Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Joune James Esau Ganda
"BIMINDO adalah salah satu kawasan metropolitan di Indonesia yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional melalui Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2017, dan menjadi prioritas pembangunan tata ruang aglomerasi kota Indonesia bagian timur. Kawasan Metropolitan BIMINDO, Sulawesi Utara direncanakan dengan Bitung dan Manado sebagai kota inti dan Minahasa sebagai kawasan kota pendukung, dengan kawasan ekonomi industri, pertanian dan pariwisata sebagai andalan penggerak pertumbuhan. Pembangunan dan perkembangan BIMINDO masih belum maksimal, terlihat dari berbagai isu seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) serta fasilitas jalan tol sebagai akses utama Manado-Bitung yang menderita kerugian besar. Kajian ini menganalisis faktor-faktor penyebab timbulnya isu tersebut, dan potensi Kabupaten Minahasa Utara terhadap pengembangan dan pembangunan kawasan metropolitan BIMINDO. Kajian ini menggunakan metode analisis mixed method analisis ekonometrika spasial GeoDa, navigasi Global Navigation Satellite System (GNSS), serta analisis kualitatif wawancara mendalam dan observasi lapangan. Kajian ini menekankan bahwa determinan populasi penduduk, penanaman modal asing, dan arus mobilitas kendaraan berdampak signifikan pada pengembangan dan pembangunan BIMINDO. Kebijakan terintegritas antar kawasan sangat diperlukan untuk mendukung arus lalu lintas yang baik pada akses utama antar kota inti, KEK dan DPSP pada Kawasan Metropolitan BIMINDO. Kabupaten Minahasa Utara memiliki potensi yang besar pada pengembangan dan pembangunan Kawasan Metropolitan BIMINDO pada bidang investasi, pertanian, industri, properti, dan pariwisata. Potensi lokasi Kabupaten Minahasa Utara yang strategis sebagai kawasan penghubung dan pendukung aglomerasi dua kota inti Manado dan Bitung juga memainkan peran yang penting. Aspek sumber daya manusia dan politik merupakan faktor yang dinilai perlu diperhatikan pada proses pengembangan dan pembangunan Kawasan Metropolitan BIMINDO.

BIMINDO is one of Indonesia’s metropolitan areas planned as National Strategic Area as in Decree of Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2017 and been targeted as prioritized eastern Indonesian cities development. BIMINDO Metropolitan Area, North Sulawesi is designed with two city centers: Manado Bitung and Minahasa as the buffer zone, with industrial economic, agriculture, and tourism as the main development factors. Development of BIMINDO Metropolitan Area is not as planned, with range of issues such as low productivity of special economic zone and inefficient facility of highway as the main access of Manado Bitung. This study analyses the influencing factors of the BIMINDO Metropolitan development issues and the potential of North Minahasa Regency in its strategic development. This study used mixed method analysis, including spatial econometric GeoDa, GNSS (Global Navigation Satellite System) navigation, and depth interview as well as field observation qualitative analysis. The result highlights that the population, foreign investment and vehicle mobility are the influencing determinant, while foreign investment is stressed as the significance determinant in BIMINDO Metropolitan development. Integrated policy among the area is needed to improve the vehicle mobility traffic in the main access of the two city centers, special economic zone and tourism centers in BIMINDO Metropolitan Area. North Minahasa regency shows a great potential in BIMINDO development especially in foreign investment, agriculture, industry, property, and tourism. The strategic location of North Minahasa Regency plays as significant role to accommodate the connectivity of the two city centers Manado Bitung agglomeration. Human development and politic are two important sectors to enhance in the strategic development of BIMINDO Metropolitan Area"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aris Ashari
