Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gita Ramadhani
Abstrak :
Penelitian ini membahas intertekstualitas yang ada di antara serial anime Bungo Stray Dogs (2016) dan novel Ningen Shikkaku「人間失格」(1948) karya Dazai Osamu. Kemudian, latar belakang dari adanya hubungan di antara kedua karya sastra tersebut akan dianalisis dengan mengambil sudut pandang sang pengarang serial Bung? Stray Dogs, yaitu Kafka Asagiri. Penelitian ini menggunakan konsep intertekstualitas yang dikembangkan oleh Julia Kristeva dan Michael Riffaterre untuk menganalisis data, yaitu konsep yang mengemukan bahwa sebuah karya pasti memiliki hubungan dengan karya lainnya. Dengan menggunakan metode analisis intertekstualitas yang disampaikan oleh Julia Kristeva, analisis dilakukan dengan berfokus kepada salah satu karakter di kedua karya, yaitu Oba Yozo dari Ningen Shikkaku dan Dazai Osamu dari Bungo Stray Dogs. Baik melalui visualisasi maupun dialog antar tokoh, peneliti menemukan adanya tanda-tanda intertekstualitas di antara kedua karya yang sebagian besar ditunjukkan melalui kebiasaan yang dimiliki kedua karakter. Lebih jauh lagi, ditemukan juga perbedaan-perbedaan di antara intertekstualitas yang telah ditemukan. Penelitian ini menemukan intertekstualitas yang tidak utuh atau parsial dalam Bungo Stray Dogs yang ditunjukkan dengan penggambaran karakter Dazai Osamu yang tidak sepenuhnya sama dengan Oba Yozo. Melalui penelaahan dari sudut pandang pengarang, diketahui bahwa intertekstualitas tersebut dihadirkan untuk menghormati sastrawan-sastrawan besar yang dijadikan sebagai referensi dengan cara menggambarkan mereka sebagai karakter yang memiliki kehidupan yang lebih baik. Di sisi lain, sastrawan besar tersebut juga dipandang perlu untuk ditampilkan sebagai sosok-sosok yang dapat lebih diterima dalam budaya populer kontemporer. ......This research examines the intertextuality between the anime series Bungo Stray Dogs (2016) and the novel Ningen Shikkaku「人間失格」(1948) by Dazai Osamu. Subsequently, the background of the relationship between the two literary works will be analyzed from the perspective of the author of Bung? Stray Dogs, Kafka Asagiri. This study utilizes the concept of intertextuality developed by Julia Kristeva and Michael Riffaterre to analyze the data, which is a concept that suggests that a work inevitably has connections with other works. By employing the method of intertextual analysis presented by Julia Kristeva, the focus is placed on one character from each work, namely Oba Yozo from Ningen Shikkaku and Dazai Osamu from Bungo Stray Dogs. Through both visual and dialogue analysis, the researcher discovers signs of intertextuality between the two works, primarily demonstrated through shared characteristics and habits of the two characters. Furthermore, differences in the identified intertextuality are also found. This research reveals a partial or incomplete intertextuality in Bung? Stray Dogs, as evidenced by the portrayal of Dazai Osamu, which is not entirely identical to Oba Yozo. From the author's perspective, it is understood that this intertextuality is presented to pay homage to renowned writers used as references by depicting them as characters with improved lives. Additionally, these acclaimed authors are also portrayed as figures that can be more accepted in contemporary popular culture.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Apriyana, Author
Abstrak :
Mengkaji puisi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satunya adalah dengan pendekatan intertekstual. Intertekstual berfokus pada hubungan atau keterkaitan yang ada di antara dua teks. Penelitian ini membahas tentang kajian mengenai intertekstual yang terdapat dalam puisi karya Yoon Dongju yang berjudul ‘Seosi’ dan ‘Byeol heneun bam’. Puisi ‘Seosi’ diciptakan pada periode modern akhir atau disebut sebagai 근대 yakni pada tahun 1941, sedangkan puisi ‘Byeol heneun bam’ diciptakan pada tahun dan bulan yang sama. Akan tetapi puisi ‘Byeol heneun bam’ masuk ke masa periode modern awal atau 현대. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjabarkan keterkaitan dalam studi intertekstual yang terdapat pada kedua puisi tersebut. Penulis menjabarkan latar belakang dari kedua puisi dan mencari bagian dalam puisi yang memiliki hubungan tertentu. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif serta melakukan studi kepustakaan dengan merujuk pada artikel jurnal, buku-buku yang berkaitan, dan sumber-sumber daring. Hasil penelitian menunjukkan ada kata-kata yang terdapat pada kedua puisi saling memiliki keterkaitan. Kata-kata tersebut terdiri dari bukkeuroun/bukkeurom (malu), byeol (bintang), bam (malam), haneul (langit), serta gyeoul (musim dingin) dan baram (angin) yang dikaji menggunakan unsur fisik dan unsur batin. ......The study of poetry can be approached through various methods, on of which is intertextual analysis. Intertextuality focuses on the relationships or connections between two texts. This research explores the intertextual analysis of the poems ‘Seosi’ and ‘Byeol heneun bam’ by Yoon Dongju. ‘Seosi’ was composed during the late modern period, specifically in 1941, while ‘Byeol heneun bam’ was written in the same year and month but falls under the early modern period. The objective of this study is to elucidate the intertextual connections present in both poems. The author provides the background of the two poems and identifies specific sections within them that exhibit interrelatedness. Qualitative descriptive methodology is employed utilizing literature reviews that include journals, relevant books, and online sources. The findings reveal that certain words in both poems exhibit intertextual connections, such as 부끄러운/부끄럼 (ashamed), 별 (star), 밤 (night), 하늘 (sky), and 겨울/바람 (winter/wind), which are analyzed in terms of their physical and emotional elements.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yoelia Maretta Pratiwi
Abstrak :
Dua teks artikel VOGUE Germany berjudul Frankfurt Fashion Week: Drei wichtige Looks – und was sie für den neuen Modestandort bedeuten (Frankfurt Fashion Week: Tiga penampilan yang penting – dan apa artinya untuk lokasi fashion show baru) dan Berlin Fashion Week 2023: 7 bewegende und modische Momente der deutschen Modewoche (Berlin Fashion Week: 7 momen yang emosional dan modis di pekan mode Jerman) diduga memiliki relasi antarteksnya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan intertekstualitas yang terjadi pada kedua teks tersebut meliputi persamaan, perbedaan, dan hipogram yang terdapat dalam teks. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif kajian intertekstualitas oleh Julia Kristeva (1980) dan analisis teks linguistik oleh Klaus Brinker (1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua teks memiliki tema yang sama, urutan kata yang sama, pola kalimat yang mirip, sudut pandang orang yang sama, adanya persamaan kalimat, perujukan, dan jenis teks yang sama. Perbedaan pada kedua teks terletak pada latar, perbedaan urgensi unggahan, penggunaan kalimat, dan kuantitas teks. Teks 1 merupakan hipogram untuk teks 2. Kedua teks juga dapat dipengaruhi teks lain sehingga kedua teks dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya yang lebih luas dan memperluas analisis intertekstualitas serta melihat keterhubungan yang lebih kompleks. ......Two VOGUE Germany articles titled Frankfurt Fashion Week: Drei wichtige Looks – und was sie für den neuen Modestandort bedeuten (Frankfurt Fashion Week: Three important looks – and what they mean for the new fashion show location) and Berlin Fashion Week 2023: 7 bewegende und modische Momente der deutschen Modewoche (Berlin Fashion Week 2023: 7 touching and stylish moments of the German fashion week) are suspected to have intertextual relations. This research explores the intertextuality that occurs in these two texts, including similarities, differences, and the hypogram within the texts. The research adopts a descriptive qualitative research method with a focus on intertextuality from Julia Kristeva and linguistic text analysis from Klaus Brinker. Both texts share the same theme, word order, similar sentence patterns, the same first-person perspective, and exhibit similarities in sentences, references, and text type. The differences between the two texts lie in the background, posting urgency, sentence usage, and quantity of text. Text 1 serves as a hypogram for Text 2. Both texts can also be influenced by other texts, allowing them to serve as a foundation for further research that is broader in scope, expanding intertextual analysis and examining more complex interconnections.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisyah Hasanudin
Abstrak :
