Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Widi Astuti
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagian wilayah karst memiliki wilayah yang kering dan tidak produktif serta sering mengalami fenomena kekeringan dan kritis air seperti di Kawasan Karst Pegunungan Sewu yang ada di Wonogiri dan Gunung Kidul. Namun ada sebagian wilayah karst lain yang justru berlebihan air seperti Karst yang ada di Pangkep Maros, Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variasi tingkat kekritisan air bulanan di Kawasan Karst Gombong Selatan dan Sekitarnya secara spasial dan temporal.Variabel penelitian yang digunakan adalah curah hujan dan faktor geologi untuk menghitung ketersediaan air, serta jumlah penduduk, jumlah murid sekolah, jumlah industri, jumlah fasilitas kesehatan, jumlah fasilitas ibadah, dan luas area pasar untuk kebutuhan air. Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan bulanan yang digunakan selama tahun 1988-2017 dari 2 stasiun penakar curah hujan. Metode yang digunakan adalah menghitung serta membandingkan jumlah kebutuhan air dan ketersediaan air bulanan secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara temporal kekritisan air baru terjadi pada bulan-bulan seperti Bulan Juni, Juli Agustus dan September. Secara spasial, wilayah dengan tingkat kekritisan mendekati kritis-sangat kritis terjadi pada Bulan Juni-September dan sebagian besar mengelompok di sebelah Timur Laut serta Utara menuju ke Tengah wilayah penelitian.
ABSTRACT
Some karst areas have dry and unproductive areas and often experience of drought phenomena and critical water such as in the Karst Area of Pegunungan Sewu in Wonogiri and Gunung Kidul. But there are some other karst areas that just excessive water like Karst in Pangkep Maros, South Sulawesi. This study aims to analyze the variation of monthly water criticality level in Karst Gombong Selatan and surrounding areas spatially and temporally. The research variables used rainfall and geological factors to calculate water availability, and the number of residents, the number of school students, the number of industries, the number of facilities health, number of worship facilities, and wide market area to calculate water needs. Rainfall data used is the monthly rainfall data used during the years 1988 2017 from 2 rainfall precipitation stations. The method used to calculate and compare the quantity of water needs and monthly water availability quantitatively. The results show that temporal water criticality occurs only in months such as June, July August and September. Spatially, the region with criticality is close to critical very critical in June September and mostly clustered to the Northeast and North to the Middle of the study area.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Hasna Alfiyyah
Abstrak :
ABSTRAK
Potensi berkembangnya kawasan karst di Indonesia sangat tinggi dikarenakan penyebaran batuan pembentuknya batuan karbonat mencapai luas lebih dari 15,4 juta hektar. Namun, banyak kawasan karst di Indonesia yang belum dikenali bahkan terancam kelestariannya. Pengembangan penelitian karst di Indonesia sangat penting sebagai langkah awal pengelolaan karst lebih lanjut. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi morfologi eksokarst di Desa Argapura, menganalisis pengaruh sumber air dan suhu udara gua terhadap kondisi lorong dan ornamen gua, serta menganalisis persamaan dan perbedaan kondisi segmen lorong gua. Desa Argapura dipilih sebagai wilayah penelitian karena memiliki gua bawah tanah sebagai salah satu indikasi kawasan karst. Metode penelitian yang digunakan adalah overlay data geologi dan bentuk medan, sehingga menghasilkan peta wilayah morfologi eksokarst. Selain itu, dilakukan pemetaan gua untuk mengetahui kondisi gua bawah tanah. Pengaruh sumber air dan suhu udara terhadap kondisi gua dianalisis menggunakan analisis statistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa morfologi eksokarst di Desa Argapura terdiri atas dolina, dataran aluvial karst, bukit-bukit residual terisolasi, lereng dan perbukitan terkikis, serta lapies. Kondisi lorong dan ornamen gua di Desa Argapura dipengaruhi oleh sumber air dan suhu udara. Pengaruh sumber air dan suhu udara tersebut menghasilkan persamaan dan perbedaan yang digambarkan pada 11 tipe segmen lorong gua yang berbeda.
