Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Madris
Abstrak :
Titik fokus penelitian ini, adalah untuk mengetahui pengaruh upah terhadap jam kerja yang dikaitkan dengan berbagai karakteristik individu tenaga kerja seperti pendidikan, umur, jenis kelamin dan tempat tinggal. Di samping karakteristik individu tersebut juga dikaitkan dengan karakteristik secara makro seperti rasio ketergantungan, produk domestik regional bruto dan nilai investasi menurut daerah tingkat II di Sulawesi Selatan, yang kemudian disebut variabel kontekstual. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada analisis penawaran tenaga kerja secara individu (invidual labor supply). Penelitian ini didasarkan pada dua literatur utama. yakni teori ekonomi rumah tangga (New-Homes Economics) dan teori penawaran tenaga kerja (Economics Labor Supply) dalam aspek mikro. New-homes ecomics didasari konsep Utility, sedangkan konsep individual labor supply berkaitan dengan konsep biaya alternatif (opportunity cost), Kedua konsep tersebut, akan melahirkan konsep efek subtitusi (subtitution effect) dan efek pendapatan (income effect). Perpaduan antara kedua konsep ini akan melahirkan, apakah individu akan menambah alokasi waktu untuk bekerja atau tidak. Seandainya pun harga jasa tenaga kerja (upah/gaji) mengalami peningkatan (asumsi leisure merupakan barang normal), maka belum tentu individu menambah jam kerjanya. Hal tersebut sangat tergantung pada utility yang diterima jika dia mengkonsumsi jam leisure lebih sedikit dan juga tergantung opportunity cost-nya jika dia melepaskan sejumlah jam kerjanya yang sudah dia miliki sebelumnya. Dari latar belakang teori inilah muncul, Bak-ward Bending Supply Curve dalam fungsi penawaran tenaga kerja, yang dimulai dari arah positif kemudian berubah menjadi negatif setelah harga leisure menjadi lebih terjangkau. Studi ini menggunakan data mentah (row data) Shpas 1995, Jumlah sampel sebanyak 49.816 observasi; terdiri atas 22.105 tenaga.kerja yang bekerja dan mempunyai informasi jam kerja dan sebanyak 4.793 di antara yang bekerja berstatus buruh/karyawan. Di samping menggunakan data individu Supas 1995 juga menggunakan data kelompok, yaitu masing-masing PDRB harga konstan 1993 tahun 1995, nilai investasi tahun 1994, dan rasio ketergantungan tahun, masing-masing menurut daerah tingkat II se Sulawesi Selatan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah tenaga kerja yang bekerja dan berstatus buruh/karyawan. Untuk mengestimasi- fungsi penawaran tenaga kerja yang diduga berbentuk Bakward Bending Supply Cuve, digunakan model regresi dengan metode OLS. Variabel utama adalah jam kerja dan upah. Sedangkan variabel pendidikan, umur, jenis kelamin dan tempat tinggal merupakan variabel kontrol. Rasio Ketergantungan merupakan variabel kontekstual. Penelitian ini berhasil menemukan pola penawaran tenaga kerja berbentuk parabola, mengikuti model teoretis, yakni pada awalnya arahnya positif, namun setelah mencapai backward bending supply curve hubungan antara jam kerja dengan upah berubah menjadi negatif. Terdapat hubungan yang singnfikan antara jam kerja dengan masing-masing variabel upah, pendidikan, umur, jenis kelamin, tempat tinggal dan rasio ketergantungan pada taraf alpha 0,05. Pola hubungan antara umur dengan jam kerja berbentuk parabola, mirip huruf U terbalik, yakni pada umur yang relatif muda hubungan antara umur dengan jam kerja positif, tetapi setelah umur semakin tua hubungannya menjadi negatif Hubungan tersebut menyerupai pola APAK (Angka Partisipasi Angkatan Kerja) secara universal. Rata-rata jam kerja masing-masing kelompok tenaga kerja yang berpendidikan di bawah SD, tamat SD dan tamat SLTP lebih tinggi daripada rata-rata jam kerja yang berpendidikan SLTA ke atas. Rata-rata jam kerja laki-laki lebih tinggi daripada rata-rata jam kerja perempuan Demikian halnya, rata-rata jam kerja di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan. Rasio ketergantungan berhubungan negatif dengan jam kerja yang ditawarkan ke pasar kerja.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supiyan
