Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tatang Sabaruddin
"Analisa strategi manajemen pengusahaan pertambangan mineral dalam pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Musi Rawas" ini, merupakan satu kajian manajemen strategi terhadap Dinas Pertambangan dan Energi yang dibentuk berdasarkan Perda No 2 Tahun 2001 sebagai unit pelaksana teknis Pemerintah Kabupaten dalam menyusun strategi dan peraturan daerahnya guna melaksanakan otonomi daerah kegiatan pengusahaan pertambangan kontrak karya diwilayahnya.
Melalui wawancara, diskusi dan kuesioner serta analisa terhadap lingkungan eksternal Dinas tersebut penulis mendapatkan 5 faktor strategis peluangnya dan 5 faktor strategis ancamannya. Selanjutnya dari analisa lingkungan internal didapatkan 5 faktor strategis kekuatan dan 5 faktor strategis kelemahannya.
Dari hasil pengolahan data-data Dinas Pertambangan dan Energi tersebut sesuai hasil analisa matrik SPACE posisi Dinas ada pada kuadran Competitive, sehingga alternatif strateginya adalah strategi Market Penetration dan dari analisa matrik TOWS posisi Dinas berada di kuadran WT dengan alternatif strateginya adalah Joint Venture / Kerjasama. Pada tahap keputusan yang didasarkan analisa matrik QSPM didapatkan nilai strategi Joint Venture 22,29 dan nilai strategi Market Penetration 21,84.
Dalam penetapan keputusan strategi dalam Dinas Pertambangan dan Energi yang merupakan organisasi pemerintahan, maka berdasarkan pertimbangan faktor-faktor efektivitas dan efisiensi desentralisasi kewenangan [6] (Dr. Ir. Dharma Setyawan Salam, Manajemen Pemerintahan Indonesia 2002, Jakarta hal 119), strategi yang tepat dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan pengusahaan pertambangan kontrak karya adalah strategi kombinasi antara strategi Market Penetration dan strategi Kerjasama dengan Dep. Energi dan Sumberdaya Mineral. Sesuai hasil analisa faktor-faktor strategis di atas, maka di usulkan materi Perda Pengusahaan Pertambangan di kabupaten Musi Rawas meliputi hal-hal; Peranan pemerintah (regulasi); iklim pengusahaan (teknologi dan finansial); kepemilikan dan sistem perijinan; kepentingan masyarakat dan pengelolaan lingkungan.

The Analysis of the Management Strategy for Mining Enterprise in Implementing the Local Autonomy in Musi Rawas Regency"The Analysis of the management strategy for Mining Enterprise in implementing the local autonomy in Musi Rawas Regency" constitutes a strategic management study on the District of Mining and Energy which was established based on the Local Regulation No. 2 of 2001 as a technical implementer unit of Regional Government in drafting its local regulation in order to implement the local autonomy on the exploitation activity of mining contract of work around its area.
Through interview, discussion and questioner and analysis for its external environment, writer has found 5 (five) opportunity factors and 5 (five) strategic threat factors. Therefore, in the internal environment analysis has been found 5 (five) strategic strengths and 5 (five) strategic weaknesses. Of the data processing of the District of Mining and Energy in accordance with the SPACE matrix analysis, District position is on the Competitive Quadrant, so its strategy alternative is Market Penetration Strategy, and based on the TOWS matrix analysis, Department position is on the WT quadrant with its alternative strategy is a Joint Venture. On the decision stage based on the QSPM matrix analysis has been found that the value of Joint Venture Strategy is approximately 22.29 and Market Penetration strategy is 21.84.
