Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lutfi Aulia
"LPG (Liquefied Petroleum Gas) merupakan bahan bakar yang digunakan untuk sektor rumah tangga di Indonesia. Setelah program konversi dari penggunaan minyak tanah ke LPG secara masif untuk sektor rumah tangga pada tahun 2008, permintaan akan LPG meningkat hingga dua kali lipat dan lebih dari 50% kebutuhan dalam negeri merupakan impor. Sumber energi alternatif dibutuhkan untuk bisa mensubstitusi LPG sebagai bahan bakar sektor rumah tangga guna mengurangi angka impor LPG yang sudah mencapai 70%. Dimetil Eter (DME) merupakan bahan bakar yang memiliki sifat yang mirip dengan LPG sehingga dapat digunakan secara langsung dalam menggantikan LPG dengan sedikit modifikasi. Selain dari pada itu, DME dapat diproduksi dari bahan baku yang terbarukan seperti biomassa dan batubara yang tersedia cukup melimpah di Indonesia. Dalam tahapan aplikasinya sebagai bahan bakar adalah dengan mencampurkannya dengan LPG. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik nyala api pembakaran difusi gas (Jet diffusion flame) dari bahan bakar LPG, DME dan campurannya (LPG mix DME) pada burner tipe barel. Persentase variasi campuran DME dalam LPG yang digunakan adalah 10%,20%,30%,40% dan 50% berat campuran. Pengujian dilakukan menggunakan burner tipe barel dengan diameter lubang nosel 2,5 mm. Seluruh hasil pengujian dikomparasi dengan LPG sebagai bahan bakar referensi. Hasilnya menunjukkan bahwa karakteristik nyala api untuk tinggi api (Hf) dan panjang api (Lf) keduanya menurun seiring dengan kenaikan persentase komposisi campuran DME dalam LPG. Karakteristik nyala terangkat (lifted flame) juga mengalami penurunan ketika dibandingkan antara LPG dengan DME namun perbedaannya tidak terlalu jauh untuk keseluruhan campuran. Karaktersitik stabilitas nyala api yang dinyatakan dengan fenomena kecepatan blow-off dan lift off disajikan dalam tulisan ini. Beban pembakaran menunjukkan terjadi penurunan seiring dengan penambahan persentase campuran DME dalam LPG, hal ini berkaitan dengan nilai kalor bahan bakar DME yang lebih rendah sekitar 40% dari LPG.

Currently, Liquefied Petroleum Gas (LPG) is the main energy source used in household sector in Indonesia. After the mega conversion project from kerosene to LPG in 2008, the demand of LPG raised in to a double and more than 70% of it fulfilled by import. It is very crucial to find other alternative energy to substitute LPG for household sector. Dimethyl Ether (DME), is a fuel that has similar characteristics to LPG so it can be used in LPG supply chain with minor change. More than that, DME can be produced from coal and renewable feedstock such as biomass which is available abundantly in Indonesia. To introduce the use of DME in current household appliances, we consider applying this fuel in mixture with LPG. This study aimed to investigate jet diffusion flame characteristics of DME and its mixture with LPG with DME concentration 10%, 20%, 30%, 40% and 50% by weight. The experiment was conducted on barrel type burner. A burner tip with centered hole with diameter 2.5 mm is functioned as fuel injector. All of the result is compared to LPG as reference. The results show that the flame characteristic in term of flame height (Hf) and flame length (Lf) both are decline with the increasing of DME composition in the mixture with LPG. The lifted flame is also decline when comparing LPG to DME but only differ slightly between all mixtures. Blow off and lift off phenomena is presented. Burning load is decline with the increasing of DME composition relates with the calorific value of DME which is 40% lower than LPG."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arman Siswandi
"ABSTRAK
Alasan utama melakukan studi pemasaran ini adalah untuk mengidentifikasi kesempatan/peluang pasar LPG di Sulawesi Utara. Setelah studi/riset dilakukan, selanjutnya mengevaluasi setiap kesempatan pasar, dan secara spesifik mengukur dan memperkirakan ukuran, pertumbuhan dan potensi laba setiap kesempatan pasar.
