Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Darell Putrandayo Voluntoro
"Peningkatan minat dan partisipasi mahasiswa terhadap kegiatan magang meningkat, tetapi survey membuktikan fenomena job stress terjadi pada mahasiswa magang. Job Demands-Resources Theory menjelaskan bahwa perlu adanya keseimbangan antara demands dan resources supaya mengurangi job stress. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk melihat besaran peran job resources, yaitu perceived supervisor support, dan personal resources, yaitu psychological capital, terhadap job stress pada mahasiswa magang. Partisipan pada penelitian ini adalah mahasiswa aktif di Indonesia yang sedang melaksanakan magang (N =134). Alat ukur yang digunakan adalah The Survey of Perceived Supervisor Support, The Psychological Capital Questionnaire, dan Parker’s Job Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived supervisor support secara berperan secara signifikan dan negatif terhadap job stress (β = -.696, t = -3.175, SE = .219, p = .002), tetapi psychological capital tidak (β = -.064, t = -.696, SE = .091, p = .488). Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang sedang magang sangat memerlukan dukungan dari supervisor pada pelaksanaan magangnya untuk mengurangi job stress.

The increase in interest and participation of students in internship activities has risen, but surveys indicate a phenomenon of job stress occurring among intern students. The Job Demands-Resources Theory explains that a balance between demands and resources is necessary to reduce job stress. Therefore, this study aims to examine the extent of the role of job resources, namely perceived supervisor support, and personal resources, namely psychological capital, on job stress in intern students. Participants in this study were active students in Indonesia who were currently undertaking internships (N = 134). The measurement tools used were The Survey of Perceived Supervisor Support, The Psychological Capital Questionnaire, and Parker’s Job Scale. The results showed that perceived supervisor support had a significant and negative effect on job stress (β = -.696, t = -3.175, SE = 0.219, p = .002), but psychological capital did not (β = .064, t = -.696, SE = .091, p = .488). It can be concluded that intern students require support from supervisors during their internships to reduce job stress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Permatasari
"Skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja. Pekerja rentan terhadap kondisi stres kerja akibat tuntutan tugas, tuntutan waktu, dan keterbatasan waktu luang karena sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaan. Stres kerja mengakibatkan gangguan psikologis berupa kecemasan, rasa takut, dan rasa bersalah terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Dalam konteks ilmu kesejahteraan sosial, stres kerja berdampak pada kondisi kesejahteraan sehingga mengganggu keberfungsian sosial pekerja khususnya di tempat kerja. Salah satu faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah dukungan sosial rekan kerja karena dukungan yang diberikan oleh rekan kerja penting untuk menciptakan kesejahteraan di dalam organisasi dan berfungsi untuk membantu pekerja dalam meningkatkan keterikatan kerja, mengatasi kelelahan, dan stres yang dialami pekerja. Responden dalam penelitian ini adalah pekerja di PT X sebanyak 90 orang dengan menggunakan metode kuantitatif dan accidental sampling sebagai teknik pengumpulan data. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji korelasi kendall’s tau b. Pengukuran variabel stres kerja mengadaptasi alat ukur Job Stress Scale milik Parker dan Decotiis (1983) yang terdiri dari 2 dimensi, yaitu tekanan waktu (time stress) dan kecemasan (anxiety). Sedangkan. alat ukur dukungan sosial rekan kerja diadaptasi dari Support Appraisal for Work Stressor (SAWS) milik lawrence (2007) yang terdiri dari 4 dimensi, yaitu dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan instrumental, dan dukungan penghargaan. Penelitian ini menggunakan skala likert dengan 4 alternatif jawaban, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Hasil univariat menunjukkan bahwa 73,3% responden mengalami stres kerja tingkat sedang, dan 72,2% responden menerima dukungan sosial rekan kerja tingkat sedang. Kemudian, hasil uji bivariat diketahui bahwa hubungan antara dukungan sosial rekan kerja dengan stres kerja memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0,260 dan p-value 0,001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kekuatan hubungan yang dihasilkan lemah, tetapi hubungan antara keduanya negatif yang berarti semakin tinggi dukungan sosial rekan kerja, maka semakin rendah stres kerja. Penelitian ini dapat memberikan pandangan baru dalam ilmu kesejahteraan sosial, khususnya kesejahteraan pekerja di sektor industri terkait kondisi dukungan sosial rekan kerja dan stres pekerja.