In taking strategy decision at the District of Mining and Energy as a government organization, therefore in consideration with the effective factors and authority efficiency [6] (Dr. Ir. Dharma Setyawan Salam, Manajemen Pemerintahan Indonesia 2002, Jakarta p. 119), the precise strategy used in implementing the exploitation activity of mining contract of work is a Combination between Market Strategic Penetration and Joint Venture Strategic with the Department of Energy and Mineral Resources. In accordance with analysis for such strategic factors mentioned above, it is proposed the draft of local regulation for Mining Efforts in Musi Rawas including the following matters: the government role (regulation), condition of exploitation (technology and financial); the ownership and license system, the interest of public and environment preservation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T 8527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syiqqil Arofat
"Dukungan penduduk lokal terhadap industri tambang cenderung digeneralisasi dalam berbagai kajian sebelumnya sebagai kalangan yang hanya berorientasi keuntungan ekonomi, sementara kelindan trajektori praktik diskursif, yang melatari pemosisian aktor dan melegitimasi eksklusi sosial, belum banyak dibahas. Melalui studi kasus terhadap kolaborasi kuasa antara PT SI dan penduduk lokal di Rembang, penelitian ini menelusuri proses reproduksi beragam diskursus dominan, perluasan legitimasi PT SI, pemosisian dan pembentukan relasi kuasa, serta berbagai konsekuensinya. Dengan menggunakan pendekatan poststrukturalis, penelitian ini juga mengungkap berbagai kontradiksi dan kontestasi kuasa dari kalangan yang dirugikan, baik dari penolak maupun pendukung PT SI, yang justru dipandang sebagai patologi sosial dalam diskursus dominan pembangunan.

The current agrarian studies tend to generalize and reduce supportive collaboration of local people with mining corporations in the sole economic interests, while ignoring intertwined trajectories of varied discursive practices, positioning, and legitimizing social exclusion. Through case study of PT SI collaboration with local people on succeeding the mining project, this research traces the interrelationship of the politically discursive alliances, producing wide-reaching legitimacy and forming power relations. Appying poststructuralist approach, this research elaborates the contradictory consequences within power relations contested by local people in a disadvantageous position, which are naturalized or presumed pathologies by dominant development discourses."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Nugraha
"ABSTRAK
Desentralisasi telah membuka kesempatan investor luar negeri memasukkan
modalnya untuk mengembangkan sektor industri setalah adanya kesepakatan pasar bebas.
Pengambilan kebijakan pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam oleh
pemerintah daerah mendorong masyarakat untuk menambang secara bebas dan masif,
yang diikuti dengan tata kelola pertambangan mineral timah yang buruk. Beberapa kajian
industri ekstraksi terbagi dua perspektif, yaitu perspektif institusional dan perspektif
ekonomi politik. Perspektif institusional lebih menekankan pada tata kelola sumber daya
alam yang baik dan rente ekstraksi pada kelembagaan. Sedangkan, perspektif ekonomi
politik menekankan kelas penguasa mengakses dan mengontrol sumber daya alam yang
diikuti perilaku rente ekstraksi. Penelitian ini menggunakan perspektif ekonomi politik
dari konsep Veltmeyer dan Petras tentang ekstraktivisme baru. Penelitian ini menjelaskan
tentang penetrasi modal ekstraksi dalam penambangan timah dengan peran jaringan
patronase kolektor timah dalam proses akumulasi kapital dan menjelaskan bentuk lainnya
dari konflik sumber daya alam. Dengan mengacu studi kasus penelitian di Kabupaten
Bangka terkait penambangan timah, peneliti berargumen ekstraktivisme baru dalam
penambangan timah semakin berkembang dikarenakan adanya dukungan modal esktraksi
yang disebarluaskan oleh elit industri kepada jaringan kolektor timah, yang diikuti dengan
konflik kepentingan terhadap penguasaan sumber daya mineral timah oleh elit industri.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara
mendalam, kajian literature dan data sekunder. Informan penelitian ini adalah kolektor
timah, pengusaha timah dan smelter, pemilik dan penambang tambang inkonvensional,
Walhi, Jatam, peneliti ahli dan ASN Kabupaten Bangka.