Potensi pasar LPG Sulawesi Utara cukup besar bila dilihat dari target pasar yang akan dimasuki, yakni jurnlah penduduklrumah tangga, jumlah restoranlwarung, jumlah hotel, dan transportasi. Dari potensi pasar LPG yang ada perlu dianalisis kelayakan dan keekonomian pemasaran LPG di Sulut untuk kemudian mencari solusinya.
Kendala utama disini adalah tingginya harga jual dan tidak terjaminnya ketersediaan LPG di pasar karena supply point yang terlalu jauh ± 2.051 Km. Kendala ini harus dapat diatasi sesuai dengan tujuan pemasaran yakni : memenuhi kesempatan/peluang pasar LPG dengan melakukan investasi atau memasarkan LPG seperti saat ini tanpa melakukan investasi. Dari kendala ini maka ditawarkan tiga altematif berikut :
Alternatif I
Penimbunan LPG dan pengisian ke botol LPG atau Filling Plan di Makassar, kemudian dibawa ke Sulut untuk dipasarkan.
Alternatif II
Alternatif III
Penimbunan LPG dan pengisian ke botol LPG atau Filling Plan di Sulut.
Dari analisis untung/rugi dari segi subjek yang terlibat dan analisis keekonomian terhadap investasi dari ketiga alternatif tersebut, diperoleh hasil bahwa potensi dan peluang pasar LPG di Sulut cukup besar dan bila dilakukan analisis harga sesuai dengan harga pasar bahan baku LPG, maka alternatif yang menguntungkan adalah alternatif rembangun Depot LPG di Sulut.

ABSTRACT
The main reason carry out the marketing study is to identify LPG market opportunities in North Sulawesi. After the study, every market opportunity is evaluated, in specific : the size, growth, and profit potential of market opportunities measured and forecasted.
Market potential LPG in North Sulawesi is big enough when we observe target market which going into, such as: population of peoplelhouse holds, restaurant, hotel and transport. Now, the market potential LPG in North Sulawesi is need feasibility study and marketing economical and then looking for the solution.
The main constraints are very expensive selling price and unsecure of supply, because the supply point is too far (about 2.051 kilo meters). This constraint must be coped in line with the objective of LPG marketing in North Sulawesi namely : to meet LPG market demand with investment or LPG marketing with the conditions, like now without investment. From this constraint we have three alternative solution :
Alternative I:
Heap of LPG and filling plan in Makassar, then bring to North Sulawesi for marketing.
Alternative II:
Heap of LPG in Makassar, and then bring to North Sulawesi in the bulk (skid tank) then in North Sulawesi filling to the LPG bottle and marketing later.
Alternative III: Seting Up New LPG Depot in North Sulawesi.
Heap of LPG and Filling Plan in North Sulawesi.
From profit and loss analysis to subject involvement, and economic analysis toward alternative investment are come to conclude that LPG market opportunities and potency are promising enough in North Sulawesi, and the most profitable alternative solution to setup new LPG Depot in North Sulawesi.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Wicaksono
"Tesis ini membahas tentang analisis data keandalan dan pemodelan pemeliharaan peralatan pada Pabrik Tabung LPG Pertamina UPMS III Jakarta. Pertama dilakukan identifikasi terhadap peralatan yang paling besar memberi kontribusi terhadap kegagalan dan downtime pabrik untuk dijadikan model, selanjutnya menganalisa efektifitas pemeliharaan pencegahan (PM) yang dikenakan pada peralatan tersebut.
Teknik pemodelan dinamakan waktu tunda yang selanjutnya digunakan untuk menentukan interval PM yang optimal. Hasil analisis menunjukkan bahwa PM yang dilakukan saat ini pada alat terpilih kurang efektif dan interval PM harus diturunkan.
This thesis deals with the reliability data analysis and modelling of equipment maintenance at LPG Bottle Factory of Pertamina UPMS III Jakarta. First thing done is to identil5i equipments that contribute to the highest failures and downtimes to be modeled, and than analyzed the effectiveness of preventive maintenance (PM) for the selected equipment.
A modeling technique called the delay time is then used to determine the optimal PM intervals. The analysis showed that PM for the selected equipment is ineffective and the interval of PM should be decreased.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T10984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Prasetyo
"As demanded by global issue for a cleaner and an environment friendly energy, LPG (Liquefied Petroleum Gas) as an altemative fuel, will become an attractive commodity in the future.
