Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mas Mukhamad Setyo Adhi
Abstrak :
Kriisis ekonomi yang melanda Indonesia membawa dampak memburuknya kondisi keuangan hampir seluruh perusahaan di Indonesia, meskipun demikian tetap saja industri rokok mengalami kemajuan yang pesat karena kebutuhan mengkonsumsi rokok makin melonjak. Hingga saat ini tiga perusahaan di sektor rokok yang telah listing di pasar modal Indonesia adalah Gudang Garam, FLM Sampoerna, dan British American Tobacco (BAT). Salah satu dari ketiga perusahaan lersebut yang paling menonjol dan menguasai pangsa pasar rokok terbesar di Indonesia adalah Gudang Garam. Hal ini disebabkan PT. Gudang Garam menerapkan strategi konvensional dimana proporsi hutangnya tergolong rendah. Selain itu didukung pula dengan likuiditas perusahaan yang sangat besar, maka tak heran bila perusahaan ini masih mampu berjaya di kancah dunia usaha Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis industri rokok secara keseluruhan, melakukan analisa fundamental terhadap PT. Gudang Garam dengan mengidentifikasi nilai perusahaan dan return yang diperoleh para shareholdernya baik pembagian dividen ataupun capital gain serta mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap nilal pemegang saham dan menyarankan strategi yang akan ditempuh oleh perusahaan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah valuation dengan metode economic profIt. Sebagai data pendukung diperlukan kondisi makroekonomi di Indonesia seperti laju inflasi, pertumbuhan PDB, nilai tukar rupiah, suku bunga SBI, serta proyeksi keuangan lima tahun kedepan berdasarkan data laporan keuangan tahun 1995-2000. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skenario mostlikety, dimana keadaan ekonomi masih buruk seperti sekarang ini maka pemerintah masih harus memerah cashcownya yaitu industri rokok sebagai penyumbang cukai terbesar. Dengan asumsi pemberlakuan cukai dan HJE dalam kurun lima tahun kedepan akan naik 100%, sedangkan PPn tetap maka Gudang Garam akan mengalami penurunan laba bersihnya akibat beban COGS yang cukup besar. Tetapi dengan merek yang kuat di pasar sehingga loyalitas konsumen telah terbentuk maka Gudang Garam masih mampu meningkatkan penjualannya agar labanya tetap tumbuh. Untuk itu perlu melakukan brandpositioning yang lebih baik lagi dengan gencar melakukan ikian di berbagai media. Economic value perusahaan lima tahun kedepan memiliki trend meningkat yang mencerminkan performa perusahaan makin membaik akibat kegiatan operasinya. Nilai wajar perusahaan menunjukkan diatas nilai pasar yang terjadi sehingga berposisi undervalue. Pada skenario optimistik, pemerintah tidak menaikkan cukai, HiE dan PPn karena kondisi ekonomi membaik sehingga melonggarkan budgetary pressure pemerintah. Laba perusahaan melonjak tinggi akibat beban COGS yang ditanggung Perusahaan kecil. Economic value perusahaan dalarn lima tahun kedepan membunbung tinggi yang menandaka? kinerja perusahaan dan aktifitas operasinya Sangat bait Nilai wajar perusahaan jauh diatas filai pasar yang berlaku sehingga saham perusahaan undervalue. Untuk itu Gudang Garam perlu melakukan ekspansi kapasitas produksinya dan menciptakan Variasi produk baru seperti rokok A-Mild. Pada skenario pesimistik, temyata budgetary pressure memaksa pemerintah untuk rnenaikkan cukai dan HJE yang sangat tinggi (>100%) dalam lima tahun kedepan, yang berdampak pada berkurangnya laba bersih perusahaan akibat beban COGS yang teramat besar dan bahkan menimbulkan kerugian. Dengan kondisi HJE yang demikian tinggi dikombinasi dengan