ABSTRACT
Decentralization has opened up the opportunities for foreign investors to devote their
capital for developing industrial sector after the free market agreement. The adoption of
natural resource-based economic development policies by local governments encourages
people to mine freely and massively, that followed by poor mining management of ton
minerals. A number of studies on extractive industries are categorized into two
perspectives, namely institutional perspective, and political economy perspective.
Institutional perspectives emphasizing on natural resource governance and the existence
of rent in the institutional governance system. Meanwhile, the political economy
perspective tend to focus on how the ruling class accessing and controlling natural
resources followed by the act of extraction rent. This study uses a political economy
perspective from the Veltmeyer and Petras concepts of new extractivism. This study
explains the capital penetration on tin mining with the role of the patronage network of
tin collectors in the process of capital accumulation and explains the other forms of natural
resource conflict. By using case studies in Bangka Regency related to tin mining, this
study argues that new extractivism in tin mining is increasingly developing due to the
support of extractive capital that is disseminated by the industrial elite to the tin collector
network, followed by conflicts of interest over the control of tin mineral resources by
industrial elite. This research uses qualitative case study method. Data collection
techniques used observation, in-depth interviews, literature review, and secondary data.
Informants of this study ranging from tin collectors, tin entrepreneurs and smelters,
owners and miners of unconventional mines, Walhi Bangka Belitung, JATAM, expert
researchers and Bangka Regency Civil State Apparatus."
2019
T51782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efrianita
"Tesis ini membahas tentang bagaimana regulasi penambangan yang ada di
Kabupaten Bangka Selatan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dihubungkan
dengan tingkat kerentanan sosial dan sumber penghidupan masyarakat. Thesis ini
ingin melihat gambaran kerentanan (Vulnerability) dan Sumber Penghidupan
(Livelihood). Sampel diambil sebanyak 387 responden di wilayah Bangka Selatan
dengan menyebar kuesioner dan menggunakan metode simple random sampling
untuk responden menggunakan analisis bivariat untuk melihat signifikansi level dan
pearson correlation dengan menggunakan bantuan software. Hasilnya adalah
adanya Kerentanan (Vulnerability) dan Sumber Penghidupan (Livelihood)
masyarakat sekitar lahan pertambangan timah di Kabupaten Bangka Selatan.
......This thesis discusses how existing mining regulation in South Bangka Bangka
Belitung province associated with the level of social vulnerability and livelihoods.
This thesis would like to see a picture of vulnerability (Vulnerability) and
Livelihoods (Livelihoods). Samples were taken as many as 387 respondents in the
South Pacific region by spreading the questionnaire and using simple random
sampling method to respondents using bivariate analysis to look at the significance
level and Pearson correlation using statistical software. The result is the existence
of Vulnerability (Vulnerability) and Livelihoods (Livelihoods) surrounding
communities tin mining land in South Bangka Regency."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Raihan
"Pencabutan izin usaha pertambangan merupakan tindakan hukum yang dilakukan sebagai sanksi atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan tambang. Menteri Investasi/BKPM memiliki wewenang dalam mengurus perizinan dan investasi di sektor pertambangan. Menteri Investasi/Kepala BKPM selaku Badan/pejabat tata usaha negara secara resmi mencabut ribuan Izin Usaha Pertambangan (IUP) berdasarkan Keputusan Presiden nomor 1 tahun 2022. Maka permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah (1) Bagaimana pemetaan kewenangan terhadap penerbitan dan pencabutan izin usaha pertambangan di Indonesia? (2) Bagaimana upaya administratif terhadap perbuatan melawan hukum oleh badan/pejabat tata usaha negara (Onrechtmatige Overheidsdaad) dalam sengketa pencabutan izin usaha pertambangan?Hasil analisis menunjukan bahwa  upaya administratif yang dapat dilakukan terhadap perbuatan melawan hukum oleh badan/pejabat tata usaha negara (Onrechtmatige Overheidsdaad) dalam sengketa pencabutan izin usaha pertambangan adalah, pihak yang dirugikan dapat memohon tuntutan hukum kepada pihak yang bertanggung jawab, seperti pihak resmi atau pihak tingkat satuan kerja dan pemetaan kewenangan terhadap penerbitan dan pencabutan izin usaha pertambangan di Indonesia ada pada BKPM. Hal ini terjadi atas delegasi kewenangan pencabutan izin usaha pertambangan dari Kementerian ESDM ke BKPM melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) No. 19 Tahun 2020. Demi menghindari perbuatan melawan hukum oleh badan/pejabat tata usaha Negara, penulis merekomendasikan untuk segala pihak bekerja sama dalam upaya meminimalisir risiko yang mungkin terjadi. Ini dapat dilakukan dengan cara memastikan proses pencabutan izin usaha pertambangan dilakukan dengan benar, transparan, dan sesuai dengan hukum.