"Kepadatan penduduk di Jakarta menimbulkan berbagai masalah perkotaan. Salah satu permasalahan yang timbul adalah kenyamanan termal dengan sensasi panas yang tidak nyaman. Hal ini juga diperparah dengan pemanfaatan ruang perkotaan yang tidak proporsional sehingga perbaikan sensasi termal sulit untuk diwujudkan. Perbaikan kenyamanan termal dilakukan terhadap wilayah mikro kemudian perlahan melakukan evaluasi dengan skala yang lebih besar. Penelitian-penelitian sebelumnya banyak membahas mengenai hubungan antar variabel meteorologi dengan Thermal Sensation Vote (TSV) dan Thermal Comfort Vote (TCV) dan kaitannya terhadap rekomendasi penambahan vegetasi. Namun sangat jarang dibahas terkait peluang responden untuk merubah persepsinya terhadap sensasi termal yang dirasakan setelah adanya evaluasi dan perbaikan kenyamanan termal. Teknik Ordinal Logistic Regression (OLR) digunakan dalam penelitian ini untuk menghasilkan model prediktif dari pengamatan yang melibatkan TSV dan TCV terhadap variabel meteorologi. Sedangkan metode ANOVA, digunakan untuk mendapatkan kisaran netral suhu yang dapat diterima di dua lokasi studi, Kelurahan Gunung Sahari Selatan dan Kelurahan Tanjung Priok. Simulasi pemanfaatan ruang di kedua lokasi studi dilakukan dengan evaluasi kenyamanan termal serta penambahan vegetasi menggunakan bantuan ENVI-Met. Penelitian menemukan kisaran netral suhu yang dapat diterima untuk membentuk TSV = 0 (Netral) di Gunung Sahari Selatan adalah 31,29 ± 0,96 ºC, sedangkan di Tanjung Priok adalah 31,32 ± 0,87 ºC. Juga didapatkan kisaran netral suhu yang dapat diterima untuk pembentuk respon TCV = 0 (Netral) di Gunung Sahari Selatan sebesar 31,21 ± 1,23 ºC dan di Tanjung Priok sebesar 31,12 ± 0,93 ºC. Model OLR yang terbentuk menyimpulkan bahwa setiap peningkatan suhu 1ºC dan kecepatan angin 1 m/s akan meningkatkan peluang respon untuk TSV=+3/7 (Panas) adalah sebesar 200% di Gunung Sahari Selatan. Sedangkan OLR untuk pengamatan di Tanjung Priok, disimpulkan bahwa setiap peningkatan suhu 1ºC dan penurunan kelembaban relatif 1% akan meningkatkan peluang respon untuk TSV=+3/7 (panas) sebesar 0%. Hasil evaluasi kenyamanan termal melalui simulasi penambahan vegetasi membuktikan bahwa terjadi penurunan batas bawah suhu hingga 0,08 ºC di Gunung Sahari dan penurunan batas atas suhu hingga 0,33 ºC di Tanjung Priok. Fakta-fakta tersebut memperlihatkan bahwa pemanfaatan ruang di Jakarta belum proporsional sehingga mayoritas dari responden memilih TSV = +3 (Panas) dan TCV = -1 (Sedikit Tidak Nyaman). Hal tersebut membuktikan pemanfaatan ruang yang tidak proporsional dapat memperburuk kenyamanan termal iklim mikro.

The population density in Jakarta has been raising various urban problems. One of those problems that arise are thermal comfort with an uncomfortable hot sensation. That’s also exacerbated by the disproportionate use of urban space so the improvement of thermal sensations is difficult to realize. The improvement of thermal comfort are generally carried out on the micro region then slowly evaluating it on a larger scale. Previous studies have discussed the relationship between meteorological variables with the Thermal Sensation Vote (TSV) and Thermal Comfort Vote (TCV) and their relation to recommendations for adding vegetation. However, it rarely discussed regarding the opportunity for respondents to change their perception of thermal sensation that felt after an evaluation and improvement of thermal comfort. Ordinal Logistic Regression (OLR) technique applied in this study to produce predictive models from observations involving TSV, TCV and meteorological variables. Meanwhile, the ANOVA method used to obtain a neutral range of acceptable temperatures in two locations; Gunung Sahari Selatan and Tanjung Priok. Spatial utilization simulation in both study locations was carried out by evaluating thermal comfort and adding