Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rochadi Arif Purnawan
Abstrak :
Latar belakang. Bayam duri (Amaranthus spinosus L) merupakan tumbuhan liar yang banyak tumbuh di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek antimalaria ekstrak etanol bayam duri (EEBD) dan ekstrak air bayam duri (EABD) pada kultur SDM yang diinfeksi dengan P. falciparum in vitro dan memeriksa kadar MDA dan GSH untuk melihat efek stres oksidatif SDM dan efek perlindungan antioksidan dari bayam duri kepada kultur. Metode. Kultur SDM yang diinfeksi dengan P. falciparum diberi ekstrak etanol bayam duri (EEBD) dan ekstrak air bayam duri (EABD) dengan dosis 50, 100, 200, 400, 800, dan 1600 μg/ml. Persentase penghambatan terhadap pertumbuhan parasit oleh EEBD dan EABD dilakukan mengacu pada metode Purwatiningsih dan NAMRU-2. MDA diperiksa dengan methode Wills, dan GSH dengan metode Ellman. Hasil. Pemberian EEBD dan EABD berpengaruh secara signifikan (p≤0,05) terhadap penghambatan pertumbuhan parasit. Persen penghambatan oleh EEBD pada dosis yang diberikan berkisar antara 12,4- 77,9%, sedang penghambatan oleh EABD berkisar antara 17,2- 81,4%. EABD menunjukkan persen penghambatan lebih tinggi dari EEBD. Analisis probit IC50 (Inhibitor Concentration terhadap P. falciparum sebesar 50%) terhadap kedua ekstrak, menunjukkan EABD mempunyai IC50 lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etanol (243,89 vs 331,47 μg/ml). Hasil pemeriksaan MDA secara umum menunjukkan EABD menurunkan kadar MDA lebih baik dari EEBD. Penurunan kadar MDA berkisar antara (1,07-1,02 nmol/ml vs 1,12-1,10 nmol/ml), p≤0,05. Kadar GSH pada EABD dan EEBD memperlihatkan peningkat secara keseluruhan, yaitu (1,57-2,22 μmol/ml vs 1,40- 2,02 μmol/ml), p≤0,05. Dari penghitungan EABD menunjukkan peningkatan kadar yang lebih baik secara bermakna. Tetapi pada konsentrasi 1600 μg/ml terlihat peningkatan MDA dan penurunan GSH. Kesimpulan. Kedua ekstrak yaitu EEBD dan EABD mempunyai effek antimalaria melalui persentase penghambatan, penurunan kadar MDA dan kenaikan kadar GSH yang signifikan pada kadar ekstrak 50, 100, 200, 400, 800, dan 1600 μg/ml. Pada konsentrasi 1600 μg/ml, terlihat peningkatan MDA dan penurunan GSH, tetapi persen penghambatan tetap terlihat baik. Secara umum EABD menunjukkan hasil yang lebih baik dari EEBD. ......Background. Amaranthus spinosus L or spiny Amaranth was screened for antimalarial effects. The aim was to analyze ethanol and water extracts of A. spinosus (EEBD and EABD) in a human erythrocyte culture infected with P. falciparum in vitro. The levels of MDA and GSH were also examined. Methods. Percentage inhibition of parasite growth was analyzed according to Purwatiningsih and NAMRU-2 methods. MDA and GSH were analyzed by the Wills and Ellman methods, respectively. The human erythrocyte cultures infected with P. falciparum, and were treated with ethanol and water extracts of spiny Amaranth (EEBD and EABD) at concentrations of 50, 100, 200, 400, 800, and 1600 μg/ml. Results. Both the EEBD and EABD showed significant inhibition effects on parasite growth (p ≤ 0.05). Percent inhibition of EEBD ranged from 12.4 to 77.9%, while inhibition by EABD ranged between 17.2 and 81.4%, higher than EEBD. IC50 (inhibitory concentration against P. falciparum by 50%) of EABD was lower than of EEBD (243.89 vs 331.47 μg/ml). Generally, the MDA levels were lower with EABD than with EEBD. Decreased levels of MDA ranged from (1.07 to 1.02 nmol / ml vs 1.12 to 1.10 nmol / ml) (p ≤ 0.05). GSH levels with EABD vs EEBD are generally increased (1.57 to 2.22 μmol / ml vs 1.40 to 2.02 μmol / ml; p ≤ 0.05). EABD was more effective than EEBD. However, at a concentration of 1600 μg / ml, MDA level was increased and the GSH level decreased. Conclusion. Both extracts, EEBD and EABD show antimalarial effects through inhibition of parasite growth. Moreover, they significantly decrease levels of MDA and increase levels of GSH. In general, EABD showed better antimalarial and antioxidant effects than EEBD.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarno
Abstrak :
Latar belakang: Malaria masih merupakan penyakit infeksi utama di dunia. Sebagian besar kematian pada malaria disebabkan oleh malaria serebral yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Bayam duri (Amaranthus spinosus L) merupakan tumbuhan liar yang banyak tumbuh di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengukur pengaruh pemberian kombinasi ekstrak bayam duri (Amaranthus spinosus L) dan sambiloto (Andrographis paniculta Burm.F) terhadap survival, berat badan, kadar MDA dan GSH serta gambaran histopatologi otak mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei. Metode: penelitian eksperimental in vivo menggunakan hewan coba mencit jantan galur Swiss yang diinfeksi Plasmodium berghei dan diberi terapi kombinasi ekstrak