ABSTRACT
Potential development of karst area in Indonesia is very high because of the spread of its rock formers carbonate rock that reach 15,4 million hectares. But, there 39 s so many karst area in Indonesia that not yet identified and even threatened. Development of karst research study in Indonesia is very important as the first step of further karst management. The purpose of this research are to analyze exokarst morphology at Argapura Village, to analyze the influence of water source and air temperature to cave alley and cave ornament condition, and to analyze the similars and differrences of cave alley segment condition. Argapura Village was chosen as research area cause it has underground caves, which is one of the indication of karst area. The method used in this research is data overlay of geology and terrain form, that resulting exokarst morphology region map. Then, cave mapping was done to find out the condition of the underground cave. The influence of water source and air temperature to cave condition analyzed using statistic analysis. The result of this research show that exokarst morphology at Argapura Village consists of dolines, karst aluvial plains, isolated residuall hills, eroded hills and slopes, and lapies. Cave alley and cave ornament condition at Argapura Village influenced by water source and air temperature. The influence resulted similars and differrences, which described by 11 different cave alley segment types.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzan Akmal Hidayat
Abstrak :
Kabupaten gunungkidul merupakan kabupaten yang didominasi oleh kawasan karst, yang dikenal dengan karst gunung sewu. Kecamatan Purwosari merupakan kecamatan yang berada di Kabupaten Gunungkidul. Akibat karstifikasi, morfologi karst terbentuk, seperti dolina, bukit, gua, dan lain-lain. Kawasan karst dikenal dengan daerah yang kering dan kesulitan air bersih dikarenakan tidak banyak ditemukan sungai permukaan. Dolina merupakan fitur karst permukaan yang paling banyak ditemui, karena karstifikasi diawali dengan pembentukan dolina. Dolina-dolina tersebut membentuk sebuah cekungan dan telaga. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Sebaran dolina dan morfometri dolina. Sebaran dolina diidentifikasi menggunakan metode TPI dan TWI, serta sebaran jenis dolina. sementara itu, morfometri dolina melihat ukuran yaitu keliling, luas, dan volume, serta bentuk dolina yaitu bulat, oval, dan tidak beraturan. Hasil penelitian menunjukan bahwa identifikasi adanya dolina ditandai dengan TPI negatif, sebaran tersebut sebanyak 25 atau setara dengan 58%. Sementara itu, adanya dolina ditandai dengan TWI rendah, sebaran tersebut 23 atau 53,48 %. Berdasarkan klasifikasi bentuk medan, klasifikasi TPI dan TWI didominasi oleh klasifikasi dataran, yaitu sebanyak 12 atau setara dengan 27,91%. Sebaran dolina berdasarkan jenisnya, dolina berair banyak ditemukan di wilayah penelitian, total sebaran tersebut sebanyak 34 atau setara 79,06%. Akurasi antara klasifikasi TPI dan TWI adalah 65,11%. Ukuran dolina didominasi oleh bentuk medan lembah berbentuk U. Bentuk dolina didominasi dolina berbentuk oval sebanyak 18 atau sebesar 41,86 %.  ......Gunungkidul Regency is a district dominated by karst areas, known as Gunung Sewu karst. Purwosari District is a sub-district in Gunungkidul Regency. As a result of karstification, karst morphology is formed, such as dolinas, hills, caves, and others. The karst area is known for its dry areas and the difficulty of clean water because there are not many surface rivers to be found. Dolines are the most common surface karst features, because karstification begins with the formation of dolines. The dolines form a basin and a lake. The purpose of this study was to analyze the doline distribution and doline morphometry. The distribution of dolines were identified using the TPI and TWI methods, as well as the distribution of doline species. Meanwhile, doline morphometry looks at size, namely