Entering free trade era, which will be started by AFTA in the year of
2003, LPG business will also be affected. As a consequence, PERTAMINA, the company that monopolise the LPG domestic market, must prepare upon entering the competition against new entree. To be able to transform itself from a monopolistie controller toward
market leader, PERTAMINA should redefine its LPG business process, i.e. restructuring the retail marketing network, especially the partnership scheme with LPG mini filling plant owners.
Crucial matters to be improved are the tariff formulae for transporting LPG, which is considered insufficient for the present operating cost, and the lack of fixed cost structure, which evokes difficulties for an adjustment.
Proposed solution for the above problem is a new, auditable, and adjustable, tariff system, which is arranged fairly between the involved parties and based on a win-win solution. Arrangement of such new system should consider the existence and role of LPG mini filling plant, taking into account their operating cost.

Karena perannya sebagai energi altematif pengganti minyak bumi dan semakin kuatnya isu lingkungan hidup yang menuntut pemakaian energi bersih dan akrab lingkungan, maka LPG (Liquified Petroleum Gas) akan menjadi komoditi yang menarik untuk diperdagangkan di masa mendatang.
Berkenaan dengan datangnya era liberalisasi perdagangan yang dimulai dengan AFTA 2003, yang juga akan melanda selctor perdagangan LPG, maka Pertamina yang selama ini memonopoli perdagangan LPG di dalam negeri harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk dapat bersaing dengan para pemain baru.
Untuk dapat mentransformasikan dari posisi sebagai pemegang monopoli menjadi pemimpin pasar (market leader), Pertamina harus meredifinsi proses bisnisnya di bidang usaha LPG antara lain dengan merestrukturisasi jaringan distribusi dan pamasaran LPG di dalam negeri, yang antara lain dengan membenahi ikatan kemitraan dengan para pcmilik Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji (SPPBE). Salah satu masalah yang mendesak untuk dibenahi adalah perumusan sistem pentarifan jasa ankutan LPG oleh SPPBE yang selama ini dinilai sudah tidak sesuai Iagi Serta tidak adanya struktur tarif yang jelas menyebabkan timbulnya kesulitan untuk melakukan penyesuaian. Solusi dari masalah tersebut adalah pembuatan sistem pentanian baru yang adil, wajar, saling menguntungkan, auditable dan ajustable. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka perumusan tarif mempertimbangkan eksistensi dan peran SPPBE yaitu dengan mengakomodasi besarnya biaya operasi masing-masing SPPBE."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T5713
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmawati
"Program konversi minyak tanah ke gas elpiji tiga kilogram dan pencabutan subsidi gas elpiji 12 kg, mengakibatkan harga gas elpiji 12 kg menjadi naik. Sehingga pengecer-pengecer gas elpiji 12 kg jarang ditemui. Kondisi ini juga terjadi di Kecamatan Kebayoran Lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana harga jual dengan variabel jumlah tabung, asal pembelian, frekuensi dan volume pengisian. Metode analisa yang digunakan adalah analisis deskriptif dari kondisi fisik berupa jenis jalan dan penggunan tanah.
Dari hasil analisis didapat bahwa harga jual kelas rendah berada pada pengecer yang terletak penggunaan tanah perumahan dan jenis jalan kolektor. Harga jual kelas sedang berada pada pengecer yang terletak penggunaan tanah perumahan dan semua jenis jalan (kolektor, lokal dan lingkungan). Harga jual kelas tinggi berada pada pengecer yang terletak penggunaan tanah perumahan dan semua jenis jalan (kolektor, lokal dan lingkungan).

Oil Conversion Program to 3 kg LPG and 12 kg LPG subsidies retractation caused the price of 12 kg LPG to be increased. So, 12 kg LPG retailers rarely found. This condition also occurs in the Kebayoran Lama District. This study aims to find out how the selling price condition in Kebayoran Lama District seen from some of variable, such as a number of tubes, home purchase, frequency and volume of gas filled. This reasearch use descriptive analysis of physical conditions such as type of road and land use.
