Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amrayadi Nawawi
Abstrak :
Pesatnya pertumbuhan pembangunan perkotaan telah membawa implikasi makin terbebaninya kondisi lingkungan perkotaan. Meningkatnya laju migrasi penduduk yang mengarah ke kawasan perkotaan disebabkan kurang meratanya pembangunan antara kota dan desa di mana sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat lebih banyak terdapat di perkotaan. Lahan pekerjaan yang menjanjikan lebih tersedia di perkotaan. Banyaknya penduduk yang masuk dan menetap diperkotaan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara penyediaan kebutuhan prasarana kota dengan kebutuhan penduduk. Menurut data yang dikemukakan dalam RT/RW Palembang 1999-2009 menyebutkan bahwa dari total luas Kota Palembang yaitu 40.061 ha, dengan total luas daratan 38.253 ha dan luas perairan 1.808 ha. Kawasan daratan yang diperuntukkan sebagai kawasan budi daya pada tahun 1998 seluas 33.688 ha, sementara kawasan lindung yang ditetapkan seluas 485 ha. Pada tahun 1999 kawasan budi daya bertambah menjadi 37768 ha, sementara kawasan lindung masih dengan luasan yang sama, yaitu 485 ha. Luas kawasan yang diperuntukan sebagai lahan perumahan seluas 15522 ha. Saat ini lahan yang diperuntukan sebagai lahan perumahan baru mencapai 25% dari total kawasan peruntukannya. Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian: belum optimalnya pemanfaatan lahan untuk perumahan di kota Palembang. Selanjutnya pertanyaan penelitian di kemukakan sebagai berikut: Faktor-faktor apakah yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan perumahan di Kota Palembang? Bagaimana prediksi tekanan pertumbuhan penduduk terhadap ketersediaan lahan untuk perumahan? Bagaimana model dinamik yang menggambarkan rencana tata ruang Kota Palembang yang didasarkan pada pertumbuhan penduduk dan keterbatasan sumberdaya lahan perumahan? Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1. Mengetahui faktor-faktor apakah yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan untuk perumahan di Kota Palembang 2. Mengetahui prediksi pemanfaatan lahan untuk perumahan diKota Palembang 3. Membuat model Pemanfaatan lahan untuk perumahan di Palembang Untuk mencapai tujuan tersebut, metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode ex post facto dan metode survey. Penelitian ini bersifat deskriptif, yang menggambarkan pertumbuhan penduduk dan unit perumahan di Kota Palembang. Pendekatan analisis yang digunakan disamping pendekatan deskriptif dan analisis spacial juga dilakukan pendekatan dengan model sistem dinamik, menggunakan software Powersim Versi 2.5. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pendekatan analisis yang dilakukan untuk pemecahan masalah digunakan pendekatan secara deskriptif berdasarkan output simulasi model. Pendekatan analisis ini dilakukan untuk melihat prediksi pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan unit perumahan di Kota Palembang. Model yang dihasilkan disimulasikan selama kurun waktu 50 tahun simulasi yaitu 1997-2047. Berdasarkan simulasi model yang dibangun, daya dukung kola Palembang yang dapat menampung unit perumahan yang dibangun akan mencapai puncaknya pada tahun ke 37 (2033), Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: - Faktor-faktor yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan di Kota Palembang diantaranya adalah faktor ekonomi, transportasi, karateristik lahan dan fear of crime. - Lahan yang diperuntukan sebagai kawasan perumahan di Kota Palembang masih dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk sampai dengan tahun 2033 (tahun ke 37). - Lahan dimaksud sudah termasuk lahan rawa yang diperuntukkan sebagai kawasan perumahan. Pendekatan model dinamika sistem dapat mengakomodasi dan membantu dalam menganalisis kebijakan pemanfaatan lahan perumahan yang termasuk dalam perencanaan tata ruang Kota Palembang.