This study aims to identify the relationship between coworker social support and job stress. Workers are vulnerable to job stress due to task demands, time constraints, and limited free time, as most of their time is spent completing work. Job stress can lead to psychological issues such as anxiety, fear, and guilt related to work. In the context of social welfare studies, job stress impacts overall well-being, disrupting social functioning, particularly in the workplace. Coworker social support is a factor influencing job stress, as support from coworker is crucial for creating organizational well-being and helping employees improve job engagement, manage fatigue, and cope with stress. The respondents in this study were 90 employees at PT X, selected using quantitative methods and accidental sampling. Data analysis techniques used univariate and bivariate analysis with Kendall’s Tau-b correlation test. The job stress variable was measured using the Job Stress Scale by Parker and Decotiis (1983), consisting of two dimensions: time stress and anxiety. Additionally, the coworker social support variable was measured using the Support Appraisal for Work Stressor (SAWS) by Lawrence (2007), consisting of four dimensions: emotional support, informational support, instrumental support, and appraisal support. The study used a Likert scale with four response options: strongly disagree, disagree, agree, and strongly agree. The univariate results showed that 73.3% of respondents had moderate job stress and 72.2% had moderate coworker social support. Then, from the results of the bivariate test, it was found that the relationship between coworker social support and job stress had a correlation coefficient of -0.260 and a p-value of 0.001. This indicates a weak but significant negative relationship, which means that higher coworker social support is associated with lower job stress. This research provides new insights in social welfare studies, particularly regarding the well-being of workers in the industrial sector related to coworker social support and job stress."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naditya Azzarina Nastiti Binuko
"Meningkatnya perusahaan start-up di Indonesia menarik banyak perhatian masyarakat untuk bekerja di perusahaan ini. Namun, perusahaan start-up masih belum stabil perkembangannya, sehingga karyawan diberikan tuntutan pekerjaan tinggi dan beban kerja berlebihan sehingga dapat mengarah pada burnout. Kreasi kerja diketahui dapat mengurangi burnout akibat tuntutan pekerjaan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tuntutan pekerjaan kuantitatif dengan burnout, kreasi kerja dengan burnout, serta peran kreasi kerja sebagai moderator pada tuntutan pekerjaan kuantitatif dan burnout. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasional dan moderasi dengan melibatkan 136 karyawan start-up. Alat ukur yang digunakan adalah Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ), Oldenburg Burnout Inventory (OLBI), dan Job Crafting Scale (JCS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara tuntutan kerja kuantitatif dan burnout, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kreasi kerja dengan burnout, dan kreasi kerja ditemukan tidak memoderasi efek tuntutan kerja kuantitatif terhadap burnout.

The rise of start-up companies in Indonesia has attracted a lot of attention from the public to work in these companies. However, start-up companies are still not stable in their development, so employees are given high job demands and excessive workloads that can lead to burnout. Job crafting is known to reduce burnout due to quantitative job demands. This study aims to look at the relationship between quantitative job demands and burnout, job crafting and burnout, and the role of job crafting as a moderator on quantitative job demands and burnout. This study is a quantitative study with correlational and moderation methods involving 136 start-up employees. The measuring instruments used were Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ), Oldenburg Burnout Inventory (OLBI), and Job Crafting Scale (JCS). The results showed that there is a significant positive relationship between quantitative work demands and burnout, there is a significant negative relationship between job crafting and burnout, and job crafting was found not to moderate the effect of quantitative work demands on burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library