Artikel ini bertujuan memaparkan hubungan intertekstual, hipogram, dan transformasi pada naskah Hikayat Nabi Lot (yang selanjutnya disingkat HNL) dengan Kisah Nabi Lot (yang selanjutnya disingkat KNL) dalam Alquran dan juga kaitannya dengan fenomena LGBT di Indonesia. Permasalahan dalam artikel ini, yaitu (1) Bagaimana hubungan intertekstual antara HNL dengan KNL dalam Alquran?, (2) Bagaimana persamaan dan perbedaan HNL dan KNL dalam Alquran?, (3) Apa yang menjadi latar belakang penciptaan HNL? Artikel ini membuktikan bahwa naskah kuno yang berjudul HNL merupakan hipogram dan transformasi dari KNL yang terdapat dalam Alquran. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah analisis konten karena penulis bermaksud menafsirkan peristiwa yang terdapat dalam HNL dan kemudian menelusuri hubungan intertekstualnya dengan KNL yang terdapat dalam Alquran. Artikel ini menjelaskan tentang persamaan dan perbedaan pada kedua objek yang akan di kaji. Naskah HNL memiliki persamaan dengan KNL dalam Alquran. Nabi Lot diperintahkan Allah SWT untuk berdakwah kepada kaumnya agar mau meninggalkan perilaku menyimpang, kedatangan para Malaikat ke rumah Nabi Lot, Nabi Lot diusir oleh kaumnya, dan hukuman bagi kaum Sodom. Adapun perbedaannya hanya terletak pada awal kisah dan akhir cerita Nabi Lot as
ambon: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2020
400 JIKKT 8:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Daniel Fahmi Rizal
Abstrak :
ABSTRAK
Suatu teks tidak tercipta dalam keadaan kekosongan budaya. Dalam membaca teks sastra kita perlu mempertimbangkan teks-teks lain yang kiranya memengaruhi penulis. Untuk itulah perlu kita perhatikan prinsip intertekstualitas. Prinsip ini memaparkan bahwa setiap teks sastra dibaca dengan latar belakang teks-teks lain. Hal ini terlihat di dalam teks lakon Gundala Gawat dari kelompok teater Gandrik. Gandrik terkenal akan caranya membedah naskah pementasan sesuai kehendak mereka, sehingga naskah yang awalnya diproduksi penulis bisa berubah ketika dipentaskan dalam lakon. Faktor ini cukup menjadi alasan kecurigaan adanya teks-teks lain yang memengaruhi pementasan Gandrik. Oleh karena itu, teks-teks intertekstual tidak dapat dilepaskan dari pementasan Gundala Gawat.Dengan metode kualitatif, peneliti menghubungkan teks-teks lain yang memengaruhi tokoh Gundala dalam Gundala Gawat. Peneliti menemukan bahwa tokoh Gundala dalam Gundala Gawat memiliki keterkaitan dengan tokoh Gundala dalam teks komik dan teks naskah. Hasil analisis menunjukkan bahwa pementasan kelompok teater Gandrik terpengaruh dari pola teater tradisional. Gandrik mengolah naskah Gundala Gawat, yang sebelumnya terinspirasi dari komik Gundala Putera Petir, ke dalam lakon untuk menyuarakan ideologinya melalui tokoh Gundala. Ideologi Gandrik yang ditemukan berupa ideologi pembebasan, yakni ideologi Gandrik untuk mengajak penonton lakon sejenak menertawakan pihak-pihak yang melakukan represi terhadap kehidupan manusia Indonesia.
ABSTRACT
A text is not created in a state of cultural emptiness. When we read a literary text, we need to consider the other texts that affect the author. For that, we need to consider the principle of intertextuality. This principle means that every literary text is read with observing the other texts as a background. These principles need to be considered when we read the text of Gundala Gawat performance by the Gandrik theater group. Gandrik is famous for dissecting a script, so that texts that originally produced by the author could change when staged in the performance. This reason is enough to be a suspicious that any texts affect Gandrik rsquo s performance. Therefore, intertextual texts can not be separated from the Gundala Gawat performance.With qualitative methods, the study was connect the texts that affect Gundala Gawat. It was found that Gundala Gawat influenced by comics text by Hasmi, script text Goenawan Mohamad, and the patterns of traditional theaters. The finding of this intertextual texts will be a footing of the search Gandrik rsquo s ideology in the Gundala Gawat performance. The analysis showed that Gandrik detracted from the pattern of traditional theater. Gandrik process Gundala Gawat script, which previously inspired by Gundala Putera Petir comics, into the performance to voice their ideology. Gandrik ideology is found in the form of liberation ideology, the ideology that invite the audience to laughing at parties repression against Indonesians human life.