The rapid growth of urban development has led to implication of burden on environmental condition. The increase of civilian migration to urban region is caused by the unbalanced development between urban and rural area. The great number of people migrating living in urban area results in the imbalance of infrastructure availability and civilian necessity. According to the mentioned data in The regional city planning (RTRW) in 1994-2004, the total area of Palembang city is 40. 061 acre. The total area of mainland is 38.253 acres, while the total area of sea is 1.808 acres. The total area that is used for preservation in 1998 as wide as 33.688 acres, while the conservation that was determined is 485 acres. The preservation area in 1999 increased to 37768 acre, while the conservation is still the same. The total area of open space is located at non-profitable area economically. The dependence of inhabitants on the area whose sufficient economic instrument causes the land use for housing not optimum. Based on the description that was mentioned above, the writer formulates problems as follows: - What factors that influence the land use for housing in Palembang city? - How is prediction the increase of population and land availability for housing? - Is that an existing dynamic model that describes the regional city planning in Palembang city, which is based on the increase of population and the limited resources for housing? The aim of this research is the optimum of land use for housing to achieve this aim, the researcher uses the qualitative and quantitative approach with the ex post-facto and survey method. The character of this research is descriptive method, which describes the growth of population and housing unit in Palembang city. Besides the descriptive method, which is based on output simulation model, the researcher also applies the dynamic system model using the powersim software version 2.5. The data used this study is: primary and secondary data. This analysis conducted to predict the increase of population and the growth of housing unit in Palembang city. The result of this model was simulated as long as fifty years from 1996-2033. According model simulation, the carrying capacity of Palembang city that can accommodate the housing unit will reach the peak in 2033. Based pn explanation above, the researcher draws the conclusion as follows: 1. Factors that influence land use in Palembang city are economy, transportation, Land characterization and fear of crime. 2. The natural population growth and movement or urbanization influenced the increase of population. 3. The model of dynamic system enables to direct policy of land use for housing, which is based on the increase of population growth.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agung Usadi H
Abstrak :
Urbanisasi merefleksikan tuntutan penambahan fasilitas kehidupan warga kota, teristimewa pada aspek pemukiman. Naiknya grafik penambahan fasilitas pemukiman ini akan menjumpai kendala pada aspek penyediaan tanah. Hal ini akan menyebabkan invasi oleh masyarakat golongan menengah ke bawah pada tanah-tanah yang relatif murah di tepi kota dan terjangkau oleh sarana transportasi. Hal tersebut di atas nampaknya telah tercermin dalam data sebaran pemukiman di Jakarta. Sebaran tersebut menunjukkan tingginya kepadatan pemukiman di tepi kota Jakarta pada jalur Jakarta-Tangerang, Jakarta-Bekasi dan jalur Jakarta-Bogor. Bila disingkap lebih lanjut, data ini juga mencerminkan sebaran perubahan dari tanah dengan okupasi untuk persawahan yang dominan menjadi okupasi untuk pemukiman. Untuk mencermati penyataan tersebut secara tajam, penelitian diarahkan pada data yang ada di Selatan DKI Jaya dan wilayah Selatan DKI Jaya di koridor Kota Administratif Depok serta Kecamatan Bojong Gede sepanjang 26 km. Data akan ditilik melalui peta penggunaan tanah tahun 1912, tahun 1976, tahun 1979 dan tahun 1992. Dalam kerangka inventarisasi data pertanahan dari waktu ke waktu pada wilayah kajian dikaitkan dalam analisisnya dengan tuntutan kebutuhan pemukiman serta melihat implikasinya pada fungsi sistem irigasi yang telah ada, dapat dikemukakan permasalahan yang terbagi atas Permasalahan Pokok dan Permasalahan Spesifik. Permasalahan pokok menekankan pada inventarisasi pola pemilikan, penguasaan, penggunaan tanah dan inventarisasi kebutuhan air irigasi di wilayah kajian pada rentang waktu pengematan tahun 1912, 1976, 1979 dan tahun 1992. Sedang permasalahan spesifik lebih mengkaji perihal harga tanah, perubahan harga tanah dikaitkan dengan perubahan penguasaan dan penggunaan tanah serta karakteristik wilayah spekulatif dikaitkan dengan perubahan harga tanah. Hasil analisis menunjukkan hal-hal sebagai berikut : 1. Keterangan pemilikan tanah dari tahun pengematan ke tahun pengamatan berikutnya didominasi dalam bentuk girik. 