This reasearch indicated that low-high selling price is located on the retailer who locate in housing land use and also around collector road. Middle-class selling price are located on the retailers who locate in housing land use and all types of roads (collectors, local, and environment). High-class selling price are located in housing land use and all types of roads (collectors, local and environment).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34111
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S36448
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Satria
"Peningkatan kekerasan dari baja karbon rendah (mild steel) yang dilakpkan dengan memanaskannya sampai fasa austenisasi dengan variasi temperatur 900°C, 925°C dan 950°C dan mencelupkan sampel dalam media air dengan perbandingan berat sampel terhadap volume (gr : ml) yaitu I : 5, 1 1 10, 1 : 15 didapatkan bahwa dengan meningkatnya temperatur austenisasi akan menurunkan lcekerasan dan naiknya perbandingan volume media celup akan menaikkan njlai kekerasan.
Kekerasan yang meningkat sebanding dengan meningkatnya martensit pada stmlctur mikro hasil perlakuan panas pengerasan"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Silvia
"Adanya krisis energi sejak tahun 1970-an, menyebabkan munculnya berbagai pemikiran-pemikiran untuk mendisain proses yang lebih baik guna mencapai penghematan energi. Salah satunya adalah pengolahan kembali gas suar bakar (gas flare). Gas suar bakar adalah gas ikutan dari hasil distilasi minyak mentah yang dicairkan. Sebelumnya gas ini hanya dibakar diflare. Tetapi dengan adanya diversifikasi energi, maka orang mulai melihat manfaat dari gas-gas ini untuk digunakan sebagai salah satu sumber energi, yaitu LPG. Gas residu hasil pembuatan LPG ini dapat dimanfaatkan lagi untuk petrokimia. Ada tiga macam proses pembuatan LPG, yaitu secara refrigerasi, absorbsi, dan ekspansi. Dari ketiga proses ini akan dipilih proses mana yang membutuhkan biaya investasi dan utilitas paling kecil. Untuk itu perlu dilakukan perbandingan masing-masing proses. Kapasitas produksi pabrik setiap proses ditetapkan sebesar 2,18 x 105 ton pertahun. Besarnya investasi modal yang ditanamkan pada proses refrigerasi adalah sebesar US S 1,02439x107. Untuk proses absorbsi dan ekspansi masing-masing sebesar US S 2,53223 x 107 dan US $1.0448 x102. Laju pengembalian investasi pada proses refrigerasi sebesar 80,90 % (cara ROI) dengan lama waktu pengembalian modal 1,24 tahun. Sedangkan pada proses ahsorbsi dan ekspansi masing-masing sebesar 6,62 % dan 49,84 % (cara ROI) dan Iama pengembalian modal adalah 15 tahun untuk proses absorbsi dan 2 tahun untuk proses ekspansi. Dengan demikian dapatlah diiihat bahwa perancangan pabrik LPG dari gas suar bakar dengan proses refrigerasi mernberikan salah satu alternatif pemecahan bagi konservasi energi dan menguntungkan dari segi ekonomi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam penelitian ini dilakukan pcmhualan 3 jcnis burner bcrtipc bunsen yaitu, burner dengan 7 buah lubang bulat, burner dengan lubang kotak, dan bumer dengan lubang kombinasi anlara bulat dan kolak. Disamping itu digunakan pula bwlner konvensional sebagai pembanding, Selanjutnya dilakukan uji kinerja kompor gas dengan memvariasikan Iaju alir LPG dan waktu pcmbakaran. Analisis yang dilakukan meliputi elisiensi tem1al, suhu nyala, emisi gas CO3 , UI-IC, dan NOX.
Dari pengamatan terhadap nyala yang dihasilkan, dapat disimpulkan bahwa campuran bahan bakar-udara senantiasa bcrada dalam kondisi rich (bahan bakar berlcbih) Penamhahan Iaju alir bahan bakar akan meningkatkan kondisi rich pada campur:m_ Nyula yang dihasilkan olch kcliga burner yang dirancang lidak mengalami fenomena flaxlzbuck ataupun blowqm dan juga tidak sulit untuk dinya|akan_
Dari data efisiensi yang didapat menunjukkan bahwa bumer Iubang kotal-:-
bulat memiliki eiisiensi tcrmal yang lebih tinggi dibandingkan bumer yang lainnya.