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan : profil tenaga kerja estimator yang diperlukan; profit pekerjaan estimasi bangunan; pelaksanaan sistem evaluasi penampilan kinerja estimator di PT.Pembangunan Perumahan (Persero), Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan teknik pengambilan sampel dengan purposive dan snowball sampling, pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara, dokumentasi, adapun analisis yang digunakan adalah model interaktif. Penelitian ini berkesimpulan : Pertama, profit tenaga kerja estimator yang diperlukan adalah tenaga kerja yang berkemampuan dalam: membaca gambar dan RKS, menghitung volume tiap jenis pekerjaan, menetapkan harga bahan dan upah tenaga kerja, menghitung satuan harga tiap jenis pekerjaan, menghitung harga bangunan secara keseluruhan dan memahami konstruksi bangunan, serta mengestimasi anggaran biaya dengan menggunakan komputer. Kedua, profil pekerjaan mengestimasi bangunan dikerjakan dengan metode perhitungan secara kasar ( taksiran) dan secara teliti serta sistematis, sedangkan teknik pengetjaannya dilakukan dengan dua cara, yaitu cara manual dan komputerisasi. Ketiga, pelaksanaan sitem evaluasi penampilan kinerja estimator didasarkan atas: kualitas basil eslimasi; kecepatan kerja; proses kerja. Dari kriteria evaluasi tersebut, penampilan kinerja yang paling baik adalah hasil estimasi yang memenuhi standar, sesuai ketentuan perusahaan dan dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat dari waktu standar. Hasil penelitian secara umum menunjukkan, tingkat kegagalan hasil eslimasi dari kerja tim estimator di PT.PP adalah cukup baik (rendah), yang memerlukan revisi sebesar 2,5%-5%, sedangkan di perusahaan yang sejenis umumnya hasil estimasi yang direvisi sebesar 5%, namun dari sebagian estimator yang bekerja di PT.PP dan berlatar belakang pendidikan SMK Bangunan masih ditemukan kelemahan kemampuannya dalam melaksanakan estimasi, terutama dari mereka yang mempunyai masa kerja yang relatif rendah, hal ini disebabkan karena kesulitan untuk memahami: membaca gambar, menghitung, mengoperasikan komputer dan kurang dapat bekerja secara kelompok serta etos kerja yang masih rendah. Sebagai saran dalam penelitian ini adalah, bagi estimator yang bekerja di PT.PP, yang berlatar belakang pendidikan SMK Bangunan yang masih mempunyai kelemahan dalam menjalankan tugasnya, maka pihak perusahaan sebaiknya dapat meningkatkan kemampuan mereka dengan melalui pelatihan pelatihan yang diperlukan perusahaan. Hal ini apabila tidak segera diantisipasi, maka akan ada kesulitan untuk dapat memenuhi kualifikasi tenaga kerja estimator yang dipersyaratkan oleh PT.Pembangunan Perumahan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni Eloisa Marinda
Abstrak :
Pada dekade 1980-an , laju pertumbuhan angkatan kerja di Sumatera Barat adalah sebesar 3,5 persen pertahun. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja ini dianggap masih cukup tinggi . Bila dilihat secara keseluruhan dari pertumbuhan angkatan kerja tersebut menurut daerah dan jenis kelamin dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, pertumbuhan angkatan kerja di kota jauh lebih tinggi daripada desa. Ini secara tidak langsung menyatakan bahwa arus migrasi dari desa ke kota di Sumatera Barat cukup tinggi. Kedua, pertumbuhan angkatan kerja laki-laki jauh lebih rendah dari angkatan kerja wanita. Ketiga, pertumbuhan angkatan kerja wanita di kota jauh lebih tinggi dari pada di desa. Tingginya pertumbuhan angkatan kerja wanita ini diduga antara lain disebabkan peningkatan pendidikan wanita telah memberi dampak terhadap kenaikan partisipasi angkatan kerja wanita di pasar kerja. Meskipun tingkat pertumbuhan angkatan kerja wanita lebih tinggi dibandingkan dengan angkatan kerja laki-laki akan tetapi partisipasi angkatan kerja (TPAK)nya relatif lebih rendah. Bila dibandingkan dengan TPAK wanita di pulau Jawa ternyata juga relatif lebih rendah (SUPAS 1985). Kalau diamati lebih lanjut, rendahnya TPAK wanita di Sumatera Barat disebabkan rendahnya TPAK pada wanita kelompok masa melahirkan yaitu pada usia 20-35 tahun. Hal ini berkaitan dengan masih tingginya angka kelahiran. Karena itu diduga sebagian besar wanita menarik diri dari angkatan kerja semasa child bearing age tersebut. Dalam teori ekonomi mikro, keputusan seorang individu untuk berpartisipasi di dalam angkatan kerja sangat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah selera, preferensi dan tingkat upah yang berlaku di pasar tenaga kerja. Bagaimanakah seorang individu memutuskan, apakah ia akan ikut ambil bagian dalam kegiatan proses produksi sebagai pekerja, atau akan menghabiskan seluruh waktunya untuk tidak bekerja. Bila ia memutuskan untuk bekerja, berapa lama waktu yang akan dicurahkannya untuk bekerja dan berapa lama untuk kegiatan diluar 'bekerja`. Pada kasus rendahnya