circumference, area, and volume, as well as doline shape, namely round, oval, and irregular. The results showed that the identification of the presence of doline was marked with a negative TPI, the distribution was 25 or equivalent to 58%. Meanwhile, the presence of dolina is indicated by a low TWI, the distribution is 23 or 53.48%. Based on the classification of terrain forms, the classification of TPI and TWI is dominated by plains classification, namely 12 or the equivalent of 27.91%. Distribution of doline based on its type, watery doline was found in the study area, the total distribution was 34 or equivalent to 79.06%. The accuracy between TPI and TWI classification is 65.11%. The size of the dolina is dominated by the shape of the U-shaped valley terrain. The dolina shape is dominated by oval dolina by 18 or 41.86%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyan Pramudya
Abstrak :
Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten bogor, Jawa Barat merupakan salah satu wilayah dengan sumber daya alam berupa karst yang perlu dilestarikan. Wilayah karst di Kecamatan Klapanunggal  memiliki luas sebesar 6227 ha dari total luas wilayah kecamatan kurang lebih 9549 ha atau sekitar 64% Kecamatan Klapanunggal merupakan wilayah karst. Dalam jangka panjang, wilayah karst mengalami gangguan oleh eksploitasi untuk kepentingan ekonomi seperti eksploitasi untuk sumber bahan galian batu kapur khususnya oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini mengakibatkan perubahan tutupan lahan khususnya pada unit geomorfologi karst di Kecamatan Klapanunggal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana unit geomofologi karst di Kecamatan Klapanunggal, bagaimana perubahan tutupan lahan selama rentang waktu 34 tahun dari tahun 1988 hingga 2022, dan menganalisis hubungan antara unit geomorfologi karst dengan perubahan tutupan lahan. Variabel yang digunakan untuk mengetahui unit geomorfologi karst adalah bentuk medan dan bentukan asal, sedangkan untuk mengetahui tutupan lahan tahun 1988 dan tahun 2004 digunakan citra Landsat 5 untuk tahun 2022 menggunakan Landsat 8. Metode yang digunakan dalam proses klasifikasi tutupan lahan adalah klasifikasi supervised (maximum likelihood) dengan algoritma random forest, sedangkan unit geomorfologi karst dilakukan perhitungan secara digital dan analisis overlay. Hasil menunjukan bahwa terdapat 3 jenis unit geomorfologi karst di Kecamatan Klapanunggal diantaranya terdapat dataran karst,, perbukitan karst, dan lereng karst. Perubahan tutupan lahan yang sebelumnya lahan vegetasi berubah menjadi non-vegetasi selama kurun waktu 34 tahun paling banyak mengalami perubahan adalah lahan terbangun sebesar 1132 ha. Perubahan tutupan lahan pada unit geomorfologi perbukitan karst paling besar mengalami perubahan dari lahan vegetasi ke non-vegetasi dengan luas sebesar 1419 ha. ......Klapanunggal District, Bogor Regency, West Java is one of the areas with karst natural resources that must be protected. Klapanunggal district has an area of ​​6,227 hectares out of the total area of ​​9,549 hectares or about 64% of Klapanunggal district. In the long term, the karst area has been disturbed by mining for economic benefits, such as the exploitation of limestone resources, especially by irresponsible countries. This has led to changes in land cover, especially in karst geomorphological units in the Klapanunggal area. This study aims to understand how karst geomorphological units in the Klapanunggal area, how land cover has changed over 34 years, 1988-2022, and analyze the relationship between karst geomorphological units and land cover. The variables used to determine the karst geological units are the landforms and the original model, while the Landsat 5 and Landsat 8 images are used to determine the land cover in 1988 and 2022. The method used to manage the land classification process, is the supervised classification (Maximum Likelihood) with the random forest algorithm, while the geographic units of the karst are calculated numerically and the analysis is superimposed. The results show that there are 3 types of karst geomorphological units in the Klapanunggal area, including karst plains, karst hills and karst slopes. The land cover that previously changed from vegetated to non-vegetated in 34 years changed the most on built-up land (1132 ha). Land cover change in the karst geomorphological unit of karst hills experienced the biggest change from vegetated to non-vegetated soil, with an area of 1419 ha.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handiman Rico
