Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asman Ala
Abstrak :
Pada dasarnya proses persiapan pertenunan dilakukan melalui beberapa tahapan yang meliputi : penggulungan (reeling), pengelosan, perangkapan (doubling), pemuntiran (twisting), penggulungan-kembali (re-reeling), pemasakan (degumming), pencelupan/pewarnaan, penganjian (sizing), penghanian dan pencucukan. Oleh karena dari tahapan-tahapan tersebut di atas terdapat dua tahapan yang dapat digabungkan dalam suatu alat yaitu : tahapan twisting dan tahapan re-reeling, maka kedua tahapan tersebut dirasa kurang efisien apabila dilakukan satu per-satu, sehingga perlu dilakukan perancangan dan pengembangan produk alat puntir benang sutera. Alat ini dapat memberi puntiran pada benang sutera dan sekaligus menggulung benang tersebut. Untuk mewujudkan proses persiapan pertenunan dengan menggunakan alat yang dimaksud, telah dilakukan perancangan dan pengembangan produk alat puntir benang sutera dengan menggunakan metode Ulrich-Eppinger. Metode ini melalui beberapa tahapan, yaitu : Identifikasi kebutuhan konsumen, penyusunan dan pemilihan konsep rancangan produk, penegasan spesifikasi produk, pembuatan prototipe dan uji lapangan. Adapun uji lapangannya terdiri dari : uji banding terhadap proses persiapan pertenunan cara tradisional/uji unjuk kerja (performance), uji verifikasi, uji pelayanan (handling) dan uji beban berkesinambungan (continuous loading). Di samping itu juga telah dilakukan analisa ekonomi teknik dan manajemen pengembangan produk, untuk mengetahui kelayakan ekonomis serta waktu yang diperlukan dalam perancangan dan pengembangan produk alat tersebut. Dari hasil perhitungan perancangan dan uji lapangan serta analisa ekonomi diperoleh spesifikasi prototipe alat puntir benang sutera sebagai berikut : tinggi 970 mm, panjang 1810 mm, lebar 950 mm, kapasitas produksi benang 1 kg/10 jam dan harga pokok produksi per-unit prototipe sebesar Rp. 1.668.300,- serta lama waktu perancangan dan pengembangan produk adalah 24 minggu. ......Basically the preparation process of weaving is done through several step: reeling, doubling, twisting, re-reeling, degumming, coloring and sizing. Two of those step/phase can be combine in one tool that is twisting and re-reeling, so that it is important to plan and develop tool for twisting silk yarn. Because it isn?t efficient to do those step/phase one by one. The tool can cause twisting on the silk yarn and rereeling the silk yarn as well. To realize the preparation process of weaving with the tool mentioned, the planning and development product of twisting tool of silk yarn by using Ulrich-Eppinger method. This method by means of some phase, that is: identification of costumer needs, arrangement and selection of product design concept, explanation of product specification, prototype production and field test. The field test consist of : comparation test of preparation process on traditional weaving and the performance, verification test, handling test, and continuous loading test. Besides, technical economy analysis and product development management have been done to observe/identity the economic worthiness and the time needed for designing and developing the product of that tool. By the calculation of design/plan and field test and ecomomic analysis be obtained the specification of silk yarn twisting tool prototype, that is : heigh 970 mm, length 1810 mm, width 950 mm, yarn product capacity 1 kg/10 hours and basic price of production of prototype Rp. 1.668.300,- and the duration of setting up and developing the product 24 weeks.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T41178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Wiyono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T41182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulhendri
Abstrak :