2016
T48289
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriana Venny Aryani
Abstrak :
Disertasi ini bertujuan untuk mengkaji posisi perempuan dalam mitos-mitos nusantara, yang dalam hal ini terkandung dalam dongeng-dongeng asli Indonesia, melalui pemikiran tokoh Poststrukturalis Julia Kristeva. Dongeng yang ditelaah ada empat puluh tujuh (47) judul dan selanjutnya dipilah lagi menjadi tujuh miteme (tema mitos): kekerasan dalam bahasa, kompleks Oedipus, pengusiran dan keterasingan, yang profan yang berkorban, daya magis ibu, metabahasa dalam mitos, dan menulis sebagai menegaskan. Disertasi ini juga menemukan bahwa mitos-mitos lama termasuk yang mendiskriminasikan perempuan hingga saat ini masih lestari, terbukti dari publikasi media tentang hal itu, misalnya mitos kutukan Bandung Bondowoso, ataupun legenda di balik terbentuknya danau, pulau, atau gunung. Pemikiran Kristeva, juga membantu peneliti untuk menyimpulkan bahwa teks-teks mitos yang ternyata berjenis kelamin. Karena penulisan menurut Kristeva adalah apa yang dibawa pencipta teks dalam ketidaksadarannya. Ada suatu dorongan dalam penciptaan teks dimana laki-laki termotivasi sementara di sisi lain perempuan tidak termotivasi. Beberapa saran/ rekomendasi yang diajukan oleh peneliti adalah dengan mengenali berbagai cerita mitos nusantara, memulihkan dan jika perlu mendekonstruksi cerita-cerita tersebut sehingga lebih ramah terhadap perempuan dan anak.
This thesis aims to analyze the position of women in the myths of the archipelago, contained in the folktales, through Post-structuralist thinker: Julia Kristeva. Author analyzed 47 folktales and then sorted into seven of mytheme (theme of myth): violence through language, the Oedipus Complex, eviction and alienation, the profane who make sacrifices, magical power of the maternal body, and writing as affirmation. This tesis also found that ancient myths which discriminate women is still preserved. As evidences by media coverage about this such as a myth of Bandung Bondowoso?s curse, or the legend behind the creation of a lake, island or mountain. The concepts from Kristeva helps author to conclude that the text in Indonesian folktales are gender based, through Kristeva?s writing. There is an urge in the creation of text in which men are motivated while on the other hand women are not motivated. Some suggestion/ recommendations made by the author is to identify a variety of folktales all over Indonesia, recover it and if necessary to deconstruct a story so become more friendly to women and children.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
D1268
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Putri Santa Widari
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang fenomena intertekstualitas dalam pembentukan teks video game Final Fantasy XV melalui analisis pembacaan intertekstual. Penelitian ini bertujuan untuk melihat intertekstualitas antara game Final Fantasy XV dengan beberapa game terkenal dan sukses di pasaran, seperti The Witcher 3: Wild Hunt dan Grand Theft Auto V, dengan beberapa landskap di dunia nyata yang sebagian besar berasal dari berbagai wilayah di luar Jepang, dan lain-lain sejalan dengan motif ekonomi Square Enix di zaman globalisasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat intertekstualitas antara konten Final Fantasy XV dengan konten The Witcher 3: Wild Hunt, Grand Theft Auto V, landskap di dunia nyata, hingga berbagai produk lainnya yang sebagian berasal dari luar Jepang. Dalam proses pengembangan Final Fantasy XV, terjadi penurunan tren pemain konsol di Jepang, sebab orang-orang Jepang cenderung memilik game yang mudah dibawa ke mana saja. Oleh karena itu, Square Enix mengubah fokus pasarnya ke luar Jepang, dan memasukkan konten-konten yang dekat dan sudah terkenal di kalangan pemain luar Jepang ke dalam Final Fantasy XV. Hal ini bertujuan untuk memunculkan familiaritas, sehingga para pemain tidak perlu bersusah payah memahami konten-konten baru dalam memainkan Final Fantasy XV. Selain itu, keseriusan Square Enix dalam memasarkan Final Fantasy XV ke luar Jepang juga dapat dilihat dari beberapa bentuk promosi khusus yang dilakukan Square Enix ke luar Jepang. ...... This study discusses the phenomenon of intertextuality in the making of Final Fantasy XV video game text through intertextual reading analysis. This study aims to look at the intertextuality between Final Fantasy XV game with some well known and successful games on the market, such as The Witcher 3 Wild Hunt and Grand Theft Auto V, with several landscapes in the real world mostly from different regions outside of Japan, and with others in line with Square Enix 39 s economic motives in the globalization era. The result shows that there is intertextuality between Final Fantasy XV content and The Witcher 3 Wild Hunt content, Grand Theft Auto V content, landscape in the real world, and various other products which are originated from outside Japan. In the process of developing Final Fantasy XV, there was a decline in the trend of console players in Japan, because the Japanese tend to have a game that is easy to carry anywhere. Square Enix, therefore, shifted its market focus to outside of Japan, and incorporated close and well known contents among players outside of Japan into Final Fantasy XV. It was aimed to bring familiarity, so players do not have to bother to understand the new content in playing Final Fantasy XV. In addition, Square Enix 39 s seriousness in marketing Final Fantasy XV out of Japan can also be seen from some form of special promotions that Square Enix made outside of Japan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover