Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intanifa Kikyana
"

Aplikasi TikTok yang saat ini sedang digandrungi, telah remaja gunakan untuk mengekspresikan hubungan romantisnya. Selain sebagai tempat mengekspresikan kemesraan, TikTok juga dapat menjadi medium munculnya rasa kecemburuan yang berdampak pada hubungan romantis Kecemburuan merupakan serangkaian persepsi, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari hilang atau terancamnya self-esteem dan /atau suatu hubungan romantis yang berkualitas Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah terdapat hubungan kecemburuan dengan kualitas hubungan romantis remaja pengguna TikTok. Penelitian ini menggunakan Multidimensional Jealousy Scale (MJS) untuk mengukur kecemburuan dan The Partner Behaviours as Social Context (PBSC) Self Behaviour as Social Context (SBSC) untuk mengukur kualitas hubungan romantis. Diketahui hasil statistik korelasi Pearson, hubungan kecemburuan dengan kualitas hubungan romantis remaja, r [110] = 0,143, p > 0,05, r2 0,021. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kecemburuan dengan kualitas hubungan romantis remaja pengguna TikTok yang berpacaran.


The TikTok application, which is currently in vogue, has been used by teenagers to express their romantic relationships. Aside from being a place to express affection, TikTok can also be a medium for the emergence of feelings of jealousy which have an impact on romantic relationships. Jealousy is a series of complex perceptions, emotions, and actions that stem from loss or threat of self-esteem and/or a quality romantic relationship. This study aims to determine is there a relationship jealousy with relationship quality romantic teens using TikTok. This study uses the Multidimensional Jealousy Scale (MJS) to measure jealousy and The Partner Behaviors as Social Context (PBSC) Self Behaviour as Social Context (SBSC) to measure the quality of romantic relationships. It is known that the statistical results of the Pearson correlation, the relationship between jealousy and the quality of adolescent romantic relationships, r [110] = 0.143, p > 0.05, r2 0.021. So it can be concluded that there is no significant relationship between jealousy and the quality of romantic relationships among adolescent dating TikTok users.

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Mayda Anggarini Artana
"ABSTRAK
Masalah yang cukup banyak terjadi pada pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh adalah kecemburuan. Attachment mempengaruhi penilaian kognitif dan reaksi emosi individu terhadap kecemburuan. Attachment juga mempengaruhi cara individu mengekspresikan kecemburuan. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa individu dengan anxiety attachment, mengalami kecemburuan yang ekstrim. Anxiety attachment memiliki hubungan yang positif terhadap kecemburuan kognitif, kecemburuan emosi, dan kecemburuan perilaku. Selain peran tipe attachment, terdapat pula peran dyadic coping dalam mempengaruhi kecemburuan. Dukungan dari pasangan dapat menurunkan stres individu. Saat individu melakukan dyadic coping, kecemburuan individu dapat menurun. Individu dengan anxiety attachment memiliki khawatir pasangan mereka tidak akan merespon saat dibutuhkan, sehingga individu tidak melibatkan pasangan dalam melakukan coping dan masalah kecemburuan individu tidak terselesaikan. Meskipun demikian, individu dapat menerapkan dyadic coping dengan baik, bila pasangannya menunjukkan perhatian dan perilaku suportif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dyadic coping sebagai moderator pada hubungan antara anxiety attachment dengan kecemburuan kognitif, kecemburuan emosi, dan kecemburuan perilaku pada individu yang sedang menjalani hubungan pacaran jarak jauh. Anxiety attachment diukur menggunakan Experience in Close Relationship Questionnaire-Revised (Fraley, Brennan, Waller, 2000); kecemburuan kognitif, emosi, dan perilaku diukur menggunakan Multidimensional Jealousy Scale (Pfeiffer dan Wong, 1989); dan dyadic coping diukur menggunakan Dyadic Coping Inventory (Bodenmann, 2008). Sebanyak 156 orang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara anxiety attachment dengan kecemburuan. Diketahui pula bahwa dyadic coping tidak signifikan memoderatori hubungan antara anxiety attachment dengan kecemburuan, baik kecemburuan kognitif, emosi, dan perilaku