Untuk melakukan proses pemesinan milling berupa kontur atau pocket biasanya diawali dengan proses roughing secara 3-axis berdasarkan kontur yang diingini dengan kedalaman pemakanan dan ketinggian scallop tertentu, setelah itu lalu dilakukan proses finishing secara 5-axis untuk menghilangkan scallop dari proses roughing tersebut (tanpa kedalaman pemakanan). Ada beberapa arah pemakanan yang bisa dilakukan dalam proses finishing tersebut yaitu sejajar (in-line) atau arah melintang (across) serta menggunakan beberapa tipe pahat seperti pahat flat, toroidal dan ball nose. Masing-masing cara pemakanan dan tipe pahat yang digunakan pada saat proses roughing dan finishing tersebut akan menghasilkan kualitas permukaan (roughness dan waviness) yang berbeda. Tesis ini meneliti pengaruh tipe pahat dan arah pemakanan pada pemesinan awal (roughing) dan akhir (finishing) terhadapa kualitas permukaan pemesinan milling. Faktor yang diuji adalah pahat roughing dua tipe (end mill flat dan toroidal), tipe pahat finshing dua tipe (toroidal dan ball nose), arah pemakanan dua tipe (sejajar dan melintang) dengan respon (data) yang diukur adalah roughness dan waviness. Variasi percobaan secara faktorial penuh adalah 23 = 8 variasi. Hasil analysis of variance (ANOVA) menunjukkan bahwa tipe pahat roughing, tipe pahat finishing dan arah pemakanan secara statistik berpengaruh terhadap kekasaran permukaan, sedangkan untuk gelombang hanya arah pemakanan yang berpengaruh. ......The product of process machining by milling to mill contour or pocket is usually started with process of roughing by 3-axis mlling base on desired contour, in this process we selected depth of cut (DOC) and height of scallop and then did process finishing by 5-axis milling to eliminate scallop from process roughing, in this process we selected scallop without DOC. The feed directions in finishing are in-line and across direction and tools used were flat, toroidal and ball nose end mill. Each type of toolls and feed direction in process roughing and finishing will influent difference surface quality ( roughness and waviness). This research is to analyze influence of type of tools and feed direction machining roughing and finishing to the quality of surface resulted by milling machining. Examinee factor is two types of tooling roughing ( end mill flat and toroidal), two type of tools finshing( toroidal and ball nose), two types of feed direction ( in-line and scross) and we measured roughness and waviness as respon datas. The attempt full factorial is 23 = 8 variation. Result analysis of variance (ANOVA) indicate that the type of roughing tools, type of finishing tools and feed direction statistically have an effect on surface roughness, while only the feed direction having an effect on surface waviness.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T41185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Prasetya
Abstrak :
Teknologi STEP-NC (ISO 14649) merupakan interface data untuk numerical control yang dikeluarkan untuk mengatasi kekurangan dari teknologi G-Code (ISO 6983). Masalah-masalah yang diakibatkan oleh pemrograman dengan menggunakan G-Code seperti aliran data yang searah antara sistem CAD/CAM dan mesin NC akibat adanya post processor dan berbedanya standar G-Code yang dimiliki oleh masing-masing vendor yang menyulitkan pertukaran informasi, dapat diatasi oleh STEP-NC. Namun perubahan pada numerical control juga harus diikuti oleh perubahan pada kontroler mesin, yang sampai saat ini masih berada dalam tahap pengembangan. Dengan masih dikembangkannya kontroler mesin yang mendukung format STEP-NC, maka penggunaan teknologi STEP-NC masih harus menunggu. Untuk itu dibuat sebuah software konversi yang dapat mengubah format STEP-NC menjadi format G-Code, sehingga format STEP-NC tetap dapat digunakan tanpa memerlukan perubahan pada kontroler mesin. Pembuatan software konversi dilakukan berdasarkan proses mapping yaitu proses mengurutkan data dalam file STEP-NC dan mencari korelasinya dengan G-Code, untuk mendapatkan aturan baku yang digunakan dalam proses konversi. Data yang didapat dari file STEP-NC disimpan terlebih dahulu dalam database sebelum dikonversi menjadi G-Code. Sehingga ketika proses konversi berakhir data STEP-NC tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam database. Masalah yang muncul dari proses konversi ini adalah adanya data STEP-NC yang tidak terwakili dalam G-Code, karena keterbatasan yang dimiliki oleh GCode. Namun software konversi ini sudah berhasil menghasilkan G-Code dari file STEP-NC berdasarkan hasil dari validasi yang dilakukan.
