Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novi Fauziati
"ABSTRAK
Pemanfaatan kedelai sebagai bahan pangan di Indonesia semakin meningkat karena rendahnya daya beli masyarakat terhadap protein hewani. Beragam produk olahan dari kedelai seperti tempe, kecap, tahu dan susu kedelai banyak digemari masyarakat. Akan tetapi rendahnya kadar besi pada bahan pangan berbasis kedelai mendorong banyaknya terjadi kasus anemia. Sebagai prevelensi terhadap anemia perlu dilakukan fortifikasi pangan berbasis kedelai dengan fortifikan yang telah diketahui kemampuan bioavalibilitasnya terhadap manusia. Penelitian ini mempelajari efektivitas FeSO4 dan FeSO4 + Glisin untuk fortifikasi zat besi terhadap susu kedelai cair dan tempe. Fortifikasi disini dipengaruhi oleh keberadaan fitat sebagai inhibitor besi yang terdapat pada kedelai. Kadar Fe awal pada susu kedelai cair lebih tinggi dibanding tempe. Efektifitas FeSO4 lebih baik dibanding FeSO4 tanpa agen pengkhelat glisin dengan rasio mol fe: fitat adalah 2:1. Ikatan fe-fitat kuat terlihat dengan hasil pengukuran kadar Fe bebas semakin meningkat dengan berkurangnya fitat yang ditambahkan dan secara kualitatif dengan semakin jernihnya lapisan air pada variasi penambahan fitat.

ABSTRACT
Utilization of soybean as food in Indonesia has increased due to low purchasing power of animal protein. A variety of processed soy products like tempeh, soy sauce, tofu and soy milk. However, low levels of iron in soybean-based food ingredients encourage the many cases of anemia. As the prevalence of anemia needs to be done with soybean based food fortification which known fortification bioavability to humans. This research studied effectiveness of FeSO4 and FeSO4 + glysin as iron fortificant for soy milk and tempeh. Fortification here is influenced by the presence of phytate as an inhibitor of iron found in soybeans. Initial Fe content in soybean milk is higher than the tempeh. FeSO4 effectiveness better than FeSO4 without chelating agent mole ratio of glycine with fe: phytate is 2:1. Fe-phytic strong bond with the measurement results appear independent of Fe content increased with reduced phytate were added and qualitatively with the water layer on the variation of the addition of phytate. "
Universitas Indonesia, 2011
S690
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Hamidah
"ABSTRACT
Correlation between Integrated Program of Mother-Child Health and Nutrition, Fieldworker, Number of Iron Tablets and Low Iron Consumption of Pregnant Mothers in Six Bekasi Public Health CentersAnemic prevalence in Indonesia amounting to 63.5 % is mostly caused by iron deficiency. Iron deficiency in pregnancy causes high risk effects to the human resources involved namely in the form of ill health in the mother as well as the baby even causing death in some cases. This state of iron deficiency can be prevented and cured by providing iron tablets through public health centers (puskesmas), sub-puskesmas and integrated health services.
This research was done cross sectionally using a quantitative approach and descriptive analysis. Only 6 puskesmas were researched out of random sampling towards 40 problem puskesmas (iron content less than 80 %).
Research results show that statistically there is significant relations between the Integrated Program of Mother-Child Health and Nutrition and number of iron tablets consumed. This also applies to the sub-variables i.e. fieldworker in the aspects of qualifications, tenure, double duties, and level of knowledge.
There is no significance in the relations between number, level of training and attitude of the fieldworker with the low level of iron content in pregnant women.
This research should not only use the quantitative approach, but should also use a qualitative one. To obtain a general picture, we suggest a research done to all 40 problem puskesmas.

ABSTRAK
Prevalensi anemia di Indonesia sebesar 63,5 % yang sebagian besar disebabkan defisiensi Fe. Akibat yang ditimbulkan oleh defisiensi Fe pada masa kehamilan yaitu membawa resiko terhadap sumber daya manusia baik terhadap ibu atau bayi yang akan dilahirkan menjadi tidak cukup sehat bahkan membawa kematian bagi ibu dan bayinya. Defisiensi Fe ini dapat dicegah dan diobati dengan pemberian zat besi melalui Puskesmas, Puskesmas pembantu, dan Posyandu.