vegetation using the ENVI-Met. The study found that the acceptable temperature neutral range for forming TSV = 0 (Neutral) at Gunung Sahari Selatan was 31.29 ± 0.96 ºC, while at Tanjung Priok it was 31.32 ± 0.87 ºC. Also obtained the acceptable temperature neutral range to form a TCV = 0 (neutral) response at Gunung Sahari Selatan of 31.21 ± 1.23 ºC and at Tanjung Priok of 31.12 ± 0.93 ºC. The OLR model concluded that every 1ºC increase in temperature and 1 m/s wind speed will increase the chance of a response for TSV=+3/7 (Hot) by 200% at Gunung Sahari Selatan. While the OLR for observations at Tanjung Priok concluded that every 1°C increase in temperature and 1% decrease in relative humidity would increase the chance of a response for TSV=+3/7 (Hot) by 0%. The results of the evaluation of thermal comfort through the simulation of adding vegetation proved that there was a decrease in the lower temperature limit to 0.08 ºC at Gunung Sahari and a decrease in the upper temperature limit to 0.33 ºC at Tanjung Priok. These facts shown that space utilization in Jakarta is not proportional enough so that the majority of respondents choose TSV = +3 (Hot) and TCV = -1 (Slightly Uncomfortable). It was also proves that disproportionate space utilization can exacerbated the microclimate thermal comfort."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Priharyaningsih
"Kebutuhan akan Taman Pemakaman Umum semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan kebutuhan masyarakat perkotaan akan ruang terbuka hijau, maka kawasan hijau pemakaman dirasakan perlu dikaji ulang fungsinya sehingga dapat memiliki nilai fungsional yang tinggi selain sebagai tempat menguburkan jenazah namun juga dapat menjadi tempat rekreatif yang nyaman dan aman. Mengembangkan kawasan hijau pemakaman untuk mengurangi keterbatasan lahan sekaligus menciptakan pemakaman sebagai bagian dari taman kota. Hal inilah mendasari peneliti untuk mengkaji dan mengevaluasi penerapan pengembangan kawasan hijau pemakaman di DKI Jakarta sehingga berfungsi secara ekologis, ekonomi dan sosial.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi dan kondisi pemakaman di Jakarta selatan, serta untuk mengetahui fungsi ekologis dan sosial dari kawasan hijau pemakaman. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode pengambilan sampel pohon dengan petak tunggal, kuesioner dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan distribusi 18 TPU yang ada di Jakarta Selatan menunjukan 27,78 sesuai nilai ideal berdasarkan konsepsi dasar, 16,67 memiliki nilai mendekati ideal berdasarkan konsepsi dasar, 55,55 memiliki nilai agak kurang tepat dengan konsepsi dasar yang dipersyaratkan. Kemampuan pohon yang ada di taman pemakaman umum dapat memberikan fungsi sebagai penyerap karbon, penyerap air dan sebagai sumber habitat burung dan satwa. Fungsi sosial taman pemakaman umum dapat dijadikan tempat rekreatif seperti bersantai, berolahraga dan kegiatan perekonomian yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar TPU.

The need for Parks Cemetery progressively increasing. Along with the needs of urban green public open spaces, the cemetery parks perceived need to be readjusted its functions so that it can have a high functional value other than as a place to bury the body but can also be a recreational place that is comfortable and safe. Developing cemetery parks to reduce the limitations of land while creating a cemetery as part of the city park. This is the underlying researchers to examine and evaluate the application development Cemetery parks in Jakarta so that can be function as ecologically, economically and socially.
The purpose of this study was to determine the distributuion and condition of cemetery in South Jakarta. And to analys it s functional as social and ecological of Cemetery as green area. The method in this research using a single plot methode to get the sampling trees, questionnaires and descriptive analysis.