TPAK wanita menikah dan mempunyai anak di Sumatera Barat, wanita menganggap memperoleh hasil yang bernilai tinggi di dalam rumah tangga dibandingkan bila mereka memasuki pasar kerja. Pilihan untuk tidak berpartisipasi dalam angkatan kerja menurut tingkat upah yang berlaku di pasar sesungguhnya merupakan pilihan memaksimumkan utilitas. Meskipun seorang individu memilih tidak bekerja pada tingkat upah yang berlaku dipasar, bila terjadi suatu kenaikan tingkat upah yang lebih tinggi maka hal ini akan mendorong individu tersebut memasuki pasar kerja. Kenaikan upah tersebut telah mengubah tingkah laku individu sehingga ia memutuskan untuk berpartisipasi di dalam angkatan kerja. Gambaran diatas memperlihatkan suatu model perilaku seorang individu, bagaimana individu tersebut menentukan pilihan-pilihan dan keinginan-keinginannya agar dapat dipenuhi secara memuaskan. Becker' (1960) dalam tulisannya "An Economic Analysis of Fertility", membahas mengenai tingkah laku fertilitas individu di negara maju. Keputusan untuk memiliki anak dipengaruhi oleh konsep biaya opportunity , yaitu pendapatan yang tidak jadi diterima oleh orang tua yang tidak bekerja karena harus mengurus anak-anaknya. Karena adanya suatu kenaikan tingkat upah nyata yang diterima kaum wanita causal PD TI, menyebabkan semakin banyaknya wanita yang ikut berperan di dalam pasar kerja sehingga pada gilirannya tingkat kelahiran menjadi turun. Tingkah laku fertilitas yang dijelaskan melalui analisis ekonomi ini kemudian lebih dikenal sebagai new homes economics . Analisis ini disebut home karena pada dasarnya rumah langga secara minimal terdiri dari suami, istri dan anak". Perkembangan selanjutnya memperlihatkan bahwa new homes economics tidak hanya dapat diterapkan untuk menganalisa tingkah laku fertilitas, tetapi dapat menganalisis hampir semua tingkah laku manusia yang berhubungan dengan pilih memilih termasuk analisis penawaran terhadap pekerja.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Agnes
Abstrak :
Seperti kita ketahui sejak lahirnya orde Baru dalam pemerintahan Indonesia terjadi pembangunan di segala bidang. Terutama pembangunan di bidang ekonomi, dalam dua dasawarsa belakangan ini berlangsung dengan pesat. Hal ini dapat dimengerti karena sesuai dengan Strategi Pembangunan Jangka Panjang, hanya dengan peningkatan hasil-hasil dalam bidang ekonomi, khususnya sektor industri, baru dapat tersedia sumber-sumber pembangunan yang lebih luas bagi peningkatan pembangunan di bidang-bidang lain. Pesatnya pembangunan di bidang ekonomi sudah tentu akan memberikan dampak terhadap struktur ketenagakerjaan. Struktur lapangan pekerjaan akan bergeser dari sektor pertanian ke sektor non pertanian atau industri. Dari segi jenis pekerjaan proporsi pekerja kantor meningkat lebih cepat dari pada bukan pekerja kantor dan dari segi status pekerjaan maka proporsi buruh meningkat lebih besar dari pada pekerja keluarga. Salah satu cara untuk memecahkan masalah dalam ketenagakerjaan ialah dengan menyiapkan tenaga kerja yang tangguh dan terampil. Sejalan dengan maksud tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Kecenderungan Angkatan Kerja di Indonesia dari berbagai sumber selama periode tahun 1961-1994 secara menyeluruh dan berkesinambungan. Sebagai sumber kajian utama dalam penelitian ini digunakan data sekunder dari BPS, baik dari hasil Sensus Penduduk, SUPAS, SUSENAS, dan SAKERNAS. Analisis data dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan menyusun data ke dalam bentuk tabel dan gambar kemudian dibahas kecenderungan ketenagakerjaan selama kurun waktu tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam periode tahun 1961-1994, jumlah tenaga kerja bertambah sebanyak 83,8 juta orang dengan tingkat pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 2,54%. Jumlah angkatan kerja mengalami kenaikan sebesar 51,1 juta orang dengan pertumbuhan rata-rata 2,75% per tahun. Dalam kurun waktu yang sama angka partisipasi angkatan kerja (APAK) meningkat dari 54,07% menjadi 58,03%. Angka Pengangguran terbuka menurun dari 5,71% menjadi 4,56% dan angka setengah pengangguran selama tahun 1965-1994 mengalami kenaikan yaitu dari 30,29% menjadi 39,25%. Kemudian dalam periode 1980-1990, tenaga kerja bertambah 30,6 juta orang dengan tingkat pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 2,82%. Jumlah angkatan kerja meningkat sebanyak 21,4 juta dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 3,44%, sedangkan APAK meningkat