasi suatu posisi. Penggantian atom Fe mengakibatkan terjadinya perubahan jarak antar atom serta distribusi atom-atom pada suatu posisi. dari hasil pembahasan ditunjukkan adanya kaitan antara perubahan kondisi struktur kristal ini dengan perubahan sifat magnetik paduan yang meliputi nilai suhu transisi magnetik paduan, Tc. momen magnetik per atom dan kondisi anisotropi magnetokristalin paduan. Perubahan Tc dan momen magnetik merupakan akibat dari perubahan sifat interaksi magnetik yang disebabkan oleh adanya perubahan jarak antar atom dan efek dilusi. Perubahan ini tidak bisa dikaitkan dengan satu posisi atom saja tetapi merupakan efek total dari seluruh posisi. Sedangkan perubahan anisotropi magnetokristalin dianalisa sebagai akibat adanya perubahan distribusi muatan disekitar atom R dan Fe yang pada akhirnya akan merubah medan kristal. Perubahan ini kemungkinan dapat dikaitkan dengan kecenderungan penggantian atom Fe oleh atom M yang tinggi pada posisi 6c dan 18f.
ABSTRACT Intermetallic compounds of R2Fe17_ xMx crystallize in two possible types of crystal structure, hexagonal Th2Ni? (space group : P631mmc) and rhombohedral Th2Zn17 (space group : R3m). The hexagonal structure belongs to the system of heavy rare-earth atoms and low x values (x < 3). Rhombohedral structure is formed in the system with R as light rare-earth atom and for all values of x or with R as heavy rare-earth atom with high x values (x > 3). Rietveld analysis result of high resolution neutron diffraction pattern shows the tendency of substitution atoms (M) to occupy certain Fe crystallographic sites. This tendency will be affected by the Wigner-Seitz cell volume and coordination number of the site. The substitution of Fe with M atoms resulted in a change of distances between atoms and distribution in each site. The change of these two conditions could be correlated with the change of magnetic properties including its magnetic transition temperature, TG, magnetic moment of each atom and magnetocrystalline anisotropy condition. The change of T, and magnetic moment is analyzed due to the change of magnetic interaction strength caused by the change of distance between atoms and dilution effect. These changes can not be correlated to any specific crystallographic site but it is related to the total effect of all sites. The change of magnetocrystalline anisotropy has been analyzed was being caused by the change of charge distribution around R and Fe atoms introduced by M-substitution of Fe atoms which modified the crystal field strength. This change could be correlated with the high substitution tendency of Fe atoms in 6c and 18f sites.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiana Novita Matan
Abstrak :
Proses pelapisan celup panas merupakan proses pelapisan paduan seng pada permukaan baja aiau besi dengan cara pencelupan ke dalam Ielehan seng yang memiliki temperatur sekitar 445-465°C. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tebal lapisan yang akan terbentuk, di antaranya Iama waklu celup. unsur paduan dalam Ielehan seng dan kekasaran permukaan logam dasar. Berdasarkan hasil penemuan, peningkatan Iama waktu celup 2, 4 dan 6 menit pada Ra baja profil = 5,67μm dengan penambahan 0,2%Al ke dalam Ielehan seng akan menghasilkan tebal Iapisan sebesar 86, 115 dan 174 mikron. lni berarti bahwa semakin Iama waktu celup maka tebal Iapisan galvanis akan semakin tebaI. Masih pada harga Ra yang sama, penambahan Al sebesar 0,05% dan 0.2% dalam waktu ceiup selama 2 menit akan membentuk tebal Iapisan galvanis secara berurut sebesar 109 dan 86 mikron. Artinya bahwa dengan kenaikan persentase penambahan AI ke dalam lelehan seng maka akan menurunkan tebal Iapisan galvanis yang akan terbentuk. Sedangkan faktor kekasaran permukaan Iogam dasar ternyata tidak mempengaruhi pembentukan tebal lapisan galvanis. Hal ini ditandai dengan harga ketebalan lapisan yang diperoleh dalam waktu celup 2 menit untuk penambahan 0,2%Al, tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan secara teratur seiring dengan terjadinya peningkatan Ra Iogam dasar. Persentase kehilangan tebal lapisan dalam proses korosi salt bath sangat dipengaruhi oleh persentase penambahan Al ke dalam lelehan seng dan Iama waktu celup dalam proses galvanisasi.