STEP-NC technology (ISO 14649) is a data interface for numerical control that aim to overcome disadvantage of G-Code technology (ISO 6983). Problems that resulted by G-Code programming like one direction data flow between CAD/CAM system and NC machine due using post processor and different GCode standard between vendors that cause information aren't interchangeable solved by STEP-NC. But changes in numerical control should be followed by changes in machine controller, that still in development process. With machine controller that still in development process, so application of STEP-NC still have to wait. To overcome that problem a convertion software have been made to convert STEP-NC format to G-Code format, so STEP-NC technology still can be used without machine controller changing. The convertion software is made based on mapping process that is a process to sort STEP-NC file data and search for corelation between STEP-NC data and GCode, to produce fixed rule that used in convertion proces. Data from STEP-NC file stored first into database before converted into G-Code file. So after convertion process STEP-NC data in database not lose. Problems that come from the corvertion process is losses data, because the limit of G-Code. However the convertion software has been succeed to convert STEPNC file into G-Code based on result of validation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38087
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dadan Komarul Ramdan
Abstrak :
Proses manufaktur yang telah direncanakan dan dirancang untuk melakukan pengerjaan pemesinan memiliki kapasitas produksi yang perlu diperhatikan pada masing-masing mesin atau stasiun kerja, karena ha! ini berkaitan erat dengan kemungkinan terjadinya bottleneck yaitu penciutan aliran bahan baku atau bahan setengah jadi, penciutan aliran bahan yang tinggi tersebut, pada titik linieritas tertentu akan diikuti oleh tingginya inventori, di lain hal mesin yang digunakan untuk proses manufaktur ini akan dilihat berapa kapasitas dan laju produksinya, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat utilitas mesin yang dimiliki oleh setiap mesin di masing-masing stasiun kerja. Selanjutnya untuk ketiga varibel tersebut yaitu bottleneck, inventori dan utilitas mesin, perlu dil~ji dengan menggunakan analisa korelasi dan analisa varian antara satu dengan yang lainnya secara bergantian, hingga kita dapat mengetahui sejauh mana hubungan diantara ketiga variabel tersebut, kemudian manakah diantara ketiga variabel tadi yang paling mempengaruhi diantara keduanya. Dengan demikian kita dapat mengurangi atau bahkan mencari faktor utama yang menjadi titik permasalahan dilapangan yaitu, pada proses dan unit mana hal tersebut terjadi. ...... Manufacture process that had been planned and designed for the machinery has limited capacity that is related to possibility of raw material or semi finished product bottleneck. At the certain linearity point would he followed hy the high inventory. The machine had been used for the manufacturing would to see the capacity and production rate for identification the utility stage of every machine in each work station. Those three variables, bottleneck, inventory and machine utility. Those are necessary to evaluated using correlation and variant analysis between one and another by exchange, so that we able to see the relation between the three variables, then which one of them that is most influence both of them. So we can reduce or find out the dominant factor.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T41188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Dwi Saptioratri Budiono
Abstrak :
Estimasi biaya produk manufaktur pada early phase of design process berguna dalam mempercepat waktu produk ke pasar, mengurangi biaya, dan meningkatkan kualitas untuk menghasilkan produk dengan tingkat daya saing yang tinggi di pasar bebas. Model estimasi biaya yang saat ini ada masih mendasarkan perhitungannya pada suatu disain yang sudah diputuskan sehingga sulit untuk diterapkan pada tahap awal proses design karena minimnya informasi. Kecepatan dan keakurasian perkiraan biaya didapat dengan terlebih dahulu dikembangkan persamaan umum untuk menghitung besar kompleksitas proses pemesinan, ypcx = a*ln(xvol)+b dan persamaan umum untuk menghitung waktu pemesinan, ytime = c*{a*ln(xvol)+b}+d yang didasarkan atas feature produk yang bervariasi. Besar biaya didapat dengan memanfaatkan waktu pemesinan yang didapat untuk menghitung biaya langsung dan biaya tak langsung dari suatu produk. Hasil implementasi model pada rancangan produk SPMF menghasilkan perbedaan waktu pemesinan total sebesar 28,9 menit, sedangkan perhitungan Siemens-Nx menghasilkan total waktu pemesinan sebesar 25,9 menit atau turun (berbeda) sebesar 10%. Hasil uji klarifikasi terhadap perkiraan harga dari beberapa industri pemesinan memperlihatkan bahwa model dapat menghasilkan perkiraan harga dibawah perkiraan terendah yang dilakukan oleh industri sebesar 6%. Selain uji klarifikasi juga menghasilkan suatu template struktur biaya yang akan memudahkan industri dalam melaksanakan proses estimasi biaya.