dari 50,23% menjadi 54,73%. Secara keseluruhan APAK laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dari segi kelompok umur maupun tingkat pendidikan ternyata, APAK di pedesaan lebih tinggi dari pada di perkotaan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan tingkat pendidikan, angkatan kerja di Indonesia masih di dominasi oleh mereka yang berpendidikan SD ke bawah. Berdasarkan kelompok umur, proporsi pengangguran terbesar di daerah perkotaan maupun pedesaan adalah mereka yang berusia 24 tahun ke bawah. Sedangkan menurut tingkat pendidikan, angka pengangguran tertinggi ditemukan pada laki-laki maupun perempuan yang berpendidikan SMTA umum. Selama periode 1961-1994 pekerja Indonesia meningkat sebanyak 49,3 juta orang. Menurut struktur umur, ternyata 60,61% pekerja Indonesia pada tahun 1990 berada pada kelompok umur 20-24 tahun, sedangkan menurut tingkat pendidikan 77,31% berpendidikan SD ke bawah. Telah terjadi pergeseran dalam struktur lapangan kerja selama periode 1961-1990. Jumlah pekerja yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan dari 71,90% pada tahun 1961 menjadi 49,95% di tahun 1990. Penurunan tersebut diikuti dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja pads sektor industri (manufaktur) dari 7,8g% pada tahun 1961 menjadi 17,53% pada tahun 1990. Untuk sektor jasa juga terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja dari 18,28% pada menjadi 32,40% pada tahun 1990. Di daerah perkotaan sektor jasa lebih menonjol peranannya, sedangkan di pedesaan sektor pertanian yang lebih menonjol peranannya baik untuk laki-laki maupun perempuan. Meskipun secara relatif proporsi pekerja yang bekerja di sektor pertanian menurun, tapi jumlah pekerja yang bekerja di sektor tersebut secara mutlak (absolut) masih meningkat. Telah terjadi perubahan dalam status pekerjaan selama periode 1980-1990. Proporsi pekerja kantor (white collar workers) meningkat dari 6,51 % pada tahun 1980 menjadi 8,80% pada tahun 1990, dilain pihak proporsi bukan pekerja kantor (blue collar workers) menurun dari 91,96% di tahun 1980 menjadi 90,45% pada tahun 1990. Perubahan juga terjadi dalam status pekerjaan selama tahun 1971-1990. Pada tahun 1971 proporsi pekerja dengan status pekerjaan sebagai buruh/karyawan sebesar 32,98% meningkat menjadi 34,87% pada tahun 1990. Proporsi pekerja keluarga menurun dari.25,32% di tahun 1971 menjadi 19,89% pada tahun 1990 dan proporsi pekerja dengan status berusaha sendiri menurun dari 35,92% di tahun 1971 menjadi 19,30% pada tahun 1990. Demikian pula dengan status pekerjaan pada pekerja sektor formal dan informal. Dimana peranan sektor formal meningkat dari 29,96% di tahun 1980 menjadi 36,33% pada tahun 1990. Peranan sektor informal mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut yaitu dari 70,04% menjadi 63,67%.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yufie Afiati Hasyim
Abstrak :
Perawat sebagai tulang punggung pelayanan keperawatan, menduduki posisi yang tidak tergantikan di rumah sakit. Perawat adalah satu-satunya unit kerja yang memberikan pelayanan terus-menerus selama 24 jam per hari, 7 hari dalam sepekan, dan 52 pekan dalam setahun. Perawat juga merupakan unsur tenaga kerja dengan jumlah terbanyak di RS. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa SDM keperawatan merupakan `komponen kritis' organisasi RS. Sebagai langkah awal yang sangat menentukan bagi tersedianya SDM keperawatan yang berkualitas - yang akan banyak menentukan keberhasilan dan masa depan RS - adalah dilakukannya proses rekrutmen dan seleksi yang efektif. Rekrutmen adalah aktivitas untuk memikat pelamar kerja yang memiliki kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan organisasi, untuk kemudian dilakukan seleksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya kesenjangan (gap) antara jumlah dan kualifikasi staf perawat baru yang diminta oleh bidang perawatan dengan pemenuhannya oleh sub bagian personalia dalam proses rekrutmen dan seleksi staf baru keperawatan di RS Muhammadiyah Bandung (RSMB). Penelitian ini menggunakan metoda deskriptif - analitik non-eksperimental dengan pendekatan kualitatif Analisis data dilakukan secara induktif - kualitatif. Fokus penelitian adalah pada tiga kali rekrutmen yang berlangsung antara bulan Februari - Juli 1997. Dari hasil pengamatan di lapangan dan wawancara mendalam, teridentifikasi bahwa kesenjangan itu terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang SDM keperawatan antara direksi dan kepala bagian umum di satu pihak, dengan kepala bidang perawatan di pihak lain, khususnya dalam menentukan persyaratan pendidikan bagi staf perawat baru. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa aktivitas rekrutmen belum mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari manajemen RSMB, terbukti dari tidak adanya kebijakan tertulis sebagai kerangka acuan bagi pembuatan keputusan yang berkaitan dengan rekrutmen; tidak tersedianya dana khusus bagi aktivitas rekrutmen; dan tidak tersedianya deskripsi kerja yang jelas bagi personil yang terlibat dalam proses rekrutmen. Sebagai akibatnya, rekrutmen di RSMB memiliki kinerja dan efektivitas yang rendah terlihat dari rasio yang sangat rendah antara jumlah pelamar yang qualified yang hadir pada tes pertama dengan jumlah pelamar yang diterima, yaitu: (11:4), (19:6), dan (24:11). Perbedaan persepsi yang terjadi pada manajemen RSMB berkaitan dengan rekrutmen SDM dapat dikembalikan pada misi, tujuan dan rencana strategis RSMB. Sekiranya RSMB belum memiliki rencana strategis, maka disarankan agar manajemen RSMB menindaklanjuti penelitian ini dengan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan perencanaan strategis (strategic planning) RSMB. ......Recruitment Function Analysis of Human Resources Management for Nursing Division in Muhammadiyah Islamic Hospital of Bandung Nurses, as the backbone of nursing care services, have been placing position without one can substitute them in hospital. Nurses are a part of man-power working in hospital who have been working at 24 hours a day, 7 days for a week, and 52 weeks for a year. They are also the largest pair of man-power working in hospital. Therefore, the human resource of nursing is "a critical component" in hospital organization. The first step to keep availability on qualified nursing resources -- to ensure the hospital successfully for this time and the future -- is doing effectively recruitment process and selection. Recruitment is activity to attract prospective employee candidate with ability, expertise, and knowledge that is needed by organization. The purpose of this study is identify the important factors that occurring gap between amount and qualification of new staff of nursing needed by nursing division with the number of qualified nurses that is consented by personnel manager within recruitment process and selection of new staff of nursing in Muhammadiyah Islamic Hospital of Bandung (RSMB). This study was using non-experimentally descriptive method with qualitative approach. That was utilized qualitative-inductive analysis, the study focused three times process of recruitment which performed between February - July 1997. Based on observation and in-depth interviewing, that was identified that the gap presence because of a different perception about human resources of nursing between director and personnel manager in one hand with head of nursing in the other hand, especially on standardization of qualification of education for new nursing staff. This study is also represent that recruitment activity not become a major attention from RSMB management; because of there are no policy for basic reference decision-making on recruitment; no budget for recruitment activity; and no job description on staff which involved in recruitment. All of these are to cause the outcomes of recruitment process have low performance and effectiveness. There are represent on ratio between the qualified applicant who attended in the first test and applicant who accepted as employee: (11:4), (19:6), and (24:11). Different perception on RSMB management related with recruitment of human resources should be back to mission, goal, and strategic plan of RSMB. We suggest to RSMB management to follow-up the study with advanced research related with strategic planning of RSMB.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Pardamean, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk melihat hasil estimasi Fungsi Penawaran Tenaga Kerja dan Penghasilan Tenaga Kerja berdasarkan variabel individu seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan yang ditamatkan, daerah dan lapangan pekerjaan, serta variabel kontekstual seperti Investasi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Persentase PDRB di sektor Industri, Persentase PDRB di sektor Pertanian, Persentase Pekerja di sektor Industri, Persentase Pekerja di sektor Pertanian dan Upah Minimum Regional (UMR).