Abstract
Hot-Dip Galvanizing is the process of coating on the steel or iron surface in the way of dipping it into the zinc melt at the temperature of 445-465°C. There are some factors attesting the thickness of the formed coating, among others, the length of the dipping time, mixing elements of the zinc melt and the surface roughness of the base metal. On the basis of the research result, it is found that the increase of the dipping time of 2, 4 and 6 minutes at Ra steel profile = 5, 67μm with the addition of 0, 2% Al into the zinc melt will result in metal coating of the thickness of 86, 115 and 174 microns. This means that the longer the dipping time will be, the thicker the galvanic coating will be produced. With the same Ra value, the addition of Al of 0,05% and 0,2% in the dipping time oi 2 minutes will produce the galvanic coating of the thickness of 109 and 86 microns respectively. This also means that the percentage rise of Al addition into the zinc melt will lessen the thickness of the formed galvanic coating. The roughness of the base galvanic coating does not significantly affect the thickness of the formed galvanic coating. This is evident that the price of the thickness of the fanned coating in the dipping period of 2 minutes for the addition of the base Ra metal, The loss percentage of the coating thickness in the process of the salt bath corrosion is significantly effected by the percentage of the addition of Al into zinc melt and the length of the dipping time in the galvanizing process.
2001
T4813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Syakur
Abstrak :
Besi merupakan pengotor alami yang umum ditemukan dalam paduan hasil coran alumunium yang banyak digunakan dalam industri otomotif. Unsur besi bersifat merugikan pada alumunium karena dapat menurunkan sifat mekanis dan mampu cor paduan dengan membentuk fasa kedua intermetalik. Untuk mengantisipasi sifat yang merugikan tersebut dilakukan modifikasi menggunakan Sr yang nantinya dapat merubah morfologi dan persebaran fasa intermetalik yang berkontribusi dalam memperbaiki sifat mekanis dan mampu cor alumunium. Sehingga nantinya dapat digunakan paduan alumunium dengan toleransi kadar Fe yang tinggi. Peneltian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fasa intermetalik pada paduan Al-11%Si dengan variabel modifier stronsium (0,015%; 0,030%; dan 0,045%) dan unsur besi (0,6%; 0,8%; dan 1% Fe). Pembuatan sampel dilakukan dengan melebur ingot Al-11%Si serta master alloy Al-80%Fe dan Al-10%Sr melalui perhitungan material balance terlebih dahulu sebelumnya. Setelah komposisi sesuai, pengambilan sampel dilakukan menggunakan alat uji fluiditas melalui pipa tembaga agar didapatkan kecepatan pendinginan yang sama. Kemudian preparasi sampel metalografi dilakukan agar dapat dilakukan pengamatan struktur mikro menggunakan SEM. Pengujian menggunakan XRD dilakukan untuk mengidentifikasi fasa intermetalik yang terbentuk. Perhitungan fraksi area fasa intermetalik dilakukan menggunakan software PICSARA. Sedangkan untuk mengidentifikasi dan menghitung kosentrasi fasa intermetalik digunakan software PowderX dan XPowder. Hasil penelitian menunjukan bahwa morfologi struktur silikon yang terbentuk akan semakin halus dan tersebar merata seiring dengan penambahan modifier stronsium. Kemudian nilai fraksi area, panjang maksimal, dan kosentrasi fasa intermetalik yang terendah dicapai saat penambahan 0.03% Sr. Hal ini menunjukan bahwa penambahan modifier Sr yang sesuai dapat memodifikasi morfologi dan distribusi fasa intermetalik menjadi lebih halus serta dapat meningkatkan nilai mampu alir paduan. Sedangkan semakin tinggi unsur besi yang ditambahkan, maka nilai fraksi area, panjang maksimal, dan kosentrasi fasa intermetalik juga akan semakin tinggi yang berakibat pada menurunnya nilai mampu alir paduan.