bayam duri dan sambiloto. Kelompok terdiri atas: K: kontrol; I kontrol negatif; II. Ekstrak kombinasi (10mg/kgBB+4mg/kgBB, 1xsehari, selama 7hari); III kontrol positif klorokuin (10mg/kgBB; sehari 1 x selama 3 hari). Seluruh perlakuan diberikan melalui oral. Dilakukan analisis survival dan berat badan, serta pemeriksaan kadar MDA (metode Wills), dan GSH (metode Ellman) dan pengamatan histopatologi otak mencit. Hasil: Pemberian kombinasi ekstrak bayam duri dan sambiloto pada mencit yang terinfeksi Plasmodium berghei meningkatkan survival (100%) dan berat badan (10%) mencit. Kadar MDA sedikit menurun dibandingkan kontrol, walaupun tidak berbeda bermakna (0,112 ± 0,021nmol/mg vs 0,133 ± 0,0145nmol/mg) (p≥0,05), dan meningkatkan GSH secara bermakna dibandingkan kontrol negatif. (0,003 ± 0,0005µg/mg vs 0,0002 ± 0,0001µg/mg) p≤0,05. Analisis histopatologi menunjukkan perbaikan sel otak pada mencit yang diberi kombinasi ekstrak bayam duri dan sambiloto.
Background: Malaria is still a major infectious disease in the world. Most of death in malaria are caused by cerebral malaria due to Plasmodium falciparum infection. Amaranthus spinosus L and Andrographis paniculata Burm.F were traditional herbs used to cure malaria. The aim of this study was to determine the anti-malarial effect of the combination of these two herbs in a malaria mouse model through the measurement of survival rate, body weight, MDA, GSH and brain histopathology of mice infected with Plasmodium berghei in vivo. Methods: male mice (Swiss strain) weighing 28-30 g, 7-8 weeks were used for this study. Treatment animal groups: K. control (nil); I. control negative. II. combination treatment (10mg + 4mg/kgBW; once per day for 7 days); III. chloroquine treatment (10mg/ kgBW; once per day for 3 days). all treatment was administered per os. Result: A combination of extracts of Amaranthus spinosus L and Andrographis paniculata Burm.F in mice infected with Plasmodium berghei increased the survival rate (100%) and the body weight (10%) of mice respectively. The MDA levels slightly lower than control, although not significantly different (0.112 ± 0,021 nmol/ vs. 0.133 ± 0,0145nmol/mg) (p ≥ 0.05), while GSH level increased significantly (0.003 ± 0,0005 µg/mg vs. 0.0002 ± 0,0001µg/mg) p ≤ 0.05. Histopathological analysis showed improvement of brain cells in mice given a combination of extracts.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Cahyani
Abstrak :
Malaria termasuk penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan, khususnya di Kabupaten Lampung Selatan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi malaria di Kecamatan Rajabasa telah dilakukan namun masih dijumpai adanya kasus malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi praktik positif pencegahan malaria dan pengetahuan lokal dari masyarakat, yang menjadi faktor penting dilakukannya upaya pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan malaria melalui pendidikan kesehatan dan peningkatan perilaku sehat. Penelitian dilakukan Bulan April 2016, menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan positive deviance. Data didapatkan melalui wawancara mendalam dan observasi. Analisis data menggunakan content analysis ditemukan beberapa tema pada praktik positif yaitu pemakaian kelambu, pemakaian obat anti nyamuk, pemasangan kassa nyamuk, mengeringkan genangan, menutup jendela sebelum sore, membersihkan rumah dan halaman. Pada praktik negatif ditemukan tema kebiasaan keluar malam dan rendahnya partisipasi masyarakat, Dalam penelitian ini ditemukan praktik positif pencegahan malaria yang dilakukan masyarakat dengan menggunakan biji buah mahoni, menanam sereh dan minum air rebusan daun jambu batu untuk menolak gigitan nyamuk. Saran: Perlu melakukan penyuluhan kepada tokoh masyarakat dalam peningkatan dukungan kepada masyarakat, diperlukan fasilitasi dari puskesmas dan petugas kesehatan untuk membentuk forum silaturahmi antara tokoh masyarakat antar desa dalam rangka saling membagikan praktik positif yang dilakukan. ......Malaria disease is still a public health problem, particularly in South Lampung regency. Efforts are being made to tackle malaria in Sub Rajabasa been made, but still met the malaria cases. This study aims to identify positive practices malaria prevention and local knowledge of the community, which is an important factor to do community empowerment efforts in the prevention of malaria through health education and increase healthy behaviors. The study was conducted in April 2016 using a qualitative design with positive deviance approach. Data were obtained by interviews and observations. Analysis of data using content analysis found several themes on positive practices, namely the use of mosquito nets, the use of anti-mosquito, the insect screen installation, drain the puddle, close the window before the afternoon, cleaning the house and yard. On the negative practices found out custom theme nights and low community participation, this study found positive practices that do community malaria prevention using mahogany fruit seeds, planting lemongrass and drink water boiled guava leaves to reject mosquito bites. Suggestion: Keep doing outreach to the community leaders to increase support for communities, necessary facilitation of health centers and health officials to establish the relationship between community leaders forum between villages in order to share with each other positive practices do.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Freddy Stevanus Yonatan