......Revocation of a mining business permit is a legal action taken as a sanction for violations committed by a mining company. The Minister of Investment/BKPM has the authority to manage licensing and investment in the mining sector. The Minister of Investment/Head of BKPM as the State Administration Agency/official officially revoked thousands of Mining Business Permits (IUP) based on Presidential Decree number 1 of 2022. So the problems that will be discussed in this thesis are (1) How is the mapping of authority regarding the issuance and revocation of permits mining business in Indonesia? (2) What are the administrative measures against unlawful acts by state administrative bodies/officials (Onrechtmatige Overheidsdaad) in disputes over the revocation of mining business permits? The results of the analysis show that administrative measures can be taken against unlawful acts by state administrative bodies/officials (Onrechtmatige Overheidsdaad) in disputes over the revocation of mining business permits, the aggrieved party can request a legal claim against the responsible party, such as an official party or work unit level party and the mapping of authority regarding the issuance and revocation of mining business permits in Indonesia lies with the BKPM. This happened due to the delegation of authority to revoke mining business permits from the Ministry of Energy and Mineral Resources to BKPM through the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation (Permen ESDM) No. 19 of 2020. In order to avoid unlawful acts by State administrative bodies/officials, the author recommends that all parties work together in an effort to minimize possible risks. This can be done by ensuring that the mining business permit revocation process is carried out correctly, transparently and in accordance with the law."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Wobowo
"Stochastic Frontier Analysis dikembangkan sebagai model pengukuran efisiensi yang mempunyai metode econometric dan parametric. Data yang digunakan dapat bcrupa cross sectional data atau panel data, semakin banyak data yang tersedia maka pengukuran akan semakin akurat. Stochastic Frontier Analysis telah banyak digunakan dalam pengukuran efisiensi pada berbagai industri.
Dalam penelitian dilakukan analisis kinerja pada 12 perusahaan di sektor pertambangan dengan menggunakan balanced panel data periode waktu mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Sektor pertambangan sendiri terbagi dalam empat sub sektor yaitu batu bara, minyak dan gas bumi, logam dan mineral lainnya, dan batu-batuan Penggunaan Stochastic Frontier Analysis diharapkan dapat memberikan estimasi pengukuran efisiensi yang lebih baik, karena tidak menggunakan salah satu perusahaan sebagai benchmark.
Dalam karya akhir ini akan diteliti pula pengaruh explanatory variable pada kinerja efisiensi perusahaan. Variabel-variabel tersebut adalah Size, hutang jangka panjang, umur perusahaan, ownership dan sub-sektor pertambangan. Variabel Ownership akan dibagi antara perusahaan milik Pemerintah RI dan perusahaan milik swasta, sedangkan sub-sektor pertambangan akan dibagi menjadi kelompok energi dan non energi.
......Stochastic Frontier Analysis has developed as a model for measuring efficiency of production which has an econometric and parametric method. The model can be used for cross sectional data or panel data. The availability of supporting data can make a better estimation of the technical efficiency. Stochastic Frontier Analysis has been used in many researches in some industries.
