Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maritzka Tedja
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara need to belong dan materialisme pada mahasiswa konsumen luxury fashion brand atau produk fesyen mewah bermerek. Need to belong merupakan sebuah kebutuhan untuk membentuk dan mempertahankan sebuah hubungan interpersonal yang mendasar dan dimiliki oleh semua manusia (Baumeister & Leary, 1995). Materialisme merupakan sebuah keyakinan yang dianut seseorang tentang seberapa pentingnya kepemilikan di dalam kehidupan mereka (Richins & Dawson, 1992). Responden penelitian ini adalah mahasiswa konsumen luxury fashion brand di wilayah Jabodetabek yang berjumlah 207 orang. Need to belong diukur menggunakan alat ukur Need to belong Scale (Leary, Kelly, Cottrell, & Schreindorfer, 2007). Materialisme diukur dengan alat ukur MVS short form (Richins, 2004) yang merupakan versi modifikasi singkat dari alat ukur MVS (Material Value Scale) yang disusun oleh Richins dan Dawson (1992). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara need to belong dan materialisme ( r(205) = .255, p < .01. ) Selain itu ditemukan pula bahwa need to belong memiliki korelasi positif yang signifikan dengan seluruh dimensi materialisme, yaitu pursuit of happiness, acquisition centrality, dan possession define success yang memiliki korelasi tertinggi. Hasil penelitian ini menunjukan pentingnya peranan orangtua terhadap pengeluaran anak, adanya intervensi kepada mereka yang membutuhkan dari kalangan psikolog dan pendidik, serta strategi marketing LFB yang tidak terfokus pada mahasiswa. ......This research aims to find relationship between need to belong and materialism in college student luxury fashion brand consumer. Need to belong can be defined as a need to form and maintain at least a minimum quantity of interpersonal relationships, is innately prepared and hence nearly universal among human beings (Baumeister & Leary, 1995). Materialism is a value about the importance of possessions in one's life (Richins & Dawson, 1992). Participants of this research were undergraduate college students in Jabodetabek area, with amounts 207 people. Need to belong was measured by Need to Belong Scale (Leary, Kelly, Cottrell, & Schreindorfer, 2007). MVS Short Form made by Richins (2004) was used to measure materialism, as a short modified version of Material Value Scale (Richins & Dawson, 1992). The result indicates there are positive and significant correlation between need to belong and materialism ( r(205) = .255, p < .01. ) Beside that, the result of the research also found that need to belong have positive and significant relation with all of materialism dimensions, which are acquisition centrality, pursuit of happiness, and possession define success as the strongest correlation. The results shown that the importance of parents guidance of their chindren expenses, intervention for whom needed the most by psychologist or educators, and marketing strategy that doesn’t focused on college students.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47477
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faqih Fikri Fadholi
Abstrak :
Pada era teknologi, selain melalui pinjaman konvensional, individu juga dapat meminjam melalui pinjaman berbasis daring. Pinjaman berbasis daring membuat individu menjadi lebih banyak meminjam untuk memenuhi gaya hidup materialis. Penelitian terdahulu telah menemukan hubungan materialisme dan perilaku berutang. Perilaku finansial juga ditemukan berhubungan dengan materialisme serta perilaku berutang. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan materialisme dan perilaku berutang pada emerging adulthood pengguna pinjaman online serta ingin melihat peran perilaku finansial sebagai mediator pada hubungan tersebut. 110 pengguna pinjaman online yang berusia 18 – 29 tahun mengikuti penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa materialisme tidak memiliki hubungan dengan perilaku berutang, akan tetapi perilaku finansial dapat menjadi mediator hubungan tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menjelaskan peran perilaku finansial sebagai faktor protektif dalam membantu menurunkan materialisme dan perilaku berutang. ......In the era of technology, apart from conventional loans, people can also borrow through online-based loans. Online-based loans encourage people to borrow more to fulfill materialistic lifestyles. Previous research has found a relationship between materialism and debt behavior. Financial behavior has also been found to be related to materialism and debt behavior. This study aims to determine the relationship between materialism and debt behavior in emerging adulthood users of online loans and to examine the role of financial behavior as a mediator in this relationship. 110 online loan users aged 18-29 participated in this study. The research was conducted by distributing online questionnaires. The results show that materialism does not have a direct relationship with debt behavior. however, financial behavior can act as a mediator in this relationship. The findings of this study are expected to help explain the role of financial behavior as a protective factor in reducing materialism and debt behavior
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library