Abstrak :
Pendahuluan. Malaria adalah salah satu penyakit infeksi parasit yang masih menjadi permasalahan di Indonesia. Meskipun sebagian besar daerah di Indonesia sudah bebas malaria, namun masih cukup banyak daerah yang masih endemis dengan prevalensi malaria yang tinggi. Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, perilaku pencegahan terhadap malaria pada karyawan, adanya perbedaan tingkat pengetahuan  antara karyawan yang pernah dan belum pernah ke daerah endemis malaria dan bagaimana peran perusahaan terhadap pencegahan malaria. Metode. Penelitian ini menggunakan Mix Method (deskriptif kualitatif dan kuantitatif). Penelitian kualitatif dilakukan dengan pendekatan melalui wawancara secara mendalam menggunakan adaptasi kuesioner untuk mengetahui pencegahan malaria dan penerapan di perusahaan yang meliputi manajer, supervisor dan dokter klinik perusahaan. Penelitian kuantitatif untuk mengukur tingkat pengetahuan serta perilaku karyawan terhadap malaria. Analisis data dilakukan dengan program statistic menggunakan uji Man-Whitney. Hasil. Seluruh responden masuk ke dalam kategori tingkat  pengetahuan dan pencegahan malaria yang masih buruk. Tidak ada perbedaan pengetahuan yang bermakna antara karyawan yang sudah ataupun belum pernah ke daerah endemis malaria (menggunakan uji Man-Whitney, p: 0,371). Peran perusahaan dinilai masih kurang dalam melakukan pencegahan malaria. Kesimpulan. Masih kurangnya nilai pengetahuan karyawan secara keseluruhan terkait malaria dan pencegahan penularannya. Dan tidak ada perbedaan bermakna antara pengetahuan karyawan yang belum dan sudah pernah bertugas ke daerah endemis malaria. Masih kurangnya peran perusahaan terhadap pencegahan malaria ......Introduction. Malaria is one of the parasitic infectious diseases that remains as a main problem in Indonesia. Even though most regions in Indonesia are malaria free, there are still many areas that are endemic with high prevalence. Objective. The purpose of this study were among others to identify the level of knowledge of malaria among employess, to determine whether there was a difference between thelevel of knowledge among those who had and never had been to Papua or other malaria endemic area and to find out company’s role towards prevention of malaria. Method. This study was using a descriptive study with a Mix Method (qualitative and quantitative method). Qualitative research was carried out by a system approach through in-depth interviews using adaptated questionnaires as guidance to learn about malaria prevention and control practices of the company involving manager, supervisor and clinical physician. Quantitative research measures the level of knowledge and behavior of employees towards malaria. Data analysis was performed with statistical program using Man-Whitney test. Results. All respondents had  poor  knowledge and prevention practices towards malaria There was no significant difference in knowledge between employees who had or had not been to malaria endemic areas (p: 0.371). The role of company towards malaria prevention is still not optimal. Conclusion. Overall knowledge related to malaria and it’s prevention was poor. And there was no significant difference between the knowledge of employees who have not and have been assigned to malaria-endemic areas. The role of company towards malaria prevention is still lacking.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikbal
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perilaku tokoh agama dalam upaya pencegahan penyakit malaria, melalui pendekatan potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data primer di Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat pada bulan Mei- Juni 2010. Hasil penelitian didapatkan, tokog agama yang melaksanakan perilaku pencegahan malaria 49,3%, Faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan malaria adalah persepsi manfaat masyarakat (OR:4.222, 95% CI: 1.725 - 10.330) dalam berperilaku pencegahan malaria . Penting bagi pemerintah daerah untuk memfasilitasi peningkatan kerjasama antara Dinas Kesehatan dengan Kementerian Agama Kabupaten Bima dalam lingkup promosi kesehatan.