In this research, 12 mining companies in Indonesia have been measured. The data used are balanced panel data with the period of 2003 until 2006. The mining sector itself is divided into 4 sub-sector, which are cgal mining, crude petroleum and natural gas production, metal and mineral mining) and land I stone quarrying. The measurement using Stochastic Frontier Analysis is expected to be more adequate than other method, because Stochastic Frontier Analysis does not use one of the company as a benchmark.
In this research, it will also use some explanatory variable that can affect the technical efficiency. These variables are size, risk, age. ownership and mining sub-sector. Ownership variable will be divided into government and private owner. While the mining sub-sector variable will be divided into energy group and non energy group."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T 25557
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ranaka Adhitama
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas mengenai upaya pemerintah Republik Indonesia dalam nasionalisasi perusahaan tambang timah yang sebelumnya milik Belanda yang bernama Gemeenschappelijke Mijnbouwmaatschappij Billiton (GMB). GMB merupakan perusahaan swasta Belanda yang bergerak dibidang pertambangan timah. Terdapat tiga perusahaan Belanda di Indonesia yaitu; Banka Tin Winning, Billiton Maatschappij, dan NV. Sitem. Ketiga perusahaan tersebut awalnya berdiri sendiri-sendiri hingga menjadi satu manajemen yaitu GMB yang merupakan perusahaan gabungan antara milik pemerintah dan swasta Belanda. Setelah Indonesia merdeka pemerintah melakukan upaya-upaya untuk mengambil alih perusahaan tersebut agar menjadi milik Indonesia. Tujuan pengambilalihan dilakukan untuk menyejahterakan rakyat dan untuk membangun sektor ekonomi negeri. Setelah berhasil diambil alih oleh pemerintah Indonesia perusahaan tambang timah berganti nama menjadi Perusahaan Negara Tambang Timah. Pergantian kepemilikan dan kekuasaan pada perusahaan timah menimbulkan reaksi dan dampak internal maupun eksternal secara sisi dampak politik, ekonomi, dan sosial. Skripsi ini menggunakan metode sejarah dengan mengumpulkan sumber-sumber berupa arsip, laporan tahunan milik perusahaan, lembaran-lembaran negara, nota persetujuan, jurnal, dan buku. Skripsi ini membahas mengenai upaya pemerintah Republik Indonesia dalam nasionalisasi perusahaan tambang timah yang sebelumnya milik Belanda yang bernama Gemeenschappelijke Mijnbouwmaatschappij Billiton (GMB). GMB merupakan perusahaan swasta Belanda yang bergerak dibidang pertambangan timah. Terdapat tiga perusahaan Belanda di Indonesia yaitu; Banka Tin Winning, Billiton Maatschappij, dan NV. Sitem. Ketiga perusahaan tersebut awalnya berdiri sendiri-sendiri hingga menjadi satu manajemen yaitu GMB yang merupakan perusahaan gabungan antara milik pemerintah dan swasta Belanda. Setelah Indonesia merdeka pemerintah melakukan upaya-upaya untuk mengambil alih perusahaan tersebut agar menjadi milik Indonesia. Tujuan pengambilalihan dilakukan untuk menyejahterakan rakyat dan untuk membangun sektor ekonomi negeri. Setelah berhasil diambil alih oleh pemerintah Indonesia perusahaan tambang timah berganti nama menjadi Perusahaan Negara Tambang Timah. Pergantian kepemilikan dan kekuasaan pada perusahaan timah menimbulkan reaksi dan dampak internal maupun eksternal secara sisi dampak politik, ekonomi, dan sosial. Skripsi ini menggunakan metode sejarah dengan mengumpulkan sumber-sumber berupa arsip, laporan tahunan milik perusahaan, lembaran-lembaran negara, nota persetujuan, jurnal, dan buku.