The results show that 27,78 cemetery in South Jakarta have approached the funeral ideal follow the value on the basic conception, 16,67 have a nearly ideal value based on the basic conception, 55,55 had low value to the basic conception of the required. The ability of the existing trees in public cemeteries can provide a function as a carbon sink, absorbing water and as a source of bird and wildlife habitat. The social function of public cemeteries can be used as a place of recreation such as recreation, sports and economic activities that can improve the welfare of the surrounding community.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabio Raihan
"Perkerasan jalan di wilayah perkotaan di Indonesia pada umumnya menggunakan jenis perkerasan konvensional dimana memungkinkan terjadinya genangan air jika terjadi hujan. Perkerasan beton berpori menjadi salah satu solusi dalam mengatasi kejadian ini, dimana jenis perkerasan ini terdiri dari area terbuka yang membiarkan air menembus menuju ke tanah. Perkerasan beton berpori sudah digunakan di beberapa negara di dunia seperti USA dan Kanada. USA bahkan telah membentuk komite beton berpori dalam ACI 522R, sementara Kanada telah menjadikan 3 kota di negara ini sebagai kota percontohan penerapan beton berpori. Di Indonesia sendirisudah terdapat beberapa proyek yang mengaplikasikan perkerasan beton berpori, tetapi belum adanya standar yang berlaku dan sedikitnya standar internasional yangditerbitkan dalam pelaksanaan serta pemeliharaan perkerasan beton berpori. Maka dari itu, penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan rekomendasi dalam metode pelaksanaan dan pemeliharaan perkerasan beton berpori yang tepat untuk digunakan di Indonesia berdasarkan pengalaman negara USA dan Kanada. Metodologi yang digunakan adalah analisis arsip/dokumen, survei dengan wawancara dan kuesioner. Darihasil pengumpulan dan analisis data didapatkan aktivitas dan detail pelaksanaan dan pemeliharaan baru untuk diterapkan di Indonesia sehingga dihasilkan rekomendasi metode pelaksanaan dan pemeliharaan perkerasan beton berpori untuk diterapkan di Indonesia berdasarkan negara USA dan Kanada. Dengan adanya penelitian ini diharapkan penggunaan perkerasan beton berpori di Indonesia dapat ditingkatkan.

Road pavement in urban areas in Indonesia generally use conventional pavement which causing puddles if rain comes. Porous concrete pavement to be one solution in dealing with this incident, where the pavement consists of open areas that allow water to penetrate to the ground. Porous concrete pavement is already used in several countries around the world, like in USA and Canada. USA has established a committee of porous concrete in ACI 522R, while Canada has made 3 cities in this country as pilot cities of porous concrete implementation. In Indonesia it self has severalproject applying porous concrete pavement. However, lack of standards and international standard published at least in the construction and maintenance of porous concrete pavement. Therefore, this research is intended to provide recommendations for construction methods and maintenance of porous concrete pavement that is suitable for use in Indonesia based on the experiences of the USA and Canada. The methodology used is archived/documnet analysis, surveys with interviews and questionnaires. From the results of data collection and analysis, new activities and details of construction and maintenance is found to be implemented in Indonesia resulted in recommendations for the construction and maintenance methods of porous concrete pavement to be applied inIndonesia based on the USA and Canada. With this research, the use of porous concrete pavement in Indonesia is expected to grow."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adista Hanif Baskara Widya
"ABSTRAK
Seiring dengan semakin banyaknya individu yang tinggal di kota-kota
besar, populasi-nya menjadi semakin tersebar dalam kawasan perkotaan yang
secara spasial terus melebar. Meskipun telah banyak bukti empiris yang
menunjukan bahwa semakin besar jumlah populasi meningkatkan eksternalitas
aglomerasi kawasan perkotaan, sedikit yang diketahui mengenai pengaruh
distribusi populasi kawasan perkotaan dalam konteks tersebut. Termotivasi oleh
keadaan tersebut, riset ini bertujuan untuk melihat bagaimana konsentrasi
populasi kawasan perkotaan mempengaruhi produktivitas sepuluh kawasan
metropolitan di Indonesia. Studi ini menemukan bahwa organisasi spasial
kawasan perkotaan memiliki peran penting. Tidak hanya produktivitas lebih besar
di kawasan metropolitan yang terkonsentrasi, tetapi juga elastisitas produktivitas
terhadap populasi meningkat dengan tingkat konsentrasi populasi kawasan metropolitan

ABSTRACT
As more and more people come to live in large cities, its population has
become more dispersed across an increasingly spread-out urban area. While vast
amount of empirical evidences has shown that higher population enhances urban
agglomeration externalities, little is known whether urban population distribution
also has influence in that context. Motivated by this setting, this study examines
how urban population concentration of ten Indonesia metropolitan areas affect its
productivity. This study found that urban spatial organization matter. Not only
productivity is higher in concentrated metropolitan areas, but also the elasticity of
productivity with respect to population size increases with the degree of
metropolitan area?s population concentration"
2016
S64581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library