2. Penguasaan tanah dalam bentuk kontrak ditemukan mendekati pusat fasilitas kegiatan. 3. Luas jenis penggunaan tanah persawahan ditemukan dalam luas yang lebih sempit dibandingkan untuk bukan persawahan pada wilayah kajian mulai dari ketinggian 50 meter. 4. Arah perubahan penggunaan tanah lebih diorientasi oleh faktor-faktor ekonomi. 5. Harga tanah ditemukan naik menuju pusat fasilitas kegiatan dan turun manakala menjauhi pusat fasilitas kegiatan. 6. Ditemukan bahwa kebutuhan pasokan air irigasi dari tahun pengamatan ke tahun pengamatan berikutnya semakin berkurang. 7. Wilayah spekulatif umumnya ditemukan mendekati pusat fasilitas kegiatan. Luas wilayah spekulatif akan mengikuti intensitas pusat fasilitas kegiatan. ......Urbanization reflecting on requirements of additional living facilities for towns people, especially on the aspects of settlement. The rising curve of facility addition for settlements will meet with obstacles regarding the aspect of land supply. This fact will lead to invasion by the middle class and lower on the lands that are relatively cheap at the city periphery and are within the reach of means of transportation. The above fact seems to be-reflected in the data of settlement spreading in Jakarta. This spreading indicates the density of settlements at the city periphery of Jakarta on the Jakarta - Tangerang, Jakarta - Bekasi and Jakarta - Bogor corridor. If further disclosed, these data also reflect the distribution of changes of land occupied by wet rice fields s dominant factors into occupations for settlements. In order to pay closer attention to this reality, research must be directed to data available in the South of the DKI Jakarta and the Southern Region on the DKI Jakarta on the corridor of the highway connecting the district of Lenteng Agung and the Administrative Towb of Depok besides the District of Bojong Gede, 26 kilometers long. The data will be checked by using land use maps of 1912, 1976, 1979 and 1992 edition. In connection with the inventorization of land data from time to time, the analysis of the area study is related with the demands of settlement and viewing its implication in the function of the existing irrigation system. The problem can be presented as being divided into the Main Problem and the Specific Problems. The main problem stresses the inventorization of the pattern of ownership, land tenure, utilization of land and inventorization of the need for irrigation water in the area being studied, during the time of observation from 1912 through 1976 and 1979 until 1992. Meanwhile the specific problems are more occupied with land prices, changes in land prices connected with changes in land tenure and land use and characteristics of the speculative area connected with changes in land prices. The result of the analysis indicate the following matters : 1. The data of landownership from one year of observation to the next year are still dominated by "girik". 2. Land tenure in the from of "kontrak" is found in the regions near the center of activity facilities. 3. The extent of the types of utilization of dry rice fields is found in a smaller area compared to non-wet rice fields in the area being studied, beginning from an altitude of 50 meters. 4. Direction of changes in land use is more deter-mined by economic factors. 5. The land prices are found to be rising toward the center of activity facilities and falling as they get more remoe from the center of activity facilities. 6. It is concluded that the need for supply of irrigation water from one observation year to the next keeps decreasing. 7. The speculative area is in general found near to the center of activity facilities. The extent of the speculative area will follow the intensity of the activity facilities.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eki Karsani Apriliyadi