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan Cross Sectional dengan pendekatan secara kuantitatif dan dianalisa secara diskriptif. Penelitian ini hanya dilakukan di 6 Puskesmas saja yang terpilih secara acak dari 40 Puskesmas bermasalah (cakupan Fe3 kurang dari 80 %).
Hasil penelitian ternyata hipotesis peneliti yang menyatakan bahwa Keterpaduan Program KIA-Gizi, jumlah tablet Fe terbukti secara statistik ada hubungan bermakna, demikian juga dengan sub variabel tenaga pelaksana yaitu jenis tenaga, lama bekerja, tugas rangkap, pengetahuan tenaga pelaksana. Sementara itu jumlah, pelatihan dan sikap tenaga pelaksana tidak terbukti ada hubungan dengan rendahnya cakupan Fe3 ibu hamil.
Penelitian ini hendaknya tidak hanya dengan pendekatan kuantitatif, tetapi juga dilakukan secara kualitatif. Untuk mendapatkan gambaran secara umum disarankan melanjutkan penelitian terhadap 40 Puskesmas bermasalah lainnya."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mai Saroh Ambar Pramukti
"Kekurangan zat besi masih merupakan masalah kesehatan global utama yang mempengaruhi kira-kira 2 miliar orang. Salah satu cara untuk mencegah anemia defisiensi zat besi di negara berkembang adalah melalui fortifikasi produk makanan dengan zat besi. Asam fitat merupakan senyawa inhibitor dalam pangan berbasis kedelai yang sangat mempengaruhi penyerapan zat besi dalam tubuh.
Dalam penelitian ini, digunakan FeSO4 .7H2O + Na-Glisin dan fero fumarat sebagai fortifikan yang ditambahkan pada tiga jenis pangan berbasis kedelai yaitu: tempe, tahu dan susu cair kedelai. Penambahan variasi jumlah fortifikan didasarkan pada perbandingan molar besi terhadap asam fitat yaitu 1:3. Efektivitas fortifikan ditentukan dengan menghitung Fe total non fitat yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
Hasil menunjukkan bahwa efektivitas tertinggi untuk 30 g kedelai pada sampel tahu, tempe dan susu kedelai pada penambahan FeSO4 .7H2O + Na-Glisin 25mg+22 mg (tempe), 25mg+22 mg (tahu) dan 99 mg+87 mg (susu cair kedelai), serta penambahan fero fumarat 15 mg (tempe), 15 mg (tahu) dan 61 mg (susu cair kedelai). Penambahan fero fumarat memiliki nilai efektivitas yang lebih tinggi di bandingkan dengan FeSO4 .7H2O + Na- Glisin.
......Iron deficiency remains a major global health problem affecting an estimate 2 billion people. One way to prevent iron deficiency anemia in developing countries is through the fortification of food products with iron. Phytic acid is an inhibitor compounds in soy-based foods that influences the absorption of iron in the body.
In this study, used FeSO4.7H2O + Na-Glycine and ferrous fumarate were used as fortificants to added to the three types of soy-based foods, they are: tempeh, tofu, and soya milk. The addition variation fortificant based on the molar ratio of iron to the phytic acid is 1:3. Percentage of fortification effectivity was determined from total iron non phytic (Fe- free) using AAS instrumentation.