Dengan mempergunakan data mentah Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Tabun 1994, dan data sekunder seperti publikasi PDRB tahun 1994, Statistik Indonesia tahun 1993 dan data UMR tahun I994, maka penawaran dan penghasilan tenaga kerja dianalisisis dengan pendekatan analisis deskriptif dan inferensial. Hubungan antara fungsi penawaran dan penghasilan dianalisis secara simultan

Dari hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata jam kerja buruh/karyawan laki-laki di Indonesia berjumlah 39,6 jam perminggu dengan tingkat penghasilan sebesar Rp. 35.462,8,- . Sedangkan Perempuan hanya menpunyai rata-rata jam kerja sebesar 32,2 jam perminggu dengan tingkat penghasilan sebesar Rp. 21.9337.8.-. Rata-rata jam kerja dan penghasilan buruh/karyawan di daerah perkotaan adalah 42,8 jam perminggu dengan penghasilan sebesar Rp. 38.746,1 dan di daerah perdesaan hanya mempunyai jam kerja 32,9 jam dengan penghasilan sebesar Rp. 25.558,-per minggu. Buruh/karyawan yang bekerja di sektor pertanian mempunyai jumlah jam kerja sebesar 27,8 jam dengan penghasilan Rp. 15.339,9 ,-perminggu dan di sektor non pertanian mempunyai jam kerja sebesar 39,8 jam dengan jumlah penghasilan sebesar Rp. 33.898,5.- perminggu.

Rata-rata penghasilan buruh/karyawan laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Pola rata-rata upah per kelompok umur (10-24 tahun, 25-50 tahun dan 50 tahun +) antara laki-laki dengan perempuan tidak ada perbedaan (mula-mula meningkat dan kemudian menurun). Selanjutnya rata-rata upah menurut tingkat pendidikan antara laki-laki dengan perempuan, laki-laki lebih tinggi dengan perempuan. Kemudian rata-rata upah di daerah perkotaan lebih tinggi dengan daerah perdesaan, dan rata-rata upah di lapangan pekerjaan pertanian lebih rendah dengan lapangan pekerjaan non pertanian.

v Dari hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa semua variabel yang dimasukkan dalam model baik individu dan kontekstual sama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jam kerja dan penghasilan. Pola penawaran tenaga kerja (buruhlkaryawan) per karakteristik individu berbeda-beda, baik antara laki-laki dengan perempuan, perkotaan dengan perdesaan, lapangan pekerjaan pertanian dan non pertanian, per kelompok pendidikan dan kelompok umur. Pola penghasilan tenaga kerja (buruh/karyawan) per karakteristik individu, tidak berbeda, baik antara laki-laki dengan perempuan, perkotaan dengan perdesaan, lapangan pekerjaan pertanian dan non pertanian, per kelompok pendidikan dan kelompok umur.

Dari analisis penawaran tenaga kerja variabel upah, Umur, lapangan Pekerjaan, Persentase Pekerja di sektor Pertanian dan Industri mempunyai pengaruh negatif terhadap jam kerja. Sedangkan bila dilihat dari segi penghasilan tenaga kerja, variabel yang mempunyai pengaruh negatif adalah variabel jam kerja, Daerah, Jenis kelamin, Umur, Investasi dan Produk Domestik Regional Bruto.

Dari hasil analisis deskriptif dan inferensial yang telah dilakukan terhadap estimasi penawaran tenaga kerja dan penghasilan tenaga kerja telah memberikan gambaran bahwa angkatan kerja di Indonesia pada umumnya mempunyai jam kerja yang relatif banyak, dengan tingkat penghasilan yang relatif rendah. Dengan demikian dapat diindikasikan angkatan kerja di Indonesia pada umumnya masih diwarnai dengan kemiskinan, baik miskin kualitas maupun material.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibin Mohammad Sjatibi
Abstrak :