Abstrak :
Geomorfologi mempelajari kenampakan muka bumi, bentuk-bentuk dan proses-prosesnya. Salah satu kenampakan yang unik dan menarik untuk diteliti adalah bentuk karst. Gunung Sewu merupakan wilayah karst yang dijumpai di Pulau Jawa tepatnya pada Zone Plato Selatan (Pannekoek, 1949). Gunung Sewu mempunyai karakteristik geomorfologi yang khas yaitu bentuknya merupakan plato dengan bukit-bukit yang berbentuk kerucut dengan relief sama tinggi (100 m), dijumpai adanya gua-gua dengan ornamennya yang kuat, dan dijumpai pola aliran bawah tanah. Wilayah penelitian termasuk dalam Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Yang menjadi masalah dalam tulisan ini adalah bagaimana karakteristik Plato Gunung Sewu dengan penekanan pada karakteristik gua karst dan pola penyebaran per satuan unit geomorfologi. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan karakteristik geomorfologi Plato Gunung Sewu adalah mencakup ciri-ciri guanya dan pola aliran sungainya. Plato Gunung Sewu terdiri dari empat unit geomorfologi, yaitu Unit Dendritik Utara, Unit Dendritik Selatan, Unit Sisa Peneplain dan Unit Aliran Bawah Tanah. Penyebaran Unit Dendritik di bagian Utara dan Selatan didominasi oleh batuan sedimen. Unit Sisa Peneplain merupakan dataran yang hampir rata. terbentuk ketika pengangkatan mengalami percepatan yang ditandai oleh pergeseran pantai purba ke arah utara. Unit Aliran Bawah Tanah terbentuk ketika pengangkatan mengalami percepatan yang sangat tinggi pada periode akhir, penyebarannya di bagian selatan dengan batuan yang mendasari karang koral kapur. Sungai-sungainya mengalir di dalam tanah, proses erosi kimiawi, dan pembentukan kapur terus berlangsung sepenuhnya di Wilayah Plato Gunung Sewu.
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Laily Romadhotul Husna
Abstrak :
Produksi beras sangat bergantung kepada potensi lahan padi. Potensi setiap lahan akan berbeda karena perbedaan pada faktor fisik dan faktor manusia yang mengelola lahan tersebut. Kecamatan Ponjong dan Semanu, Kabupaten Gunungkidul menjadi lokasi penelitian karena merupakan kecamatan yang terdapat di Bentang Alam Kars Gunungsewu dengan luasan sawah terluas. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola spasial dan hubungan kesesuaian dan produktivitas lahan padi sawah di Kec. Ponjong dan Semanu. Variabel yang digunakan yakni suhu permukaan, jumlah bulan basah, drainase, tekstur, pH, kedalaman tanah, KTK (kapasitas tukar kation), KB (kejenuhan basa), kemiringan lereng dan produktivitas lahan padi sawah. Untuk mendapatkan kelas kesesuaian lahan digunakan metode matching, sedangkan untuk mengolah data produktivitas lahan dan pengelolaannya yang didapat dari hasil survey lapang digunakan metode matriks korelasi. Selanjutnya dilakukan analisis spasial untuk kelas kesuaian lahan dan produktivitas lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan padi sawah yang paling sesuai, dominan berada pada bentuklahan Plato Kars bagian Barat Laut yakni dengan kelas kesesuaian cukup sesuai (S2) dengan penghambat retensi hara (nr) yakni kadar pH agak alkalis. Untuk kelas kesesuaian lahan padi sawah terendah dengan penghambat bahaya erosi (Neh) berada pada bentuklahan Zona Kars Konikal, dengan kemiringan lereng >15%. Terdapat hubungan antara kelas kesesuaian dengan produktivitas lahan padi sawah, yaitu semakin berat faktor penghambat maka tingkat produktivitasnya semakin rendah.