The result shows that the highest effectivity for 30 g soybean in soy-based foods tempeh, tofu, and soy milk with the addition of FeSO4 .7H2O + Na-Glycine 25mg+22 mg (tempeh), 25mg+22 mg (tofu), and 99 mg+87 mg (soya milk) and for ferrous fumarate 15 mg (tempeh), 15 mg (tofu), 61 mg (soya milk). Ferrous Fumarate was significantly more effective as iron fortificant in soy- based foods than FeSO4 .7H2O + Na-Glycine."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Safrina
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh fortifikan NaFeEDTA dalam tepung tahu terhadap jumlah sel darah merah tikus putih Rattus norvegicus L. jantan galur Sprague-Dawley. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL , terdiri atas 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu KK 1 yang diberi larutan CMC 0,5 ; KK 2 yang diberi CMC 0,5 dan suspensi tepung tahu tanpa fortifikan; dan KP 1, 2 dan 3 diberi CMC 0,5 dan tepung tahu dengan fortifikan NaFeEDTA dosis 2,7 mgFe/kgBB; 5,4 mgFe/kgBB; dan 10,8 mgFe/kgBB selama 14 hari. Pengambilan darah dilakukkan pada hari ke-0 dan setelah perlakuan pada hari ke-14. Jumlah sel darah merah dihitung menggunakan alat hematology analyzer. Hasil uji ANAVA satu arah P < 0,05 menunjukkan pengaruh nyata pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam tepung tahu terhadap jumlah sel darah merah antar kelompok perlakuan. Hasil uji LSD P < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah sel darah merah yang nyata antara KK 1 dengan semua kelompok perlakuan KP 1, KP 2 dan KP 3 ; KK 2 dengan semua kelompok perlakuan pada t14 dan antar semua kelompok perlakuan. Peningkatan jumlah sel darah merah tertinggi terjadi pada KP 2 yaitu 22,26 terhadap KK 1; dan 20,24 terhadap KK 2.

The effect of fortificant NaFeEDTA inserted in tofu flour intake on red blood cell count in male Sprague Dawley rats Rattus norvegicus L. has been studied. Twenty five rats were divided into five groups, consist of normal control group KK 1 which was administered with CMC 0,5 , treatment control group KK 2 which was administered with CMC 0,5 and tofu flour non fortificant, and three treatment groups which was administered with CMC 0,5 and tofu flour added with fortificant NaFeEDTA 2,7 mgFe kgbw KP 1 5,4 mgFe kgbw KP 2 and 10,8 mgFe kgbw KP 3 . All the five groups were treated for 14 consecutive days. Red blood cell count was measured by automatic hematology analyzer. One way ANOVA test P 0,05 showed significant effect of fortificant NaFeEDTA inserted in tofu flour intake red blood cell count in all treatment groups. LSD test P 0,05 showed that the red blood cell count significantly different between KK 1 towards all treatment groups KK 2 towards all treatment groups and all the treatment groups. The highest increase of red blood cell count was detected on KP 2 at t14 which is 22,26 to KK 1 and 20,24 to KK 2. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafa Syadza Ghaida
"Penelitian untuk mengetahui pengaruh fortifikan NaFeEDTA dalam tepung tahu terhadap kadar hemoglobin darah tikus jantan telah dilakukan. Metode penelitian berupa Rancangan Acak Lengkap, terdiri atas 25 ekor tikus putih yang dibagi menjadi lima kelompok perlakuan yaitu KK1 yang diberi minuman, pakan standar dan larutan CMC 0,5 ; KK2 yang diberi minuman, pakan standar, larutan CMC 0,5 dan tepung tahu 0,45 g tanpa fortifikan; serta KP 1, KP 2, KP 3 yang diberi minuman, pakan standar, larutan CMC 0,5 dan tepung tahu 0,45 g dengan fortifikan NaFeEDTA dosis 2,7 mg Fe/kgBB; 5,4 mg Fe/kgBB; dan 10,8 mg Fe/kgBB selama 14 hari. Pengukuran kadar hemoglobin darah dilakukan pada hari ke-0 dan 14 menggunakan Hematology Analyzer. Hasil uji Saphiro-Wilk dan Levene menunjukkan data terdistribusi normal dan homogen. Uji ANAVA satu arah menunjukkan hasil pengaruh nyata pemberian fortifikan NaFeEDTA terhadap kadar hemoglobin antar kelompok perlakuan. Hasil uji LSD menunjukkan terdapat perbedaan kadar hemoglobin nyata antara KK1 dan KK 2 dengan KP 1, KP 2 dan KP 3; serta KP 2 dengan KP 1 dan KP 3. Peningkatan tertinggi kadar hemoglobin darah terdapat pada KP 2 yaitu sebesar 15,15 dalam kelompok; 11, 76 terhadap KK 1; dan 10,95 terhadap KK 2.

Research to find out the effect of fortificant NaFeEDTA in tofu flour on blood hemoglobin levels in male rats has been done. Twenty five rats were divided into five groups, consist of normal control group KK1 which was given standard feed, drinks and solution of CMC 0.5 treatment control group KK 2 which was given standard feed, drinks, solution of CMC 0,5 , and 0,45 g tofu flour without fortificant and three treatment groups KP 1, KP 2, KP 3 which were given standard feed, drinks, solution of CMC 0,5 , and 0,45 g tofu flour with NaFeEDTA 2.7 mg Fe kgBB 5.4 mg Fe kgBB and 10.8 mg Fe kgBB for 14 days. Measurement of blood hemoglobin levels done on day 0 and 14 using Hematology Analyzer. One way ANAVA test shows significant effect of NaFeEDTA on hemoglobin levels in all treatment groups. LSD test shows the blood hemoglobin level was significantly different between KK1 and KK 2 with KP 1, KP 2, and KP 3 as well as KP 2 with KP 1 and KP 3. The highest increase in blood hemoglobin levels was detected on KP 2 which is 15.15 within the group 11, 76 against KK 1 and 10.14 against KK 2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganesha Muhammad Imantaka
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan mengetahui pengaruh fortifikan NaFeEDTA dalam susu kedelai terhadap kadar hemoglobin darah tikus Rattus norvegicus L. jantan galur Sprague-Dawley. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL . Sebanyak 25 ekor tikus putih jantan dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu KK 1 yang diberi pakan dan minum standar tanpa pemberian susu kedelai dan fortifikan; KK 2 yang diberi pakan minum standar dan susu kedelai tanpa fortifikan; dan KP 1, 2, dan 3 yang diberi pakan minum standar dan susu kedelai dengan fortifikan NaFeEDTA dosis 2,7 mgFe/ kgBB; 5,4 mgFe/ kg BB; dan 10,8 mgFe/ kgBB selama 21 hari berturut-turut. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0 dan setelah perlakuan pada hari ke-21. Pengukuran kadar hemoglobin darah tikus menggunakan hematology analyzer. Hasil uji ANAVA satu arah dan uji LSD P < 0,05 menunjukkan bahwa setelah pemberian perlakuan selama 21 hari berturut-turut, terdapat perbedaan kadar hemoglobin yang nyata antara seluruh kelompok perlakuan KP 1, KP 2 dan KP 3 terhadap kadar hemoglobin KK 1 dan perbedaan kadar hemoglobin yang nyata antara KP 2 dan KP 3 terhadap kadar hemoglobin KK 2. Peningkatan kadar hemoglobin tertinggi terjadi pada KP 2, yaitu 10,84 terhadap KK 1; dan 9,28 terhadap KK 2.

The effect of NaFeEDTA fortificant in soymilk on blood hemoglobin levels of male Sprague Dawley rats Rattus norvegicus L. had been studied. By using Complete Random Design CRD , twenty five rats were divided into five groups. Normal control group KK 1 was administered with standard feeding and drinking without adding soymilk and fortificant. Treatment control group KK 2 was administered with soymilk without fortificant, and three treatment groups which were administered with soymilk added with NaFeEDTA fortificant 2.7 mg Fe kgbw KP 1 5.4 mg Fe kgbw KP 2 and 10.8 mg Fe kgbw KP 3 . All of the five groups were treated for 21 days consecutively. Measurement of rat blood hemoglobin levels uses the hematology analyzer. One way ANOVA test and post hoc LSD test P 0.05 showed that after 21 days of consecutive treatment, there was a significant effect on blood hemoglobin levels in all treatment groups KP 1, KP 2, and KP 3 compared to KP 1 and a significant effect on blood hemoglobin levels in KP 2 and KP 3 compared to KK 2. The highest increase of blood hemoglobin levels was detected on KP 2 which is 10.84 to KK 1 and 9.28 to KK 2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library