Efisiensi Lerlinggi burner lubang kotak-bulat diperoleh pada laju alir LPG 700 ml/menil, yaitu 69,61 3% (26,80'?% Iebih tinggi dari bumer konvensional). Efisiensi tertinggi unluk burner _icnis lainnya sccam bcrlurul-iurut ndaluh 65,‘)6% untuk burner lubang bulat, dan 64,85% untuk bumer ko\ak.
Dulu cmisi mc|1unjukkan bahwu burner hasil zmmodifikasi mcnunjukkan kecenderungan yang berbeda-beda untuk setiap jenis polutan dari setiap bumer.
Dari jumlah CO2 yang dihasilkan, dapat dikclahui bahwa nyala yang dapai menarik oksigen berdifusi kc dalamnya akan menghasilkan CO; yang lebih tinggi karena rcalcsi pembaknran yang teqadi lebih sempuma. Jumlah CO; yang dihasilkan dakam persen untuk masing-masing burner pada laju alir LPG 700 mi/menit adalah 4,3%
untuk burner konvcnsional, 6,9% untuk bumer lubang bulal, 92% untuk bumer kotak, dan 8,5% untuk bumer kotak-bulat. Untuk kemampuan mereduksi emisi NOx kctiga bumer yang dirancang menunjukkan kinerja yang Iebih buruk dari bumer konvensional. Konsentrasi NOx yang dihasilkan dalam ppm untuk setiap burner pada laju alir LPG 700 ml/menit adalah 17 ppm untuk bumer konvensional, 25 ppm untuk bumer lubang bulat, 29 ppm untuk bcmer kotak, dan 28 ppm untuk bumer kotak-bulat."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yonathan
"Proses pembakaran dengan menggunakan sistem difusi banyak diterapkan dalam kegiatan industri seperti ruang bakar boiler pada sistem pembangkit listrik, ruang bakar peleburan baja, maupun ruang bakar pada pabrik-pabrik kimia lainnya. Pembakaran dimana temperatur bahan bakar gas yang rendah menyebabkan pengkonsumsian bahan bakar yang lebih besar atau kurang efisien. Dengan menigkatkan temperatur un-burn (Tu) dari dari bahan bakar maka akan didapatkan laju reaksi yang lebih tinggi, kecepatan pembakaran yang lebih cepat dan energi minimum (Em) yang lebih rendah.
Pada penelitian tugas akhir ini, akan diteliti pengaruh variari temperatur bahan bakar sebelum pembakaran terhadap karakteristik nyala api difusinya dimana bahan bakar yang digunakan adalah gas LPG Campuran. Pemanasan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan medium air. Dan pembakaran dilakukan pada temperatur gas LPG Campuran tanpa pemanasan dan dengan pemanasan temperatur medium 50°C, 60°C, 70°C, dan 80°C. Karakteristik nyala api yang diteliti antara lain: tinggi lifted flame, panjang nyala api, tinggi nyala api, ketebalan preheat zone, dan lain-lain.
Dari analisa penelitian, diperoleh tinggi lifted flame yang lebih besar pada temperatur un-burn yang lebih tinggi, sedangkan panjang nyala-api-nya memendek dengan temperatur un-burn yang lebih tinggi. Sementara, ketebalan preheat zone menipis seiring dengan meningkatnya temperatur un-burn tersebut.

Combustion process with diffusion system had been used in many industrial process, for example: boiler in power plant, melted steel, and other chemistry. Combustion whit low fuel temperature causes high consumption of fuel or can be said the combustion is not efficient. With increase the un-burn temperature of fuel causes increase the rate of reaction, high burning velocity, and low minimum energy (Em).
In this research, the influence of temperature variation of gaseous fuel to it's flame characteristics will be researched where the gaseous fuel used is LPG Mix. The preheating media used in this research is water. And combustion is done at LPG Mix fuel temperature in without preheating and with preheating temperature: 50°C, 60°C, 70°C, and 80°C. The charactheristics that being watched is distance of lifted flame, length of flame (flame length), height of flame (flame height), preheat zone thickness, and others.
From research analysis, the distance of lifted flame is increase with increase the un-burn temperature, yet the length of flame is reduce with this high un-burn temperature. While, preheat zone thickness is diminish along with increase this un-burn temperature.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50782
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>