Program Indonesianisasi Tenaga Kerja adalah Program Pemerintah. Program ini mengandung tiga hal pokok Pertama adanya keharusan untuk melakukan pendidikan dan pelatihan, kedua adanya alih-teknologi dari ahli asing kepada pihak Indonesia, dan ketiga pengalihan jabatan manajemen. Oleh karena itu penggunaan tenaga ahli asing bersifat sementara. Program Indonesianisasi sebenarnya mengandung tiga sasaran, yaitu Indonesianisasi tenaga kerja, Indonesianisasi saham dan Indonesianisasi perusahaan. Landasan program ini diawali dengan diberlakukannya Undang-Undang Penanaman Modal Asing termasuk Undang-Undang Penggunaan Tenaga Asing (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967, junto Nomor 11 Tahun 1970, junto Nomor 3 Tahun 1958). Didalam undang-undang tersebut antara lain disebutkan dasar-dasar penggunaan tenaga asing beserta tindak lanjutnya. Dengan diberlakukannya undang-undang tersebut, diharapkan akan mendapatkan modal yang ditanamkan disini, disamping itu juga mendapat keahlian dan keterampilan baik teknik, manajemen ataupun teknologi. Perolehan dan pihak asing itu, diharapkan dapat mengelola sendiri manajemen perusahaan di dalam negeri. Peran modal dan teknologi asing secara bertahap berkurang dan bersamaan dengan itu pula peran modal nasional dan keterampilan teknik dan teknologi bangsa Indonesia secara bertahap bertambah dan meningkat melalui pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan, alih teknologi dan alih jabatan. Seberapa jauh cita-cita di atas yang dituangkan di dalam Program Indonesianisasi itu dapat terlaksana di dalam praktek, perlu dilakukan pengkajian dan penelitian. "Indonesianisasi Tenaga Kerja pada Perusahaan PMA Joint Venture, Studi Kasus PT. KTSM" mengkaji dan meneliti implementasi Program Pemerintah tersebut, dengan pertimbangan : - PT. KTSM adalah perusahaan pionir, artinya pelopor dari realisasi Undang-Undang PMA yang diberlakukan tahun 1967 dan perintisan PT. KTSM dilakukan tahun 1968 atas prakarsa PN. Industri Sandang. - Industri sandang adalah industri strategis pada tahun tahun 1970-an pada saat awal dari Repelita 1 yang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan pokok rakyat yakni sandang-pangan. - Mitra usaha patungan ini dari pihak asing adalah Jepang yang sudah dikenal sebagai pemilik teknologi maju untuk industri tekstil dan mitra Kanebo serta Toyo Menka adalah dua perusahaan PMN terkemuka di dunia untuk produk tekstil. - Peserta dan pemilik modal nasional dari pihak Indonesia adalah Negara Republik Indonesia yang diwakili oleh Pemerintah R.I dalam hal ini Departemen Keuangan dan Departemen Perindustrian. Empat alasan di atas, dirasakan cukup proporsional apabila dilakukan pengkajian dan penelitian atas Program Pemerintah dimaksud. Di sekitar tahun 1970-an ketika program ini dicanangkan, sebenarnya pemerintah sendiri belum mempunyai "juklak juknis" sebagai perangkat dari atas yang dapat dipedomani. Penelitian ini dibatasi hanya kepada Program Indonesianisasi Tenaga Keija yang telah berlangsung antara tahun 1970-1980, dan menekankan pada kajian kebijakan dan Keputusan Direksi perusahaan, bertujuan untuk mengetahui rancangan pihak pihak Indonesia dan Jepang di dalam melaksanakan program Indonesianisasi tenaga kerja, juga ingin mengetahui pengaruh. konflik dan kerjasama beserta umpan balik dari program tersebut, termasuk dampak dan faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk masa depan PT. KTSM. Metode penelitian lebih bersifat deskriptif, dengan pendekatan kualitatif dan sumber datanya adalah dokumen-dokumen perusahaan Hal ini menarik oleh karena pihak Indonesia yang lebih berkepentingan, di dalam Direksi hanya mempunyai satu suara dibandingkan dengan Jepang yang tiga suara dan karakteristik joint venture-nya sendiri "G-to-P", menuntut kerjasama yang serasi, selaras dan seimbang, dengan latar belakang politik, ekonomi dan socio-kultural yang berbeda. Realisasi program ini di PT. KTSM diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi joint venture lain yang akan atau sedang melaksanakan program yang sama, oleh karena hingga tahun 1995 Indonesia menghadapi tidak kurang dari 57.159 tenaga kerja asing yang bekerja disini sebagai Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP).