ABSTRACT The study was conducted to understand the behavior of religious leaders in efforts to prevent malaria, through a cross sectional approach using primary data in Bima District, Nusa Tenggara Barat Province in May-June 2010. The results obtained 49,3%, religion leaders that carry malaria prevention behaviors. Factors associated with malaria prevention behavior is the perceived benefits of the community (OR:4.222, 95% CI: 1.725 to 10.330) in malaria prevention behavior. It is important for local governments to facilitate increased cooperation between the Department of Health with the Ministry of Religious Affairs within the scope of Bima District health promotion.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28499
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muammar Muslih
Abstrak :
Latar belakang : Hasil investigasi KLB malaria ada hubungan faktor resiko perilaku pemakaian kelambu. Perilaku pemakaian kelambu dipengaruhi pengetahuan dan sikap. Peneliti ingin mengetahui gambaran dan hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku penduduk usia di atas 15 tahun di Hargotirto. Metodologi : Desain penelitian cross sectional. Sampel adalah penduduk usia di atas 15 tahun yang dipilih dengan sistem cluster dan random pada setiap cluster. Jumlah sampel 266 responden. Dilakukan análisis univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik ganda. Hasil : Distribusi responden dengan pengetahuan tinggi 52,3%, sikap positif 57,9%, perilaku memakai kelambu 80,8%. Perilaku memakai kelambu dengan pengetahuan tinggi dan sikap positif (85 responden) 31,9%. Hasil bivariat pengetahuan (OR=1,57 nilai p=0,15 95%CI=0,85-2,9), sikap (OR=4,93 nilai p=0,000, 95%CI=2,51-9,69). Hasil regresi logistik sikap dengan perilaku pemakaian kelambu ada hubungan dan bermakna (OR=4,765 nilai p=0,000, 95%CI=2,409-9,426). Kesimpulan : Responden dengan pengetahuan tinggi dan sikap positif sebanyak 90 responden (33,8%).Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku memakai kelambu. Ada hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku memakai kelambu. Saran bentuk penyuluhan yang lebih mengena untuk meningkatkan pengetahuan, contoh dari tokoh masyarakat memakai kelambu sehingga masyarakat meniru untuk memakai kelambu dan diadakan kembali arisan kelambu untuk membantu yang belum memiliki kelambu.
Background : The results of investigation malaria outbreak there is a risk factor for mosquito nets usage behavior. Use of mosquito nets behavior influenced of knowledge and attitudes. Researcher wants to know the description and the association between knowledge, attitude with mosquito nets usage behavior by age over 15 year in Hargotirto, 2012. Methods : cross sectional study design. Sample is population by age over 15 year selected with cluster systems and random in each cluster. The number of samples are 266 respondents. Univariat analysis, bivariat and multivariat with multiple logistic regression. Results : Distribution of respondents with high knowledge of 52.3%, positive attitude is 57.9%, and the behavior of using mosquito nets is 80.8%. Behavior of using mosquito nets with high knowledge and positive attitudes about (85 respondents) 31.9%. The results of the bivariat : knowledge (OR = 1.57 p-value = 0.15, 95% CI = 0.85- 2.9), attitude (OR = 4.93 p-value = 0.000, 95% CI = 2.51 - 9,69). The results of logistic regression attitude to the behavior of using mosquito nets have meaningful associatin (OR=4.765, p-value=0.000, 95%CI=2.409-9.426). Conclusions : The behavior of respondents 33.8% wearing mosquito net with the knowledge of high and positive attitude. There is no association between knowledge of the behavior of using mosquito nets. There is a significant association between attitudes to the behavior of using mosquito nets.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31811
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Saputra
Abstrak :
Di Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) , malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sudah berlangsung lama dan sampai saat ini belum bisa diatasi. Salah satu kabupaten di NAD yaitu Kabupaten Aceh Utara merupakan daerah endemis malaria. Selama 5 (lima) tahun terakhir (2003-2007) AMI (Annual Malaria Jndeks) di Kabupaten Aceh Utara mengalami peningkatan dibandingbn tahun-iahun sebelumnya. Pada tahun 2007 angka AMI sebesar 3,67 per 1000 penduduk. dengan jumlah penderita klinis yang diobati pada puskesmas mencapai 1.555 orang. Aogka tersebut tidak termasuk: kasus-bsus malaria pada rumah saldt pemerintah maupun swasta.. Tinggi AMI di Kabupaten Aceh utara tersebut tidak hanya memberikan dampak terhadap sektor kesehatan saja, tetapi juga berdampak: terbadap sektor ekonomi masyarakat. Tingginya kasus malaria tersebut menyebabkan banyaknya waktu yang hilang karena sesorang tersebut sakit sehingga dia tidak produktif dan harus kehilangan penghasilannya. Selain itu penderita malaria juga meugelwukan biaya untuk pengobatan. tnmsportasi, konswnsi dan sebagainya. Kerugian tersebut tidak banya dirasakanoJeh penderita tetapi juga o1eh pemerintah karena adanya pengeluaran dalam angka penanggulangan penyalit malaria. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran kerugian ekonomi akib&t malaria di Kabupaten Aceh tfurra Tahun 2007. Tujuan kuhusus adalab untuk mengetahui karakteristik penderita malaria tahun 2007, berapa besar biaya Jangsomg dan fidak 1angsung yang dilrelwukan oleh peoderita baik sebelum., selama dan sesudah pengobatan perawatan di puskesmas, faktor-faktor apa Saja yang mempengaruhi total biaya yang dilkeluarkan penderita malaria, juga untuk mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan pemerintah baik preventif maupun kuratif dalam jangka penanganan penyakiAceh Utara mengenai biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah selama Tahun 2007 dalam rangka penanganan penyakit malaria. Hasil Penelitian menuqjukkan bahwa penderita malaria di Kabupaten Aceh Utara tahun 2007 sebagian besar laki-laki mencapai 92.3% dari total seluruh sampel penelitian. Dari segi umur responden, didapatkan bahwa sebagian besar penderita berumur 26 tahun - 35 tahun yang sebagian besar bek.erja di daemh pen.ggummgan sebagai petani atau buruh lac!ang. Biaya tidak langsung yang dikeluarlam oleh responden beJjumlah rata-rata sebesar Rp. 948.009,- atau 82,5% dari total biaya keselurulum. Sementara biaya l.mgsuog sdalah Rp. 195.000,- atau 17,5 % dari total biaya keseluruhan. Rata-rata total biaya yang dikeluarlam oleh setiap responden pada Tahun 2007 karena sakit malaria adalah Rp. Rp. 1.565.922,?Jumlah penderita klinis Tahun 2007 menurut laponm dinas kesehatan adalah 1.555 orang sehingga total pengeluaran penderita malaria Tahun 2007 adalah sebesar Rp.2.435.008.710,­ Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007 untuk penanganan penyakit malaria berdasarkan laporan dinas kesehatan adalah sebesar 566.555.000,­ atau naik 25 kali lipat dari tahun 2006 yang hanya sebesar Rp. 22.800.000,- Total kerugian ekonomi alaOat malaria (Economic Loss) di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007 adalah sebanyak Rp. 3.001.563.710,-.Total kerugian ini hanya mencakup nilai perhitungan dari pasien yang datang ke puskesmas dan pengeluaran pemerintah selama Tabw 2007. Hasil analisis bivariat menemukan, hanya satu variabel yang tidak menunjukan hubungan dengan total biaya, yaitu lama hari tidak produk1if penderita, sedangkan variabel lain seperti jenis plasmodium, jenis kelamin, pendidikan, pengbasilan. hari rawat dan jenis pekerjaan menuqjukkan adanya hubungan dengan total bi.aya yang dikeluarlam penderita selama sakit malaria Tahun 2007. Saran yang disampaikan adalah perlu dilakukan penelitian yang lengkap tentang bahaya yang di timbulkan oleh penyakit malaria, baik dari sisi pasein maupun dari pemerintah serta dampak ekonomi secara luas terbadap perekonomian masyarakat.Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara perlu mengupayakan kerjasama dengan dinas perkebunan yang mempunyai akses langsung dengan perusahaan tempat buruh bekeJja untok pemberantasan malaria. Puskesmas dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara perlu meningkatkan upaya.upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya buratif yang tepat dan efesien, terutama yang menyangkut tentang upaya pencegahan dari masyarakat sendiri sebingga dapat menurunkan kasus malaria. Dan bagi pemerintah Kabupataten Aceh Utara diharapkan dapat memberikan perhatian yang khusus terhadap berbagai faktor risiko yang bekaitan dengan penyebaran penyakit malaria. Dengan demikian diharapkan adanya intervensi yang berkelanjutan untuk dapat menurunkan kasus malaria sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. ......Malaria is still one of public health problems for a long time and it can not be overcame yet until now in Province of Nanggroe Ac:eh Darussalam. One of districts in Nanggroe Aceh Darussalam is North Aceh which is a place with malaria endemic. Annual Malaria Index (AMI) improved for five years (2003-2007) in North Aceh district. AMI level is 3,67 of 1000 population with amount of clinic patients which are medicated at Primary Health Care are 1.555 peoples. These numbers do not include malaria cases at private and government hospital. High number of AMI in North Ac:eh district does not only give impact for health sector, but it also gives impact for economic sector.This high malaria case caused of many missing times because someone is ill so they are not productive and they have to lose their income. Besides, malaria patient must spend more expenses for medication, transportation, consumption and others. Loss is not only felt by patient but also by government because there are expenses for overcoming malaria disease. This study aim generally to get describing of economic loss which is caused of malaria at North Ac:eh district in 2007. Specific aim is to know