Abstrak :
ABSTRAK
Isu alih fungsi lahan telah menjadi perhatian banyak orang dan sering menjadi tema penelitian. Dari beberapa studi tentang alih fungsi lahan, perhatian terhadap isu alih fungsi lahan sawah menjadi kolam dirasa masih jarang. Penelitian ini mengangkat isu alih fungsi lahan pertanian yang terjadi di desa Sumurgintung seiring dengan begitu intensifnya kegiatan budidaya ikan mas yang dilakukan petani. Alih fungsi lahan yang terjadi masih berada dalam ranah yang sama yaitu masih dalam kegiatan pengolahan lahan yang produktif. Temuan lapangan menunjukkan bahwa peristiwa alih fungsi lahan dari sawah menjadi kolam yang secara massif terjadi pada tahun 90-an dipengaruhi oleh adanya intervensi pasar seiring dengan adanya perkembangan kegiatan budidaya ikan di daerah Subang Selatan sebagai sentra budidaya ikan kolam air deras dan perkembangan kegiatan perikanan kolam jaring apung di Waduk Cirata dan Jatiluhur. Perubahan yang terjadi tidak hanya perubahan dalam ekosistem lahan saja, tetapi juga menyangkut perubahan sosial, ekonomi dan pengetahuan masyarakat itu sendiri. Temuan lapangan lain pun menunjukkan bahwa pengetahuan teknis terkait dengan pengelolaan kegiatan budidaya ikan menjadi hal penting yang harus dipahami petani, ketika mereka melakukan alih fungsi lahan. Sehingga pengetahuan tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap petani yang melakukan alih fungsi lahan. Perubahan sawah menjadi kolam berimplikasi secara luas terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu untuk memahami mengapa banyak lahan sawah yang berubah menjadi kolam dan pengetahuan apa yang melatarbelakangi petani ketika mengalihfungsikan lahannya, dan apa implikasinya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat, penulis menggunakan metode etnografi dengan pengamatan secara terlibat dan wawancara mendalam
ABSTRACT
The Issue of land-use change becomes attention of many people and frequently appears as theme of studies. Of the few studies of land-use change, attention to issue of land-use change of paddy fields to ponds is still rare. This study focused on issue of land-use change of farming land that occured in Sumurgintung village along with the very intensive activities of bussines of golden fish fishery.The land-use change which occured is still in the the same domain that is stil in productive land processing activities. Some findings indicate that the event of land-use change from paddy field to fish ponds which massively occured in 1990s was influenced by the intervention of markets along with the growth of fisheries activities in the Southern Subang as the centre of running water fisheries and the growth of floating net fisheries activities in Cirata and Jatiluhur dam. The change that occured is not just the change of ecosystem itself, but involving social, economy, and community knowledge change. Some other findings indicate that the technical knowledge of fisheries activities appear as important thing for farmer to understand when they commit land-use change. So, that knowledge influenced significantly to farmer who commit land-use change. The change of paddy fields became ponds had implicated broadly to the social economic life of the community itself. Therefore, in order to understand why many paddy fields changed and became fish ponds and what knowledge which is the cause of farmer commited land-use change, and what its implications to social economic life of the community, I use ethnographic method with participation observation and indepth interview.
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhidin Susanto
Abstrak :