Rice production is very dependent on the potential of rice fields. The productive potential of each land will be different due to differences in physical and human factors that affect the land. Ponjong and Semanu Subdistrict in Gunungkidul Regency were the locations of the study because these subdistricts located in the Gunungsewu Karst Region have the widest areas of rice fields. The purpose of this study was to describe the spatial pattern of suitability and productivity of the rice fields, as well as the relationship between the land suitability class and the productivity of the rice fields in Ponjong and Semanu Subdistrict. Variables used are surface temperature, number of wet months, drainage, texture, pH, soil depth, cation capacity, base saturation and slope, productivity of the paddy fields. The correlation matrix method is used to process land productivity data and its management, while a spatial analysis was used for the land suitability class and land productivity. The results show that the most suitable rice fields are in the Plato Karst landform, which is moderate suitable (S2) with nutrient retention inhibitors (nr) in a rather alkaline pH level found in the nortwest side of Plato Karst. The lowest rice field suitability is found in Karst Conical zone with erosion hazard inhibitors (Neh) and slope above 15%. The study confirms the relationship between land use classes with the productivity of rice field; the more inhibiting factors found in the area, the lower the level of productivity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Riadini
Abstrak :
Karst dapat dicirikan dengan mengidentifikasi terdapatnya sinkhole atau lembah kering dalam berbagai ukuran dan bentuk, langka atau tidak terdapatnya sungai permukaan, dan terdapatnya goa dari sistem drainase bawah tanah. Kecamatan Semanu dan Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul termasuk ke dalam kawasan karst Gunungsewu. Kedua kecamatan ini banyak dijumpai fenomena sinkhole. Sinkhole pada proses karstifikasi lebih lanjut dapat terjadi amblesan. Amblesan dapat sangat berbahaya dalam aspek kewilayahan karena berhubungan dengan kehidupan di permukaan dan perencanaan infrastruktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran amblesan pada bentang alam karst di Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Semanu, Kab. Gunung Kidul dan menganalisis wilayah potensi amblesan berdasarkan faktor pendorong dan faktor pengontrol yang mempengaruhi terjadinya amblesan pada bentang alam karst Pola sebaran amblesan dianalisis menggunakan analisis tetangga terdekat dan menghasilkan nilai indeks 0.553 yang berarti pola sebaran amblesan adalah mengelompok. Wilayah potensi amblesan dibuat dengan mengolah peta kelerengan, peta ketinggian, peta indeks vegetasi, dan peta suhu permukaan tanah. Keempat peta dioverlay kemudian dibuat klasifikasi menjadi wilayah potensi tinggi, sedang, dan rendah. Hasil pengolahan menunjukkan sebagian besar wilayah Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Semanu merupakan wilayah potensi tinggi amblesan dan dibuktikan dengan 80 persen amblesan terjadi di wilayah potensi tinggi dengan curah hujan mempengaruhi wilayah amblesan. ...... Karst can be characterized by identifying the presence of sinkhole or dry valleys in various sizes and shapes, rare or absent surface rivers, and the presence of caves from underground drainage systems. District of Semanu and District of Ponjong, Gunung Kidul Regency belong to karst area Gunungsewu. Both subdistricts are often foundphenomenon synthetic. Sinkhole on further karstification process can occur subsidence. Amblesan can be very dangerous in the cantonal aspect as it relates to life on the surface and infrastructure planning. This study aims to determine the pattern of dispersal distribution in karst landscapes in District Ponjong and District Semanu, Kab. Gunung Kidul and analyze the potential region of subsidence based on the driving factors and the controlling factors that affect the occurrence of subsidence in the karst landscape. The dispersion distribution pattern is analyzed using nearest neighbor analysis and yields the index value 0.553 which means the pattern of the distribution of the subsidence is clumped. Areas of potential subsidence are made by treating gradient maps, altitude maps, vegetation index maps, and surface temperature maps. The four dioverlay maps are then classified into high, medium, and low potential areas. The processing result shows that most of Ponjong and Semanu sub districts are high potential subsidence area and proved by 80 of subsidence in high potential area with rainfall affecting the subsidence area.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Fitri Novita Sari