how big expenses directly and indirectly which are spent by patient before, during and after medication at Primary Health Care. It is also to know how big expenses which are spent by government for promotion, prevention, and curative for handling malaria disease in 2007. This study don't cover the expenses which are spent by malaria patient who are looking for medication beside to Primary Health Care at North Aceh district in 2007. This study used a descriptive exploitative method with a cross sectional design which has been done from March until June in 2008 by 91 samples. Primary data was got from patient or family who got health service both of outpatient and inpatient with malaria in 2007. While secondary data was got from Health Department at North Ac:eh district concerning the expenses which have been spent by government during 2007 for handling of malaria disease Study result indicated that malaria patient at North Aceh district in 2007, most of them were men. They were 92,3% from total sample of this study. From respondent age got that most patient age 26 - 35 years old who most of them worked as farmer and farm worker at mount area. The expenses which were spent indirectly by respondents were Rp. 948.009 or 82,5% of total costs entirely.While direct costs were Rp. 195.000 or 175% of total costs entirely. Average of total costs which were spent by every respondent with malaria in 2007 were Rp. 1.565.922.Amount of clinic patient in 2007 based on report of Health Department were l.SSS patient so total expenses of malaria patient in 2007 were Rp. 2.435.008.710. The expenses of North Aceh district government in 2007 for handling of malaria disease based on report of Health Department were 566.555.000 or increased 25 times from 2006 which they were only Rp. 22.800.000. Total economic loss which was caused of malaria in North Aceh district in 2007 were Rp. 3.001.563.710. This total loss was only including of calculation value from patient who came to Primary Health Care and government expenses during 2007. From Bivariate analysis result indicated that it was only one variable which didn't indicate a relationship?with total cost including total day of unproductive patient, while other variables like typos of plasmodium, gender, education, income, care day and job indicated the eXistence of relationship with total costs which were spent by patient during malaria sick in 2007. It was suggested to do a compreliensive study concerning the expenses which were spent by malaria disease both of patient and government side and also economic impact for public economic. Health Department ofNorth Aceh District must strive cooperation by Plant Department which has direct access with company where labors work for overcoming malaria. Primary Health Care of North Aceh District must improve the efforts of promotion and prevention without disregarding correct and efficient curative effort, especially concerning prevention effort of public its self so it can reduce malaria case. It was also suggested to government of North Aceh District to give a special attention of various risk factors related to spreading of malaria disease. It was expected a comprehensive intervention to be able to reduce malaria case so it can increase public income and prosperity.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T29159
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Indrayani
Abstrak :
Penyakit malaria mcrupakan masalah kesehatan penyakit yang disebabkan oleh parasil yang discbut plasmodium. Upaya yang telah dilakukan untuk pemberantasan pcnyakit malaria meliputi upaya pencegahan, penemuan dan pemberantasan vektor serta pcrbaikan lingkungan. Salah satu upaya pencegahan penyakit- malaria adalah dengun penggunaan kelambu yang telah dikombinasikan dengan insektisida (Long Lmzing Insecticide Nets). Dalam upaya pencegahan malaria melalui penggunaan kelambu lerdapat faktor-faktor yang berhubungan, antara lain faktor sosiodemografi, persepsi kerentanan dan keseriusan serta persepsi manfaat dikurangi hambatan.Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang herhubungan dengan penggunaan kelumbu. Penelitian ini adalah penelitian survei dengnn rancangan pcnelitian non eksperimental dan dilakukan secara potong lintang (cru.v.