rendahnya daya beli masyarakat maka tingkat penjualan dan pangsa pasamya akan rnenurun tajam. Economic value perusahaan lima tahun kedepan mengalami penurunan yang signifikan tiap tahunnya, yang berarti kinerja perusahaan dan kegiatan operasinya memburuk dan mengalami kerugian besar. Sedangkan nilai wajar perusahaan jauh dibawah nilai pasar yang terjadi sehingga posisi saham perusahaan overvalue. Untuk itu perusahaan perlu menekankan penguatan merek bagi produk kelas duanya yaitu SKT GG Merah karena harga yang Iebih terjangkau. Dengan hasil skenanio diatas maka investor dapat dengan peka membaca pola yang akan terjadi, apakah menguntungkan atau tidak. Sehingga pasa investor dapat mengambil keputusan dalam membeli saham Gudang Garam. Mengingat kondisi saat ini dimana likuiditas perusahaan yang overlilkuid, maka Gudang Garam sebaiknya menerapkan strategi yang tidak konvensional, sehingga lebih aktif memutarkan kelebihan cash yang ada untuk ditanamkan pada investasi yang menguntungkan. Selain itu dijadikan sebagai peluang untuk menciptakan inovasi produk baru (rokok A-Mild) untuk dapat menghadapi Persaingan di masa datang.
2002
T808
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Berbagai perkiraan mengenai besarnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1995 tampaknya tidak jauh berbeda dengan tahun 1994 yang melaju sebesar 7,3%. Ini berarti prediksi yang dilontarkan para pengamat pada akhir 1994 lalu tidak terlalu meleset, Ketika itu Bank Indonesia dan Asian Development Outlook 1994 memasang angka 7,0%. Econit Advisory Group, Merryll Linch sekitar 7,5%. Sedangkan Nomura Research Institute meramalkan sebesar 7,3%. Untuk tahun 1996 angka pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan sedikit di bawah tahun 1995 karena pemerintah akan berupaya meredam perekonomian yang cenderung overheating. Upaya pendinginan telah dimulai dengan menaikkan reserve requirement bank dari2% menjadi 3%. Selanjutnya, pemerintah tampaknya akan mempertahankan tingkat suku bunga perbankan yang relatif tinggi. Lalu berusaha menahan laju impor untuk mengurangi pembengkakan defisit transaksi berjalan. Realisasi investasi pada tahun 1996 besar kemungkinan akan lebih rendah dibandingkan tahun 1995. Selain itu, sebagian besar pertumbuhan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia juga cenderung menurun.
320 ANC 25:1 (1996)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Berbagai perkiraan mengenai besarnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1995 tampaknya tidak jauh berbeda dengan tahun 1994 yang melaju sebesar 7,3%. Ini berarti prediksi yang dilontarkan para pengamat pada akhir 1994 lalu tidak terlalu meleset, Ketika itu Bank Indonesia dan Asian Development Outlook 1994 memasang angka 7,0%. Econit Advisory Group, Merryll Linch sekitar 7,5%. Sedangkan Nomura Research Institute meramalkan sebesar 7,3%. Untuk tahun 1996 angka pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan sedikit di bawah tahun 1995 karena pemerintah akan berupaya meredam perekonomian yang cenderung overheating. Upaya pendinginan telah dimulai dengan menaikkan reserve requirement bank dari2% menjadi 3%. Selanjutnya, pemerintah tampaknya akan mempertahankan tingkat suku bunga perbankan yang relatif tinggi. Lalu berusaha menahan laju impor untuk mengurangi pembengkakan defisit transaksi berjalan. Realisasi investasi pada tahun 1996 besar kemungkinan akan lebih rendah dibandingkan tahun 1995. Selain itu, sebagian besar pertumbuhan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia juga cenderung menurun.