Kecamatan Ciampea, kabupaten Bogor telah berkembang pesat menjadi kawasan perkotaan. Tekanan pertumbuhan penduduk dan urbanisasi menyebabkan peningkatan kawasan permukiman dan perubahan fungsi lahan. Penelitian bertujuan menganalisis perkembangan kawasan permukiman di kecamatan Ciampea yang meliputi analisis pola sebaran, kesesuaian guna lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi lokasi permukiman. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif ditambah dengan penjelasanpenjelasan dengan metode kualitatif. Dengan analisis tetangga terdekat didapatkan pola sebaran permukiman perkotaan di Ciampea cenderung mengelompok, sementara pola sebaran permukiman pedesaan menunjukkan pola seragam. Hasil evaluasi guna lahan disimpulkan 98,74% permukiman perkotaan sesuai dengan kebijakan tata ruang kabupaten Bogor, sementara kesesuaian permukiman pedesaan 75,56%. Dari kesesuaian kondisi geografis, permukiman perkotaan dan pedesaan sebagian besar berada dikawasan layak bangun (96,82% dan 90,88%). Hasil analisis komponen utama diketahui bahwa faktor dan variabel yang mempengaruhi sebaran dan perkembangan lokasi permukiman di kecamatan Ciampea adalah: faktor sosial demografi (kepadatan, kondisi pendatang, kesamaan pendidikan & pekerjaan dan kesamaan suku & budaya); faktor infrastruktur (fasilitas, akses jalan, akses pada pekerjaan, kendaraan, dan moda angkutan); faktor Fisik Lingkungan (kualitas hunian, sumber air dan suasana alam); faktor Ekonomi (harga rumah dan biaya transportasi); dan faktor Kebijakan (kredit bank dan pengetahuan kebijakan tata ruang). ...... Ciampea district, Bogor regency has rapidly developed into urban areas. Pressures of population growth and urbanization led to an increase in settlement areas and land use change. This study aims to analyze the development of residential areas in the Ciampea district that includes distribution pattern analysis, the suitability of land use and the factors that affect settlement location preferences. This study used a descriptive quantitative approach coupled with explanations with qualitative methods. With nearest neighbor analysis of the distribution pattern obtained urban settlements in Ciampea tend to cluster, while the distribution pattern of rural settlements is dispered. The results of the evaluation of land use 98.74 % of urban settlements concluded in accordance with the Bogor district land policy, while 75.56 % of rural settlements suitability. Suitability of geography, urban and rural settlements mostly decent wake region ( 96.82 % and 90.88 % ). The results of principal componen analysis shows that the factors and variables that affect the distribution and development of settlements in the district Ciampea are: socio-demographic factors (density ,entrants conditions , the similarity education & employment and culture & ethnicity); infrastructure factors (facilities, access roads, access to jobs, vehicles, and modes of transportation); Environment Physical factors (residential quality, water resources and natural atmosphere); Economic factors (housing prices and transportation costs), and policy factors (bank credit and knowledge of spatial policy).
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Latif Nur Khafidz
Abstrak :
Skripsi ini menjelaskan bagaimana konflik perubahan penggunaan lahan yang terjadi antara Sekolah Master dengan koalisi Pemerintah Kota Depok dan PT Andyka Investa. Adanya perubahan penggunaan lahan yang yang ditempati Sekolah Master dari fungsi penunjang pendidikan untuk menunjang kepentingan ekonomi menjadi penyebab munculnya konflik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menjelaskan konflik tersebut. Penelitian ini menggunakan teori growth machine untuk menganalisa konflik yang terjadi antara Sekolah Master dengan koalisi Pemerintah Kota Depok dan PT Andyka Investa. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kepentingan antara Sekolah Master dengan koalisi Pemeintah Kota Depok dan PT Andyka Investa dalam penggunaan lahan Terminal Depok.
This thesis explains how the change land-use conflict that occur between the Master School against coalition's of Depok City Government and Andyka Investa Ltd. in revitalition of Depok City's terminal. The conflict is caused by the change of the land-use of Master School from education support's function to economic interest's function. This study uses qualitative method to resolve the conflict. This study uses growth machine theory to analyze conflict between Master School and coalition's of Government Depok City and Andyka Investa Ltd. The results of this thesis shows that there are a different interest between Master School, the coalitions's of Depok City Government, and Andyka Investa Ltd regarding the usage of Depok Terminal area.