>' scclional), dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan. Setelah dilakukan pcnclilian didapatkan hasil bahwa persentase penggunaan kclambu sebesar 72.9% Falalor yang bcrhubungan dengan pcnggunan kelambu adalah pekerjaan, persepsi kcseriusan dan persepsi hambatan yang dirasakan dalam penggunaan kclambu. Penting bagi pcmerintah daerah untuk meningkatkan promosi kesehatan dalam mcningingkatkan pengetahuan masyarakat khususnya yang bekerja di sektor informal dcngan pekerjaan beresiko penularan penyakit malaria, serta upaya mcningkutkan pengetahuan akan pcntingnya penggunaan kelambu sebagai upaya pcnccgalmn pcnyakit malaria. ......Malaria is known as a disease caused by a parasite called plasmodiutn. Many efforts have been done to eradicate the disease, including preventing, vectors finding and eradicating. as well as environment improvement. One ofthe way to prevent the disease is to by using a bed-net with have insecticide on it, called Long Lasting insectide nets However, there some factors related to the use of bed-net for malaria prevention, such as socio-demographic factors, perception to vulnerability and to seriousness, and perceived benefit minus perceived barrier. A study is developed with a purpose on finding the factors related to bed-net utilization. There is a survey with a non-experimental of cross-sectional design at the District of South Lampung. The study found that the bed-net utilization is around seventy three percent (72.9%) Factors related to the situation are found to be occupation, perception to seriousness and to obstacles on using the bed-nets. There is a needed for regional authority that escalating the health promotion in order to increase community knowledge, especially to those who work on informal sectors with a risk on acquiring malaria transmission. as well as the knowledge on the importance of using bed-net in malaria prevention.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T29194
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Samsul Bahri
Abstrak :
Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia. diperkirakan ± 1,5 juta - 2.7 juta jiwa meninggal setiap tahunnya. Di Indonesia Pada tahun 2002 dilaporkan ada 15 juta kasus klinis. Dilaporkan bahwa dibeberapa daerah malaria masih endemis terutama daerah terpencil dan sebagian besar penderitanya dari goIongan ekonomi lemah. Dari 2 I kabupaten /kota di NAD,66 6% merupakan daerah endemis malaria. Kabupatcn Aceh Tenggara yang merupakan daerah pegunungan dengan jarak 900 km dari ibu kota provinsi selama empat tahun berturut-turut megalami kenaikan kasus malaria. Pada tahun 2003 teroatat 741 kasus, 2004 tercatat 531 kasus, 2005 tercatat 1.112 kasus dan 2006 tercatat l.787 kasus kejadian malaria. Perhatian dunia terhadap malaria cukup besar. Hal ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian antara Global Fund, pemerintah Jerman dan pemerintah Indonesia yang berbunyi menghapus hutang Indonesia sebesar 50juta euro (600 milyar) dengan syarat setengah dari dana tersebut digunakan untuk program pemberantasan penyakit menular termasuk malaria. Program pemberantasan penyakit malaria merupakan palayanan esensial yang harus disubsidi oleh pemerintah dalam upaya mencapai ?kesehatan untuk semua? (health for all) sesuai dengan kemampuan Negara Indonesia. Diharapkan Dinas Kesehatan Kaabaupaten dapat mempengaruhi para pengambil keputusan di daerah untuk mendapaatkan prioritas dana APBD Kabupaten guna membiayai program malaria. Penelitian ini ingin melihat anggaran program pemberantasan penyakit malaria di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2005 s/d 2007 dimulai dari proses perencanaan penerimaan anggaran dari berbagai sumber peruntukan anggaran tersebut, siapa pegelolanya dan bagaimana dukungan pemangku kepentingan. Penelitian ini merupakan penelitian operasional dengan pendekatan kualitatif dan kuantitalif yang bersifiat deskriftif. Hasil penelitian menemukan pembiayaan program pemberantasan penyakit malaria di Dinas Kesehatan Kabupeten Aceh Tenggara pada tahun 2005 sld 2007 menunjukan hanya terdapat dua sumber yaitu ABPD Kab dan BLN yang jumlahnya cenderung naik yaitu tahun 2005 Rp 314,480.000, tahun 2006 Rp 444.380.000 dan tahun 2007 Rp 2.806.450.000. Pembiayaan operasional hampir tidak ada perubahan dari tahun ketahun. Komponen biaya terbesar adalah pemberian kelambu sebesar Rp. 2.512.200.000. Biaya untuk kuratif sangat sedikit yaitu hanya Rp 86.970.000. selama tahun 2005 s/d 2007. Dari hasil wawancara mendalam dengan peieabat terkait diperoleh gambaran bahwa keinginan mereka untuk memberantas: penyaki.t malaria cukup tinggi hanya saja belum diikuti dengan jumlah anggaran. Penelitian ini menyarankan agar pengelola Program pemberantasan penyakit malaria Dinas Kesahatan Kabupaten Aceh Tenggara lebih aktif lagi mencari sumber pembiayaan lain, tidak hanya bertumpun pada sumber yang ada sekarang dengan cara membuat perencanaan yang tepat dan melakukan advocasi ke pemerintah daerah. ......Malaria is a communicable disease that is still be one of health problem throughout tbe world. There are estimated ± I ,5 - 2,7 million people died every year because of malaria. It has been reported that there were 15 miliion cases in Indonesia in 2002. Malaria is still be an endemic disease in rural area and most of patients are the poor people. There are 21 districts in NAD and 66 6%malatia. Aceh Tenggara District is a mountainous area in the distance of 900 km from capital city. For 4 years malaria cases increased year to year. In 2003, it was recorded that there were 741 cases, 842 cases in 2004, !.!12 cases in 2005 and 1.787 cases