320 ANC 25:1 (1996)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Berbagai perkiraan mengenai besarnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1995 tampaknya tidak jauh berbeda dengan tahun 1994 yang melaju sebesar 7,3%. Ini berarti prediksi yang dilontarkan para pengamat pada akhir 1994 lalu tidak terlalu meleset, Ketika itu Bank Indonesia dan Asian Development Outlook 1994 memasang angka 7,0%. Econit Advisory Group, Merryll Linch sekitar 7,5%. Sedangkan Nomura Research Institute meramalkan sebesar 7,3%. Untuk tahun 1996 angka pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan sedikit di bawah tahun 1995 karena pemerintah akan berupaya meredam perekonomian yang cenderung overheating. Upaya pendinginan telah dimulai dengan menaikkan reserve requirement bank dari2% menjadi 3%. Selanjutnya, pemerintah tampaknya akan mempertahankan tingkat suku bunga perbankan yang relatif tinggi. Lalu berusaha menahan laju impor untuk mengurangi pembengkakan defisit transaksi berjalan. Realisasi investasi pada tahun 1996 besar kemungkinan akan lebih rendah dibandingkan tahun 1995. Selain itu, sebagian besar pertumbuhan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia juga cenderung menurun.
320 ANC 25:1 (1996)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Berbagai perkiraan mengenai besarnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1995 tampaknya tidak jauh berbeda dengan tahun 1994 yang melaju sebesar 7,3%. Ini berarti prediksi yang dilontarkan para pengamat pada akhir 1994 lalu tidak terlalu meleset, Ketika itu Bank Indonesia dan Asian Development Outlook 1994 memasang angka 7,0%. Econit Advisory Group, Merryll Linch sekitar 7,5%. Sedangkan Nomura Research Institute meramalkan sebesar 7,3%. Untuk tahun 1996 angka pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan sedikit di bawah tahun 1995 karena pemerintah akan berupaya meredam perekonomian yang cenderung overheating. Upaya pendinginan telah dimulai dengan menaikkan reserve requirement bank dari2% menjadi 3%. Selanjutnya, pemerintah tampaknya akan mempertahankan tingkat suku bunga perbankan yang relatif tinggi. Lalu berusaha menahan laju impor untuk mengurangi pembengkakan defisit transaksi berjalan. Realisasi investasi pada tahun 1996 besar kemungkinan akan lebih rendah dibandingkan tahun 1995. Selain itu, sebagian besar pertumbuhan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia juga cenderung menurun.
320 ANC 25:1 (1996)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Purwoko
Abstrak :
This report is a case study for Internship and Report Writing, analysing a multinational company and its position ¡n a country other than the home country, and describing the market and its characteristics From the analysis, recommendations will be drawn in terms of developing the position ¡n that country. ALSTOM has been chosen due to the fact only that I have been working for this company since almost nine years and am trying to analyse its position in the railway market in Indonesia. With turnover of 14 billions euros in 1998, ALSTOM is split into six sectors, of which we consider ALSTOM Transport, the rail equipment and train supplier. The company is organised by a matrix structure, linking product and country divisions, represented in around 60 countries. ALSTOM Transport supplies all types of trains and rolling stock, train, station and track equipment, power supply and a host of related services. Indeed, sales have moved away from being ?a product? to being ?solutions?. In developing its position abroad, ALSTOM typically exports, or acquires a local company. We discuss the geographical, political, economic, legal and social situation in Indonesia, highlighting aspects that influence ALSTOM?S position. More precisely, we look at the transport market in Indonesia, identifying the structure and the key issues facing transport. A SWOT analysis has been constructed, summariSiflg the major relevant points. The instability of the government and its policies, together with low economic levels and high inflation provide a moderate amount of risk in Indonesia. Most rail opportunities ? especially new lines ? are not feasible due to transpOrt having a low priority and a lack of financing. Concluding the analysis, I recommend to the Management of ALSTOM-Transport sector that we should attack the ¡ntercity market on Java island showing the greatest potential for profits. A BOT concession has been described to include DMUs, extra services and financing plan; the concession should be long, U to 45 years, to ensure profits. It is essential for ALSTOM to have the right contacts and a positive reputation amongst the purchasing process.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T5703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library