2016
S61755
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Said Buchari
Abstrak :
Perubahan tataguna lahan yang terjadi didaerah Jakarta dan Jawa Barat memberikan pengaruh besar terhadap debit banjir yang masuk ke Banjir Kanal Timur. Hal ini menyebabkan kapasitas dan desain dari Banjir Kanal Timur yang awalnya di desain berdasarkan Masterplan for Drainage and Flood Control of Jakarta oleh Nedeco pada tahun 1973 perlu dikaji ulang dan dibandingkan dengan Review Disain Banjir Kanal Timur oleh Konsultan Pekerjaan Umum Balai Besar Ciliwung-Cisadane. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam penulisan seminar skripsi ini dilakukan analisa terhadap kapasitas dan desain dari Banjir Kanal Timur berdasarkan Peta Perubahan Tata Guna Lahan tahun 1980 dan 2000. Analisa yang dilakukan adalah dengan melakukan prediksi perubahan tata guna lahan pada tahun 1985 dan 2025 berdasarkan data perubahan tata guna lahan tahun 1980 dan tahun 2000 serta data curah hujan distasiun yang dianggap mewakili untuk memberikan kontribusi ke Banjir Kanal Timur. Perhitungan dilakukan dengan manual (metode rasional) dan bantuan program (SMADA versi 6.43) sebagai perhitungan hidrologinya serta HEC-RAS versi 3.1.3 sebagai perhitungan hidrolika. Dari hasil perhitungan tersebut akan dibandingkan dengan desain awal dan review desain BKT sehingga dapat diketahui apakah kapasitas dan disain dari BKT masih terpenuhi dan selanjutnya dicarikan solusi penanganan dan upaya-upaya lainnya dalam menanggulangi banjir yang terjadi. ......The Changes of land use that happened in district of Jakarta and West Java give major effect to floods debit which step into Eastern Banjir Canal (EBC). This matter cause capacities and design from Eastern Banjir Canal which initially in design of pursuant to Masterplan For Drainage And Flood Control Of Jakarta by Nedeco in the year 1973 need re-studied and compared to Review Design of Eastern Banjir Canal by Consultant of Public Work of Big Hall of Ciliwung-Cisadane. Going together the mentioned hence in writing of this paper done by analysis to capacities and design from Eastern Banjir Canal of pursuant to map of land used changes in Year 1980 and 2000. Analysis taken by doing prediction of land used changes in the year of 1985 and 2025 pursuant to changes land used data in year of 1980 and 2000 and also rainfall data that assumed to station deputize to give contribution to East Banjir Canal. Calculation done with manual (rational method) and the aid program (SMADA Version 6.43) as calculation of hidrologic also HEC-RAS Version 3.1.3 as calculation of hidrolik. From the result of the calculation will be compared to design of early and knowable review design of Eastern Banjir Canal so that whether capacities and designed from Eastern Banjir Canal still be fullfiled and then be looked for solution of handling and other efforts in overcoming floods that happened.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38701
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nuraisyah Dewi
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penelitian murni dengan menggunakan metode qualitatif yang membahas perkembangan konsepsi wilayah pinggiran kota dan penerapannya di Depaltemen Geograi UI. Metode analisis yang digunakan adalah analisis isi dan analisis komparatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terjadi perkembangan konsepsi wilayah pinggiran kota di Departemen Geografi UI pada periode 1980-an sampai 2000-an. Pada periode 1980-an konsepsi wilayah pinggiran kota didominasi oleh pendekatan pemanfaatan lahan dan pendekatan sosial, periode 1990-an didominasi oleh pendekatan wilayah fungsional dan periode 2000-an didominasi oleh pendekatan sosial. Metodologi yang diterapkan untuk menentukan wilayah pinggiran kota di Departemen Geografi UI juga mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pada Periode 1980-an, metodologi yang diterapkan didominasi oleh pendekatan sosial dengan penerapan teknik deliniasi wilayah pinggiran kota berdasarkan administratif. Pada Periode 1990-an, metodologi yang diterapkan untuk menentukan wilayah pinggiran kota didominasi oleh pendekatan sosial dan wilayah fungsional dengan penerapan teknik deliniasi Wilayah pinggiran kota berdasarkan jarak dari pusat kota. Periode 2000-an, metodologi yang diterapkan untuk menentukan wilayah pinggiran kota didominasi oleh pendekatan pemanfaatan lahan (ruang bersifat kontinurn) dengan penerapan teknik deliniasi Wilayah pinggiran kota lebih ditekankan berdasarkan pemanfaatan lahan secara gradual. Secara keseluruhan dalam periode 1980-an hingga 2000-an, studi Wilayah pinggiran kota di Departemen Geografi UI memperlihatkan adanya percampuran gagasan (inkonsistensi) teoritis yang mana deinisi, kriteria dan metodologi yang diterapkan untuk menentukan wilayah pinggiran kota pada suatu studi tidak bersumber dan satu teori wilayah pinggiran kota. ......This is pure research which use a qualitatif method to explain development of urban fringe and its applied in Department of Geography, University of Indonesia. Analysis method was content analysis and comparative analysis. The result of this study concluded that urban fringe concept in Department of Geography, University of Indonesia from l980’s until 2000’s period have development. l980's period, concept of urban fringe was dominated by land refonn and social approach. l990’s period concept of urban fringe was dominated by functional approach and 2000's period concept of urban fringe was dominated by social approach. The method implemented to determine urban fringe was also significantly developed. In l980’s period, the method was dominated by social approach with delineation of urban fringe with administrative. In l990's period, the method was dominated by functional and social approach with delineation of urban fringe with distance from central business district. In 2000's period, the method was dominated by land reform approach with delineation of urban fringe With view of land reform gradual. In general, in l98O's until 2000's period, the study of urban fringe in Department of Geography, University of Indonesia show a mix of theoritical ideas (inconsistency) Where the definition, criteria and methodology use to detennine the urban fringe in certain studies were not originated from urban fringe theory.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34099
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Tagor M.