in 2006. The international contribution toward malaria is great enough. The MOU bertween global fund, German and Indonesia has been signed, it stated they agreed to eliminate Indonesia debt at anount 50 million Euro (600 million) with a specific condition that half of that loan should be used to eliminate communicable disease including malaria. Malaria elimination program is an essential service subsidized by government to achieve "health for all" in accordance with government ability. It's expected that District Health Office (Dinas Kesehatan Kabupaten) could influence the district policy stake holder to get a priority budget from Annual district budget called ?APBD? for malaria program This study was aimed to describe the budget of malaria program in district health office in Aceh Tenggara in 2005 to 2007. This study enrolled the planning budgeting process, financing sources, agent, provider and beneficiary for malaria program. This study was on descriptive operational study with qualitative and quantitative approaches. The results of study showed that the sources of fund are District APBD and BLN. The funding tends to increase from Rp. 314.480.000 in 2005, Rp. 444.380.000 in 2006 to Rp. 2.806.450.000 in 2007. The major component of 1hat funding waspurchasing mosquito net and it cost 2.512.200.000. Curative funding component is only 86.970.000 from 2005 to 2007. The result of study recommended 1hat the District Hea1th Office ( Dinkes ) ofAceh Tenggara should proactively find others potential resources, not only depending on the available resourcesby making a better planning process and advocate district government.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20807
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tubianto Anang Zulfikar
Abstrak :
Malaria merupakan masalah kesehatan dunia termasuk indonesia karena mengakibatkan dampak yang luas dan berpeluang menjadi penyakit emerging dan re­ emerging disease. Di wilayah SEARO 10 dari 11 negara anggota SEARO endemlk malaria termasuk Indonesia. Pada tabun 2008 dilaporkan 2,4 juta kasus dengan konfirmasi laboratorium dan 40.000 kematian. Penelitiau ini menggunakan desain cross sectional yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yaug berhubungau dengan kejadian malaria pada populasi >15 tahun di Indonesia tahun 2010. Penelitian dengan studi kuantitatif melibatkan 177.920 subjek penelitian yang diambil dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Dati analisis multivariat didapatkan 13 variabel yang berhubungan secara signifikan. Variabel tersebut adalah : Umur, jenis kelamin, tipe dinding rurnah, tinggal sekitar sungai, tinggal sekitar hutan, tinggal sekitar pantai, tinggal sekitar daerah padat penduduk, tinggal sekitar ladang sawah, tinggal sekitar perkebunan, tipe daerah, tidur menggunakan kelambu. penggunaan repelen, dan kemoprofilaksis. Disarankan untuk orang yang tinggal di daerah berisiko untuk selalu menggunakan repelen, kepada Kementrian Kesebatan RI untuk: 1) meningkatkan cakupan juru malaria desa. 2) melakukan inodilikasi pemberantasan vektor pada daerah-daerah perkembangbiakan nyamuk Anopheles. Untuk peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian dengan desain lain seperti kasus kontrol untuk melibat faktor-faktor yang berhubungau dengau malaria pada daerah endemis atau non endemis malaria.
Malaria is the global health problem inclusive of Indonesia, because resulting wide impact and have opportunity to become emerging and re-emerging disease. In WHO region SEARO, 10 of 11 member country is endemic malaria inclusive Indonesia. In the year 2008 reported by 2,4 million case with the laboratory confirm and 40.000 death, incidence malaria 2010 was 22,9 per 1.000 population (Basic Health Research, 2010). This is a cross sectional study which aim to describe the predictors of malaria occurrence factors [of] which deal with malaria occurrence in population aged 15 and above in Indonesia, 2010. Research with the quantitative study is conducted in 177.920 respondent research which is taken from Basic Health Research 2010. Multivariate analysis showed 13 variable by significant. The variable is : Age, gender, home wall type, stay around river, stay around forest, stay around beach, stay around region over population, stay around farm, stay around plantation, region type, sleep utilizes bednet, repelen's purpose, and kemoprofilaksis. Suggested for person what does live at risk area to evers be utilize repelen, to Ministry of Health to 1). improving coverage of expert of countryside malaria 2) conducting modification of eradication vektor at breeding place of mosquito Anopheles. For the researcher of suggested other;dissimilar to /conduct research by design other;dissimilar like ease control to see the factors are related with malaria in endemic area or non endemic area.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T32005
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>