Iron is a natural impurity which is commonly found in aluminum casting alloys that has been used for automotive industries. Iron element has unfavorable characteristic by forming second phase intermetallic. So it is necessary to modify the aluminum alloy by combining Sr modifier that can improve morphology and distribution of inter-metallic phase to increase castability and mechanical properties of aluminum alloys, consequently goals of this research, that aluminum alloys with highly contained Fe impurities still can be used with higher tolerance in casting process, can be achieved. The goal of this research is to identify intermetallic phase in eutectic aluminum silicon alloy in addition of strontium modifier (0,015%; 0,030%; and 0,045%) and iron elements (0,6%; 0,8%; and 1%) as variables. Samples prepared by melting Al-11%Si ingot subsequently Al-80%Fe and Al-10%Sr master alloys. This process counted by using the material balance formula. After the appropriate chemical composition is achieved, the sample was taken at 720°C by using fluidity testing machine through a copper pipe in order to get the same cooling temperature rate in all chemical compositions. Then samples are prepared metallographically to observe microstructures using SEM. Observations using XRD is also had been done to identify intermetallic phase quantitatively and qualitatively. Result of the research shows that the silicon structure morphology could form finer structures and spread evenly along with addition of Strontium modifier. The minimum value of % area fraction, maximum length, and concentration of intermetallic phase were achieved when 0,030% Sr added to alloys. The result also gives information that the appropriate strontium addition to alloys would modify the morphology and distribution of intermetallic phase which improve the fluidity of the alloy. The higher iron element added, the more value of % area fraction, maximum length, and concentration of inter-metallic phase which caused poor fluidity.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41678
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Zainal Abidin
Abstrak :
Kebutuhan alumunium yang tinggi pada industri otomotif mengalami masalah akibat kegagalan yang tinggi pada produk pengecoran. Besi adalah pengotor paduan alumunium yang sulit dihilangkan dan mempunyai pengaruh terhadap keuletan dan sifat mampu cor paduan Al-Si. Pilihan untuk menggunakan paduan alumunium dengan kandungan Fe rendah atau tinggi merupakan keputusan komersial yang harus ditetapkan. Keputusan tersebut berhubungan dengan produktifitas pengecoran serta minimalisasi pengaruh buruk Fe pada paduan AlSi. Pada penelitian ini menggunakan master alloy paduan Al-7%Si dan Al-11%Si yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan kadar besi terhadap morfologi fasa intermetalik AlFeSi. Pengamatan hasil coran paduan alumunium silikon menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM), Energy Dispersive X-ray Analysis (EDX) serta menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) untuk mengetahui komposisi paduan Alumunium Silikon. Pada master alloy Al-7%Si menggunakan variasi kadar besi sejumlah: 1,2%; 1,4%; 1,6%; dan 1,8% pada temperatur superheat 720°C. Sedangkan pada master alloy Al-11%Si menggunakan variasi kadar besi sejumlah: 0,6%; 0,8%; 1,0%; dan 1,2% serta pada temperatur superheat 720°C. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar Fe pada paduan alumunium maka ukuran dan jumlah fraksi intermetalik AlFeSi semakin besar. Dimana morfologi intermetalik berbentuk pelat/jarum-jarum yang diidentifikasi sebagai fasa β-Al5FeSi. Serta tidak ditemukan adanya fasa α-Al8Fe2Si. Jumlah fraksi intermetalik terbesar ditemukan pada Al-7%Si-1,8%Fe dengan jumlah fraksi 6,87%. Jumlah fraksi intermetalik terkecil ditemukan pada Al-11%Si-0,6%Fe dengan jumlah fraksi 1,43%. Dimana semakin besar fraksi intermetalik maka sifat fluiditas akan semakin turun.