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsudi
Abstrak :
Pembangunan kekuatan POLRI merupakan bagian dari pembangunan kekuatan ABRI yang dalam upayanya mencapai sasaran pembangunan, tetap mengacu dan diselaraskan dengan arah kebijaksanaan dalam program pembangunan kekuatan ABRI pada RENSTRA V tahun 1994-1998. Arah kebijaksanaan tersebut adalah untuk mewujudkan kekuatan dan kemampuan ABRI yang profesional, efektif, efisien dan modern agar mampu mengemban tugas, fungsi dan peranannya sebagai kekuatan hankam dan kekuatan sosial politik. Namun demikian, fakta menunjukkan bahwa terbatasnya jumlah dan kualitas sumber daya manusia POLRI yang dimiliki dapat mengakibatkan rendahnya efektivitas pelaksanaan tugas-tugas pokok POLRI dimasa yang akan datang. Apabila keterbatasan kemampuan dan kekuatan POLRI itu dibiarkan berlarut-larut maka dapat mengecewakan berbagai pihak terutama pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itulah peneiitian ini penting dilakukan untuk mengetahui peningkatan kualitas sumber daya manusia POLRI dalam rangka efektivitas pelaksanaan tugas pokok POLRI. Berdasarkan pada tujuan tersebut hipotesis yang diajukan adalah, bahwa faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia POLRI dalam rangka efektivitas pelaksanaan tugas pokok POLRI adalah kinerja sumber daya manusia POLRI, motivasi profesional, disiplin SDM POLRI, kesesuaian keahlian dengan beban tugas, masa kerja dan kepangkatan, kesehatan, kesamaptaan, insentif dan kebijaksanaan lembaga. Untuk menguji hipotesis yang diajukan maka alat analisis yang digunakan adalah % analisis secara deskriptif dengan tabulasi silang dan analisis dengan tehnik statistik, model regresi berganda. Dari temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan kemampuan profesional SDM POLRI, motivasi profesional, disiplin SDM POLRI, kesesuaian keahlian dengan beban tugas, masa kerja dan kepangkatan, tingkat kesehatan, kesamaptaan, insentif dan kebijaksanaan lembaga, dalam rangka efektivitas pelaksanaan tugas pokok POLRI, ternyata dapat diterima setelah diuji secara statistik dimana F.hitung = 8,360 lebih besar dari F.tabel = 2,720. Namun demikian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia POLRI dalam rangka efektivitas pelaksanaan tugas pokok POLRI adalah kinerja SDM POLRI, disiplin SDM POLRI dan kesesuaian keahlian dengan beban tugas yang masing-masing elastisitasnya sebesar 0,4253 ; 0,1205 dan 0,1328. Berdasarkan pada simpulan hasil penelitian maka dapat disarankan kepada pihak KAPOLRI bahwa sumber daya manusia POLRI dalam rangka efektivitas pelaksanaan tugas pokok POLRI adalah perlunya memberi prioritas dan dukungan terhadap upaya-upaya peningkatan kemampuan profesional SDM POLRI, disiplin dan kesesuaian keahlian dengan beban tugas melalui program pengembangan yang lebih baik dan didukung dengan penyesuaian kebijaksanaan.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mursriharyati Srimardji
Abstrak :
Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang yang digariskan oleh pemerintah. Masalah-masalah aktual yang merupakan kebutuhan dari setiap tenaga kerja meliputi persyaratan kerja, penyerapan, hubungan industrial yang selaras dan serasi, penciptaan lapangan kerja dan lain-lain. Masalah yang paling dominan adalah masalah perlindungan dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya yang dalam hal ini dilaksanakan. melalui Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Program Jamsostek yang tertuang dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 merupakan public goods untak mewujudkan kepastian peningkatan kesejahteraan bagi tenaga kerja dan keluarganya. Dampak dari perluasan kepesertaan program Jamsostek akan dapat mengurangi permasalahan kesenjangan sosial, pemogokan, PHK, perselisihan perburuhan yang jelas berpengaruh terhadap stabilitas nasional dalam melaksanakan pembangunan. Di dalam penelitian tesis ini sesuai dengan judul: "Perluasan Kepesertaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia", penulis menggunakan metode eksploratif dan teknik pengumpulan datanya melalui penelitian kepustakaan (library research) maupun penelitian lapangan (field research). Teori-teori yang digunakan adalah yang ada relevansinya dengan obyek penelitian dan memfokuskan pada teori-teori yang berkaitan dengan program Jamsostek, teori-teori pelayanan, di samping public goods yang tersedia, termasuk hasil studi banding di Malaysia dan Philipina. Analisis masalah perluasan program Jamsostek difokuskan pada masalah intern dan ekstern yang mempengaruhi program dan menggunakan pendekatan SWOT, sehingga dapat diketahui di mana letak kekuatan, kelemahan dan kekuatan-kekuatan dalam menjaring kepesertaan dan merupakan bahan evaluasi dan mengadakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan. Kesimpulan adalah masih banyak yang perlu segera kita sempurnakan dan lakukan dalam peningkatan kepesertaan antara lain dengan melakukan terobosan-terobosan dalam hal koordinasi, penggalakkan penyuluhan dan pemberian informasi, pengawasan, penegakan hukum, kampanye nasional program Jamsostek yang didukung instansi terkait, khususnya dengan Direktorat Jenderal Pajak dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Terobosan tersebut harus dilaksanakan secara cepat, dalam memperluas kepesertaan program Jamsostek.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Jeddah Arab Saudi, merupakan salah satu dari tujuh wilayah keemiran di negara Arab saudi yang menjadi konsentrasi tujuan paling besar pekerja migran Indonesia di Arab Saudi. Hasil penelitian dengan model pendekatan studi kasus menemukan bahwa pekerja migran Indonesia 95% terserap di bidang pekerjaan informal (Pembantu Rumah Tangga) dan 97% pekerja migran di Jeddah adalah perempuan....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>