Abstrak :
Penelitian ini benujuan untuk mengetahui penyimpangan yang teljadi terhadap kondisi yang diperkirakan (diproyeksikan) dalam penyusunan rencana kota Cirebon. Penyirnpangan yang teljadi diketahui berdasarkan evaluasi terhadap Rencana Induk Kota (RIK). Evaluasi dilakukam terhadap beberapa variable penentu, yaitu Struktur pemanfaatan mang, stmktur utama tingkat pelayanan kota, system utama jaringan transportasi dan system utamajadngan utilitas kota. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan terdapat penyimpangan dari kondisi yang diperkirakan (diproyeksikan) dalam penyusunan Rencana Induk Kota Cirebon Nilai penyimpangan rata-rata (%) dari Evaluasi Rencana Induk Kota Cirebon adalah 80,61 Berdasarkan ketentuan Departemen Dalam Negeri cq Dirjen Pembangunan Daerah No. 850/803/BANGDA Maret 1993, tentang penilaian evaluasi RIK -yaitu apabila penilaian evaluasi PJK menghasilkan angka > 50, maka RIK tersebut harus ditinjau kembali.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T16800
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrumaisha Rani Khairunnisa
Abstrak :
Tesis ini berisi analisis tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum terhadap kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi di Indonesia yang ditinjau dari Pedoman Tata Kerja BP MIGAS Nomor 027/PTK/XII/2007 Tentang Pengadaan Tanah dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat yuridis normatif dengan tipologi penelitian yang sifatnya eksploratoris dan juga metode analisis data yang bersifat kualitatif. Hasil penelitian menyatakan bahwa prosedur pengadaan tanah untuk kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang kini mengacu pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum mengakibatkan jangka waktu pengadaan tanah menjadi semakin lama sehingga dapat menghambat program percepatan penambahan cadangan produksi minyak dan gas negara, yang akan membuat kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi di Indonesia mengalami stagnasi. Peneliti menyarankan agar pemerintah segera mengembalikan prosedur pengadaan tanah untuk kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi pada Pedoman Tata Kerja BP MIGAS Nomor 027/PTK/XII/2007 Tentang Pengadaan Tanah. ......The thesis contains an analysis about the acquisition of land for development in the public interest to the oil and gas upstream business activities in Indonesia, a review of the BP MIGAS Work Procedures Guidelines Number 027/PTK/XII/2007 Concerning Acquisition of Land and Law Number 2 of 2012 Concerning Acquisition of Land for Development in the Public Interest. The research is using juridical normative methods with an exploratorical research typology and qualitative data analysis method. The results stated that the current procedures to acquire land for the oil and gas upstream business activities refers to the Law Number 2 of 2012 Concerning Acquisition of Land for Development in the Public Interest causes a much longer period that could inhibits the acceleration of additional reserves program of the state’s oil and gas, which could cause a stagnation in the oil and gas upstream business activities in Indonesia. The researcher suggests the government to immediately returned the acquisition of land procedures to the BP MIGAS Work Procedures Guidelines Number 027/PTK/XII/2007 Concerning Acquisition of Land.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
T35567
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>