ABSTRACT
This thesis discusses the effort of the republic Indonesian government to nationalize the tin mining company, which previously owned by Gemeenschappelijke Mijnbouwmaatschappij Billiton (GMB). GMB was a Dutch private company that engaged in the field of tin mining. There are three Dutch companies in Indonesia; Banka Tin Winning, Billiton Maatschappij, dan NV. Sitem. These three companies were originally stand-alone until they were united under one management called GMB, which was a joint company between the government and Dutch private company. After Indonesia`s Independence, the government strived to obtain the company so it would be taken over by Indonesia. The aim of this takeover was to prosper the Indonesian citizen and to improve their economic sector. After it was successfully acquired, the tin mining company's name was changed into Perusahaan Negara Tambang Timah or PN Timah. This transformation provoked some reactions, internal, and external impacts. This thesis uses the historical method by collecting the prime and secondary sources, such as archives, company annual reports, gazetted, journals, and books."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dami Lail Hanifah
"Kepailitan merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan utang piutang antara debitor dan para kreditor, upaya kepailitan yang demikian sering juga ditempuh oleh para kreditor terhadap perusahaan-perusahaan pertambangan batubara yang ada di Indonesia. Hal demikian wajar adanya, namun di antara pailitnya perusahaan-perusahaan tambang tersebut, ada kurator yang mengupayakan agar perusahaan pertambangan batubara yang telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Indonesia tersebut tetap dilanjutkan olehnya (going concern) demi meningkatkan nilai harta pailit guna melunasi utang-utang yang dimiliki oleh debitor pailit tersebut. Akan tetapi, upaya going concern tersebut ialah bertentangan dengan hukum, karena berdasarkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, serta asas dan ketentuan yang terkandung di dalam UU Pertambangan Mineral dan Batubara, dan juga teori tentang barang yang mengandung makna kepentingan publik (public interest) berupa public ownership, diketahui bahwa batubara merupakan sumber daya alam tak terbarukan milik bangsa Indonesia atau dalam hal ini ialah milik seluruh rakyat Indonesia, yang penggunaan dan pemanfaatannya tidaklah boleh berorientasi kepada kepentingan individu atau golongan semata, namun harus berorientasi kepada kepentingan bangsa untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka dari itu, batubara yang masih ada di dalam perut bumi Indonesia ataupun yang iuran produksi atau royaltinya belum dibayarkan lunas sebelum perusahaan pertambangan batubara tersebut dinyatakan pailit tidaklah dapat dianggap sebagai kekayaan dari debitor pailit dalam konteks kekayaan yang sudah ada maupun dalam konteks kekayaan yang baru akan ada di kemudian hari selama berlangsungnya kepailitan.
......Bankruptcy is one of the options for resolving debt problems between debtors and creditors. In Indonesia, creditors occasionally file for bankruptcy against coal mining companies. This is understandable, but among the bankruptcies of these mining companies, there is a curator who strives for the coal mining company that has been declared bankrupt by the Indonesian Commercial Court to be continued by him (going concern) that one may increase the value of the bankrupt assets in order to pay off the bankrupt debtor's debts. On the other hand, this type of going concern exercise is against the law, because it is based on Article 33 paragraph (3) of the 1945 Constitution, as well as the principles and provisions of the Mineral and Coal Mining Law, along with the theory about goods that contain the meaning of public interest, in the form of public ownership, it is well known that coal is a non-renewable natural resource that belongs to the Indonesian people, or in this case, to the entire Indonesian people, and that its use and utilization should not be oriented solely to the interests of individuals or groups, but must be oriented to the interests of the nation for the maximum benefit and prosperity of the people. As a result, coal that is still in Indonesia's bowels or whose production fees or royalties have not been paid in full before the coal mining company is declared bankrupt cannot be considered the bankrupt debtor's wealth in the context of existing assets or new assets to be acquired at a later date during the course of the bankruptcy."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Choirani