Automotive industry which has high aluminium usage often experienced problems caused by high casting reject. Iron is one of impurities that are hard to be removed and has effect on ductility and castability of Al-Si alloys. The decisions of aluminium alloy with low or high Fe content were a commercial decision that has to be made. These decisions were related with casting productivity and minimalisation of negative effect of Fe on Al-Si alloy. This research used Al-7%Si and Al-11%Si master alloy to study the effect of Fe content addition on AlFeSi intermetallic phase. The observation of cast Al-Si with SEM, EDX and XRD was used to acquire composition, morphology intermetallic, and chemical compound on Al-Si alloy. On Al-7%Si master alloy used Fe content for 1,2%; 1,4%; 1,6%; and 1,8% on 720°C superheat temperature. On Al-11%Si used Fe content for 0,6%; 0,8%; 1%; and 1,2% on 720°C superheat temperature. The experiment results showed that the increasing Fe content on Al-Si increased intermetalic size and fraction. Intermetallic morphology with needle-like structure identified as β-Al5FeSi. But the experiment not found α-Al8Fe2Si phase. Highest intermetalic fraction on Al-7%Si-1,8%Fe with 6,87% fraction. Smallest intermetallic fraction on Al-11%Si-0,6%Fe with 1,43% fraction. Which the increasing intermetallic fraction on Al-Si liquid decreased fluidity.
2008
S41676
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Martarizal
Abstrak :
Dalam industri penarikan kawat diperlukan suatu proses perlakuan panas untuk memulihkan struktur logam dengan tujuan untuk meningkatkan keuletau logam tersebut sehingga mampu reduksinya meningkat. Jenis perlakuan panas yang dilakukan untuk kawat SWRH-72A (baja karbon tinggi) dikenal dengan nama proses "patenting". Pada proses "patenting" struktur yang diinginkan adalah perlit halus, dimana Uansformasi perlit dipengaruhi oleh besar butir ausienit. Untuk itu proses austenisasi memegang peranan yang sangat panting. Hasil penelitian ini memmjukkan bahwa kondisi austenisasi optimum dihasilkan pada temperatur 850°C dengan waktu tahan 600 detik.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Irawan
Abstrak :
ABSTRAK
Pada industri hot chamber diecasting pengunaan scrap bekas gating dan proses machining pengunaanya tidak secara optimal untuk didaur ulang agar bisa menjadi raw material . Hal ini dikarenakan adanya unsur pengotor besi yang ikut terlarut kedalam paduan Zn-Al dan membentuk fasa intermetalik yang terlihat pada strukturmikro . Fenomena ini akan mengakibatkan terjadinya cacat dan penurunan sifat mekanis Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penambahan modifier Al- 5TiB sebagai grain refiner merubah morfologi fasa intermetalik sehingga meningkatkan fluiditas dan kekuatan mekanis dari paduan seng . Untuk mengetahui penyebab itu dilakukan penelitian dan pengujian meliputi pengecekan komposisi kimia, fluiditas , pengujian sifat mekanis , pengamatan struktur mikro dengan SEM & EDAX. Dari hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh dari pengotor melalui penambahaan kadar besi (Fe) 0.04% dan 0.19% yang dapat mengakibatkan peningkatan fraksi fasa intermetalik pada batas butir yang menyebabkan penurunan kekuatan tarik, impak dan fluiditas pada paduan Zamak 3. Penambahaan grain refiner Al-5TiB dengan 0.5% dan 1% pada master alloy Zamak 3 dengan kandungan besi (Fe) 0.19% dapat membuktikan peningkatan sifat mekanis dan nilai fluiditas . Akibat terbentuknya fasa intermetalik yang terdistribusi seragam dibatas butir yang lebih halus dapat terlihat dari hasil pengamatan mikrostruktur.