Product manufacturing cost estimation in the early stages of the design process is useful for accelerating product time to market, reducing costs, and increasing quality in order to obtain products with high level of competitiveness in the free market. Complexity and machining cost are important things to estimate final cost of the product. However, the current cost estimation model only considers its calculation based on design which has been determined before, so that it is difficult to apply in early design process because of minimum information. The speed and accuracy of cost estimates obtained by first developed a general equation for calculating the complexity of machining processes, ypcx = a * ln (xvol) + b and a general equation for calculating the machining time, ytime = c * {a * ln (xvol) + b } + d that developed from variations of product features. Estimated cost is calculated by utilizing the machining time obtained to calculate the cost of direct and indirect costs of a product. Implementation of the model on the product SPMF produce differences in total machining time of 28.9 minutes, while the Siemens-Nx calculation resulted in a total machining time of 25.9 minutes or decrese by 10%. The result of a clarification test done with some of the machinery industry about cost estimation show that the model can produce estimates of a price below the lowest estimate made by the industry amounted to 6%. In addition to clarifying the test also produced a template cost structure that will allow the industry to implement cost estimation process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
D2153
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martin T. Teiseran
Yogyakarta: Kanisius, 1992
621.902 MAR m (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Vinsensius Ricko Handaya
Abstrak :
Mesin milling di era sekarang sudah banyak yang menggunakan arah pergerakan 5-aksis. Dengan begitu mampu mengerjakan kontur yang sulit dan daerah yang tidak terjangkau oleh pemakanan milling 3-aksis biasa. Pada kontur tertentu pahat akan melakukan perubahan sudut pemakanan terhadap benda. Dengan adanya perubahan sudut pemakanan maka diperkirakan akan mempengaruhi kualitas permukaan hasil pemesinan. Pada skripsi ini meneliti efek yang terjadi ketika pahat melakukan manufer saat melakukan pemakanan dengan sudut kemiringan tertentu. Sudut ini disebut sudut inklinasi. Pada skripsi ini juga dibahas pengaruh kecepatan perubahan inklinasi ini terhadap kekasaran permukaan yang terbentuk dan juga kemunculan gelombang (waviness) pada daerah perubahan inklinasi dari pahat.
Milling machines now has been used 5-axis feed direction. Depend on that it able to finish any difficult contour and complex region which can?t reached in 3-axis machining. In some difficult contour tool will change the angel direction depend on its workpiece. With this changing suppose there is will effect the quality of machining surface. This final project will examine the effect changing at an angel in some direction that happen in machining process. This angle called the inclination angel. In this final project will be observed the effect of rapidity in inclination changing to the surface roughness and also the possibility of waviness in the region of inclination changing of the tool.
2008
S50733
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suntoro
Abstrak :
Pada penelitian ini, ingin diketahui tingkat kekasaran permukaan (roughness) dan kemungkinan adanya kegelombangan (waviness) pada proses pemesinan milling yang dilakukan. Kualitas permukaan yang ingin diketahui adalah dengan beberapa paremeter uji yaitu sudut inklinasi 10, 20, 30, dan 45 derajat dengan laju perubahan sudut 5, 10, 20, dan 30 mm. Laju pemakanan diatur sedemikan sehingga nilai ini menurun secara gradual dari 1000 sampai 500 mm/min pada daerah-daerah yang ditentukan. Material uji yang digunakan adalah Steel AISI 4140 dengan alat potong/tool tipe flat-end berdiameter 10 mm. Hasil yang didapatkan kemudian digunakan untuk mengetahui batasan dan parameter yang terkait untuk melakukan proses pemesinan yang berhubungan dengan toleransi kekasaran permukaan hasil pemesinan yang dilakukan.
In this research, wish known the surface crudity level (roughness) and possibility of wave existence (waviness) of the milling machining process. Surface quality which wish known have a few paremeter test that is inclination angle can be decided; 10, 20, 30, and 45 degree with blend distance (angle change rate area); 5, 10, 20, and 30 mm with decided feed rate until this value decrease gradually from 1000 until 500 mm/min of determined area. The workpiece test material is Steel AISI 4140 with flat-end tool type and 10 mm for its diameter. The result used to know related/relevant parameter and definition to machining process which deal with surface crudity tolerance machining process.
2008
S50714
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suprashartono Hubertus
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>