ABSTRACT
One of the common problems for couples in long-distance relationships is jealousy. Individuals cognitive assessment and emotional reactions to jealousy are influenced by their style of attachment. Attachment style also affects the way individuals express jealousy. Previous studies suggested that individuals with anxiety attachment experience extreme jealousy, and associated with cognitive, emotional, and behavioral jealousy. Aside from attachment style, dyadic coping also has a role in influencing jealousy. Support from partner can reduce individuals stress. When individuals use dyadic coping, individuals jealousy can reduce. Individuals with anxiety attachment worry their partner will not response when they needed, so they do not involve their partner in coping and individuals jealousy are not resolved. However, individuals can use dyadic coping, if their partner show attention and supportive behavior. This study aims to examine the role of dyadic coping as a moderator in the relationship between anxiety attachment with cognitive, emotional, and behavioral jealousy in individuals undergoing long-distance relationships. Anxiety attachment was measured using the Experience in Close Relationship Questionnaire-Revised (Fraley, Brennan, and Waller, 2000); cognitive, emotional, and behavioral jealousy were measured using the Multidimensional Jealousy Scale (Pfeiffer and Wong, 1989); and dyadic coping was measured using the Dyadic Coping Inventory (Bodenmann, 2008). A total of 156 individuals participated in this study. Result showed a significant positive relationship between anxiety attachment and jealousy. Dyadic coping, however, was not found to be significant in its role of moderating the relationship between anxiety attachment and jealousy.
"
Lengkap +
2019
T55166
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Nugraha
"ABSTRAK
Sepanjang hidupnya, manusia selalu menjalin hubungan dengan orang lain.
Salah satu bentuk hubungan interpersonal yang penting dalam kehidupan manusia
adalah hubungan percintaan antara pria dan wanlta. Sesuai dengan tugas
perkembangannya, pada masa dewasa muda hubungan percintaan berhubungan
dengan pemilihan pasangan hidup. lndividu dewasa muda yang berada pada tahap
pemilihan pasangan hidup ini kebanyakan adalah mahasiswa. Kemampuan individu-
- dalam hal ini mahasiswa-untuk menjalin hubungan percintaan adalah aspek yang
penting dalam personal well-being (kesejahteraan individu) pada masa dewasa.
Pada masa dewasa muda ini, mahasiswa telah siap untuk menjalin hubungan yang
intim, yang berarti bahwa individu tidak hanya melibatkan dlri pada hubungan
tersebut tapl juga ingin memelihara dan mempertahankannya. Hal ini disebabkan
karena pada tahap perkembangannya, mahasiswa diharapkan untuk memilih
pasangan hidupnya dan mulai membentuk keluarga.
Kemungkinan akan timbulnya ketertarikan pasangan pada orang lain
merupakan masalah yang banyak ditemui dalam hubungan percintaan, dan
kecemburuan adalah respon yang biasanya timbul dari indlvidu. Kecemburuan,
apalagi jika berlebihan, dapat berakibat buruk bagi individu itu sendiri, individu yang
dicemburui, bahkan bagi kelangsungan hubungan percintaan.
Untuk melihat kondisi tersebut, penelitlan ini lebih bersifat eksploratif, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang faktor-faktor
yang menimbulkan kecemburuan terhadap pacar pada mahasiswa/i dan apakah ada
perbedaan yang signifikan dalam gambaran faktor-faktor tersebut antara kelompok
mahasiswa dan kelompok mahasiswi. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis faktor, diperoleh 7 faktor yang menjadi sumber
kecemburuan dan terdapat perbedaan yang signifikan pada 3 faktor antara
kelompok mahasiswa dan kelompok mahasiswi. Berikut ini ditampilkan hasil
penelitian secara lebih rinci :
a. Faktor-faktor yang menimbulkan kecemburuan terhadap pacar pada
mahasiswa/i (berdasarkan peringkat) :
1. Pacar lebih mengutamakan Iawan jenis Iain
2. Pacar mengalami kontak fisik dengan Iawan jenis lain
3. Pacar mengagumi Iawan jenis lain
4. Pacar memberikan perhatian pada lawan jenis Iain
5. Pacar berteman dekat dengan Iawan jenis yang pernah menyukai/disukainya
6. Pacar terlalu sibuk dengan kegiatan pribadinya
7. Pacar akrab dengan Iawan jenis Iain
b. Perbedaan yang signifikan dalam gambaran faktor-faktor yang menjadi sumber
kecemburuan antara kelompok mahasiswa dan kelompok mahasiswi terdapat
pada:
1. Faktor 1: pacar berteman dekat dengan Iawan jenis yang pernah
menyukai/disukainya
2. Faktor 2: pacar akrab dengan Iawan jenis Iain
3. Faktor 4: pacar mengagumi Iawan jenis Iain
Berdasarkan urutan sumber-sumber kecemburuan terhadap pacar pada
mahasiswa/i, dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling menimbulkan
kecemburuan adalah faktor pacar lebih mengutamakan Iawan jenis Iain dan faktor
pacar mengalami kontak fisik dengan Iawan jenis Iain. Sedangkan faktor yang relatif
paling tidak menimbulkan kecemburuan adalah faktor pacar terlalu sibuk dengan
kegiatan pribadinya dan faktor pacar akrab dengan Iawan jenis Iain. Ketujuh faktor
sumber kecemburuan terhadap pacar pada mahasiswa/i ini temasuk dalam
possessive jealousy, exclusive jealousy, dan fearful jealousy. Egotistic jealousy yang
disebut oleh Sternberg dan Bames (1988) tidak tampil dalam penelitian ini.
Berdasarkan urutan sumber-sumber kecemburuan terhadap pacar pada
kelompok mahasiswa, dapat disimpulkan bahwa pria setuju bahwa faktor pacar
mengalami kontak fisik dengan Iawan jenis lain dan faktor pacar Iebih
mengutamakan Iawan jenis Iain merupakan faktor yang paling menimbulkan
kecemburuan. Sedangkan faktor yang relatif paling tidak menimbulkan kecemburuan
bagi pria adalah faktor pacar berteman dekat dengan Iawan jenis yang pernah
menyukai/disukainya dan faktor pacar akrab dengan Iawan jenis Iain. Sementara
berdasarkan urutan sumber-sumber kecemburuan terhadap pacar pada kelompok
mahasiswi. dapat disimpulkan bahwa wanita setuju bahwa faktor pacar lebih
mengutamakan Iawan jenis lain dan faktor pacar mengalami kontak fisik dengan
Iawan jenis lain merupakan faktor yang paling menimbulkan kecemburuan.
Sedangkan faktor yang relatif paling tidak menimbulkan kecemburuan bagi wanita
adalah faktor pacar terlalu sibuk dengan kegiatan pribadinya dan faktor pacar akrab
dengan Iawan jenis Iain.
Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah pada konstruksi alat ukur, yaitu
formulasi item-item pada kuesioner kurang tajam dan perbedaan jumlah item yang
rnewakili tiap faktor terialu besar. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, ada
beberapa saran yang dapat diberikan, yaitu item yang dianggap kurang tajam
diformulasikan kembali dan jika mungkin dilakukan analisis faktor dengan metode ekstraksi atau rotasi lain untuk melihat secara Iebih mendalam kemungkinan adanya
faktor yang bisa digabungkan satu sama Iain atau justru munculnya faktor Iain yang
sama sekali berbeda, dan jumiah item tiap faktor dibuat Iebih seimbang agar faktor-
faktor tersebut dapat dibandingkan dengan Iebih akurat."
Lengkap +
1998
S2556
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Friday, Nancy
New York: Morrow, 1985
155.3 FRI j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Rosdianingsih
"Mayoritas orang masih mengganggap dan percaya bahwa kecemburuan sebagai awal tanda adanya masalah dalam perkawinan. Hal ini diperkuat dari hasil beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa kecemburuan dapat memperburuk perkawinan Dugosh (2000). Namun, hasil penelitian lain menunjukkan bahwa kecemburuan cenderung baik untuk perkawinan Mathes & Severa (1989). Adanya perbedaan hasil dari kedua penelitian diatas, menjadi tujuan dari penelitian ini. Pengukuran ini menggunakan skala-skala yaitu kecemburuan dan kepuasan perkawinan. Hal ini dikarenakan untuk melihat apakah ada hubungan positif atau negatif antara kedua-duanya. Tidak hanya sebatas mengukur kecemburuan secara umum, namun kecemburuan juga dilihat dari domain kognisi, emosi dan perilaku.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecemburuan secara umum dapat menurunkan kualitas perkawinan. Hal yang serupa terjadi pada domain kognisi (salah satu pasangan menyadari pasangannya tertarik dengan orang ketiga) dan perilaku (pasangan cenderung akan bertindak) yang memiliki hubungan yang kuat dengan ketidakpuasan pada perkawinan. Hal yang menarik dari hasil penelitian ini adalah pada kecemburuan domain emosi yang memiliki hubungan yang dapat meningkatkan kepuasan perkawinan. Hal ini dikarenakan kecemburuan domain ini sebagai indikatornya yaitu banyak melibatkan perasaan cinta. Selama perasaan tersebut tidak mengarah pada kecemburuan patologi, kemungkinan kepuasan perkawinan akan dirasakan lebih lama.