ABSTRACT
Zamak 3 is one of the many zinc alluminium alloys, as a raw material in the manufacturing industry with diverse product applications. This alloy has a good combination of mechanical properties, castability, and good dimensional stability. Therefore, the manufacturing is able to do with the method of die casting with the production on a mass scale and shape precision. In casting industry, scrap left over from casting results have not been optimal product use. This is because there is an element of excess impurities and reduce castability. Iron (Fe) element is the element contained impurities that reduce the ability of mechanical and fluidity. As a result of these problems, the research carried out by utilizing the composition and nature of the scrap is given modifier to reduce the negative influence of impurity elements are present. This study aims to determine the scrap optimization with the addition of grain refiner Al-5TiB. Through variation of the addition of 0.5% and 1%, this study will examine the intermetallic morphology phase of alloy structure, influence on the mechanical properties and fluidity with vacuum testing. Refined grains will reduce the influence of intermetallic that is because the element Fe. The results showed that addition of Fe 0,04% and 0,19% (above standard 0,002%) can lead the increasing of intermetallic phases fraction at grain boundaries by microstructure analysis. Therefore, this intermetallic cause a decrease in mechanical properties and fluidity.The modification by added Al- 5TiB to the alloy trigger the formation of a new phase with a subtle form intermetallic phase and prove an increase in the mechanical properties and fluidity. It is also a major effect on the value of the fluidity and mechanical properties of the alloy. Thus, we can conclude how much influence the grain refiner in distributing the intermetalic phase as seen in microstructure.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T46614
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramuda Maulana
Abstrak :
Penelitian ini yang berfokus pada pengaruh unsur logam tanah jarang cerium Ce terhadap fasa intermetalik yang terbentuk pada saat proses solidifikasi, dimana unsur cerium Ce ditambahkan sebesar 0.1; 0.3; dan 0.5 wt pada matriks paduan Al-5Zn-0.5Si. Penambahan unsur cerium Ce yang semakin banyak ,sesuai dengan urutannya, maka anoda korban akan semakin baik efisiensinya. Cerium Ce yang ditambahkan pada proses tersebut akan berpengaruh terhadap ketahanan Icorr yaitu 0.8x10-5, 1.3x10-5, 2.9x10-5 Volt, sebagai efisiensi anoda korban. Selain itu, penambahan cerium Ce yang semakin banyak akan membuat ukuran butir menjadi lebih kecil, yaitu 108.42, 97.14, 94.55 mm. Fasa intermetalik yang terbentuk dapat dilihat pada grafik yang dihasilkan dari pengujian DSC Differential Scanning Calorimetry , dimana grafik tersebut menjelaskan adanya fasa AlCeSi2 Al Si dan Al2Zn2Ce yang dapat mempengaruhi efiensi anoda korban.
The research is focusing on the influence of rare earth cerium Ce element on intermetallic phase that is formed on the solidification process, where cerium Ce is added on 0.1 0.3 and 0.5 wt level on Al 5Zn 0.5Si alloy as microstructure rsquo s grain refiner and precipitates rsquo refiner which will be formed on the solidification process. The more cerium Ce added gradually, the better sacrificial anode efficiency to be exposed to corrosion. The addition of more cerium Ce will make the grain size smaller from 108.42, 97.14, 94.55 mm. The added cerium Ce will be affected on the Icorr from 0.8x10 5, 1.3x10 5, 2.9x10 5 Volt, as sacrificial anode efficiency. The intermetallic phase formed can be seen in the graph generated from the DSC Differential Scanning Calorimetry testing, which describes the presence of AlCeSi2 Al Si and Al2Zn2Ce phases that may affect the effectiveness of sacrificial anodes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tata Surdia
Jakarta: Pradnya Paramita, 1985
620.1 TAT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tata Surdia
Jakarta: Pradnya Paramita, 2000
620.1 TAT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pradnya Paramita, 1999
620.1 SUR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library