Abstrak :
Kabupaten Gunungkidul merupakan bagian paling penting dalam megasistem Karst Gunung Sewu yang memiliki morfologi beragam. Kecamatan Semanu dan Ponjong merupakan dua kecamatan yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul. Morfologi karst seperti gua, dolina, bukit, dan sebagainya terjadi karena karstifikasi atau proses pembentukan karst di kawasan tersebut. Perubahan dalam morfologi karst dapat berdampak negatif, contohnya seperti pada perubahan dolina dapat berdampak amblesan tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan pola persebaran tiap dolina dengan melihat karakteristik karstifikasi dolina. Karakteristik dolina yang digunakan adalah jenis, morfomteri, suhu permukaan tanah, dan indeks vegetasi tiap dolina. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, perencanaan wilayah dan pembangunan dapat memperhatikan wilayah pola sebaran dolina yang berpotensi terjadi perubahan bentuk. Penelitian ini menggunakan metode penginderaan jauh untuk pengolahan citra Landsat 8 dan selanjutnya metode sistem informasi geografis digunakan untuk analisis overlay seluruh variabel, selanjutnya digunakan analisis morfomteri untuk pengukuran dolina dan Nearest Neighbor Analysis untuk pola sebaran dolina. Jenis dolina ini terbagi menjadi dolina berair dan dolina kering. Sementara menurut bentuknya dibagi menjadi dolina oval, bulat, dan tidak beraturan. Dolina yang berbentuk bulat memiliki rasio panjang/lebar paling kecil dari jenis dolina lain, tetapi dolina tersebut memiliki rasio lebar/kedalaman yang paling tinggi dari jenis dolina lain. Berbeda dengan dolina bulat, dolina oval memilki rasio panjang/lebar yang paling besar tetapi memiliki rasio lebar/kedalaman yang paling kecil. Dolina di wilayah penelitian memiliki pola sebaran mengelompok dengan indeks tetangga terdekat 0,843, karakteristik dalam mayoritas sebaran mengelompok di wilayah penelitian memiliki suhu permukaan tanah yang tinggi dibandingkan kelompok dolina yang acak, sedangkan indeks vegetasi pada mayoritas kelompok dolina acak memiliki indeks vegetasi yang rapat dibandingkan kelompok dolina yang mengelompok. ...... Gunungkidul regency is one most important part of Gunung Sewu Karst mega system which has the variety of morphologies. Semanu and Ponjong district are included in Gunungkidul regency which has karst morphologies such as caves, doline, hills, and the others were formed as result of karstification or karst forming. The morphological changes in karst forming could have negative impacts, such as modification of doline could have impact sinkholes occurrence. The aim of this research is to know the characteristics and distribution pattern of doline by determining doline rsquo s morphometry by measuring the length, height, and depth, surface temperature, and vegetation index of each doline. This research aims to support regional planning and development by observing the potential change of doline. This research used remote sensing method using Landsat 8, the geographic information system method is used for overlay analysis of the variables, furthermore, morphometric analysis method used to measuring dolines and Nearest Neighbor Analysis method used to find the distribution pattern of doline. Based on its characteristics, doline is divided into wet and dry. Doline has three different shapes, which are oval, round, and irregular. Doline which has round shape has the smallest length width ratio but has the highest width depth ratio of the other types of doline. Different with round doline, doline which has oval shape has the highest length width ratio but has the smallest width depth ratio. This doline rsquo s research area has the group distribution pattern which has nearest neighbor index 0,843. The characteristics of the group distribution pattern have the highest amount of surface than the random distribution pattern, while the random distribution has the highest vegetation index than the group distribution pattern.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library