"

Aktivitas tambang yang dikelola oleh kelompok masyarakat seringkali didentifikasi sebagi aktivitas ilegal karena beroperasi tidak sesuai dengan standar pertambangan dan   praktiknya yang dianggap tidak bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan pasca tambang. Pada konteks mata pencaharian komunitas, minat kelompok masyarakat untuk merambah daratan serta perairan dan bergabung dalam aktivitas tambang timah inkonvensional tidak pernah surut. Tambang tidak hanya menarik bagi kelompok masyarakat lokal, tambang juga telah menarik kelompok masyarakat dari luar Pulau Bangka untuk datang bekerja sebagai penambang. Kedatangan kelompok masyarakat migran Selapan ke Pulau Bangka untuk menambang ternyata mendapatkan berbagai respon dari kelompok masyarakat lokal, mulai dari pengusiran, penolakan hingga konflik. Namun dalam beberapa kasus mereka masih dapat terus bertahan dan mengakses sumber daya timah di perairan Bangka sampai sekarang. Fenomena tersebut menarik untuk ditelisik lebih jauh. Saya menggunakan metode kualitatif dan pendekatan etnografi untuk menghimpun data penelitian. Tulisan ini menggunakan konsep dari theory of access dan the system of exemption untuk menjelaskan akses serta relasi antara dua kelompok masyarakat di wilayah tambang, yang juga melihat posisi negara dalam hubungannya dengan bertahnnya aktivitas ilegal tersebut.


The activity of community on mining area tend to indicate as an illegal activity because its operation doesnt meet mining operational standardization, and lack of responsibility during the activity. In context of community livelihood, the interest of miners community to expand the land and the water area for join on a small-scale tin mining had been never fall dawn. It is not only attracting for local community, but also attracts migrant community that work as miners on Bangka Island. In fact, the activity of Selapan migrant miners on Bangka Island was getting in some response from local community, such as expulsion, rejection, and it worsened when become a conflict. However in some cases they still hold access on tin mining. The phenomenon is interesting to be explored. This research data collected by qualitative method and ethnograpy approach. I use the theory of access and the system of exemption concept to analyze access and relation among migrant community with local community in mining area, this paper also explains the position of state in relation with illegal activity.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Putri Nabila
"Penelitian ini dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh aspek-aspek CSR sosial, lingkungan, tata kelola, dan ekonomi terhadap agresivitas pajak. Penulis menggunakan sampel perusahaan-perusahaan dari industri manufaktur dan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015 dengan menggunakan Partial Least Square PLS untuk pengujian regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan terhadap tingkat agresivitas pajak yang diukur dengan proxy current ETR. Aspek-aspek yang terdapat di dalam CSR sebaiknya tidak digabungkan menjadi satu elemen pengukuran unidimensional performa CSR karena akan menyebabkan hilangnya informasi menarik yang terdapat di dalam setiap aspeknya, khususnya dalam membahas isu agresivitas pajak. Selanjutnya, performa aspek-aspek CSR diukur dengan menggunakan penilaian Vigeo rsquo;s Rating. Dalam penelitian tambahan dengan menggunakan cash ETR untuk mengukur agresivitas pajak juga tidak terdapat hubungan yang signifikan diantara aspek-aspek CSR dan agresivitas pajak.
......This study aims to provide empirical evidence of the influence of CSR aspects social, environment, governance, and economic on tax aggressiveness. Using manufacturing and mining firms listed in the Indonesia Stock Exchange during the year of 2015 and Partial Least Square PLS regression, the result indicate that there is no significant relation between CSR aspects and tax aggressiveness which measured with current ETR. CSR aspects should not be aggregated into one single measure because interesting information will be lost, especially when arguing about tax aggressiveness. CSR aspects were measured by using Vigeo rsquo s Rating. In additional analysis, using cash ETR to measure tax aggressiveness, there is also no significant relation between CSR aspects and tax aggressiveness."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S69805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>