Most people believe that jealousy is a trouble sign for marriage. And indeed, in the literature of psychology some theorists maintain that jealousy is bad for marriages. However some maintain that jealousy is good. This disagreement is the point of departure for this study. Using various pre-designed scales for measuring jealousy and marital satisfaction, this study attempts to find out whether there is a positive or negative correlation between the two. The study measures jealousy not only in a general sense, but also in its behavioral, cognitive and emotional aspects as well.
The study finds that the general experience of jealousy is corrosive to marriages. Similary both the cognitive (knowledge of a partner?s interest in a third party) and behavioral (confrontation of a wayward partner) dimensions of jealousy correlate with marital dissatisfaction. However, surprisingly the study finds that those who are emotionally jealous (predisposed toward feelings of jealously) tend to be more satisfied with their relationships than those who are not. This appears to suggest that feelings of jealousy are closely bound up with those of love. As long as such feelings do not become pathological, they may serve as an indicator of relationship satisfaction and longevity.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Rania Wiraatmadja
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecemburuan dan harga diri pada emerging adults usia 18 hingga 25 tahun. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif kepada 1451 emerging adults. Instrumen yang digunakan adalah Multidimensional Jealousy Scale dan Rosenberg Self-Esteem Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dimensi kognitif kecemburuan dan harga diri r=-.161; p

This study was conducted to determine the relationship between jealousy and self esteem among emerging adults ages 18 to 25 years. This research uses quantitative method to 1451 emerging adults. The instrument used are Multidimensional Jealousy Scale and Rosenberg Self Esteem Scale. The results showed that there was a significant negative relationship between the cognitive dimension of jealousy and self esteem r .161 p
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shakespeare, William, 1564-1616
Lexington: Xerox College Publishing, 1969
822.33 SHA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library