Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
Euntong Army
"Penelitian ini membahas mengenai pemantauan ketersedian obat syok anafilaktik di setiap poli di puskesmas Kramat Jati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non-eksperimental yang dilakukan secara observasional yang bersifat kualitatif dengan cara pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian ini menyarankan untuk mengubah waktu pemesanan obat-obat syok anafilaktik menjadi awal tahun agar tidak terjadi kekososngan obat. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan ketersediaan obat-obatan syok anafilaktik di puskesmas sudah sangat baik sesuai dengan formularium nasional serta distribusi obat yang sudah menyeluruh disetiap poli di puskesmas.
This study discusses the monitoring of the availability of anaphylactic shock drugs in each poly at the Kramat Jati health center. The method used in this study is a non-experimental method conducted in an observational manner that is qualitative in nature by means of observations and interviews. The results of this study suggest changing the time of ordering anaphylactic shock drugs to the beginning of the year to avoid drug shortages. Based on observations that have been made, the availability of anaphylactic shock drugs at the puskesmas is very good in accordance with the national formulary and the distribution of drugs that have been thoroughly distributed in every poly at the puskesmas."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Alavoe Talivin Makhfudya
"Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di rumah sakit bertujuan untuk memahami peran dan tanggung jawab Apoteker di rumah sakit, baik dalam hal pelayanan farmasi klinis maupun pengelolaan sediaan farmasi. Pemantauan terapi obat (PTO) adalah salah satu kegiatan farmasi klinik oleh Apoteker di rumah sakit untuk mengetahui keberhasilan ataupun kegagalan terapi obat. Berdasarkan hal tersebut, PTO dipilih sebagai tugas khusus PKPA di RSUP Fatmawati. Kegiatan ini dilakukan degan tujuan calon Apoteker dapat mengkaji pemilihan obat, dosis dan cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), memantau efektivitas dan efek samping obat, dan memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat atau DRP. Pemantauan obat dilakukan pada pasien dyspnea et causa suspek tumor paru dengan riwayat tuberkulosis di unit rawat inap gedung Teratai RSUP Fatmawati. PTO dilaksanakan dengan menganalisis DRP sesuai pedoman PCNE V9.0 dengan metode SOAP. Pada kasus ini, ditemukan beberapa DRP yang perlu dievaluasi kembali.
Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) in hospitals aims to understand the roles and responsibilities of pharmacists in hospitals, both in terms of clinical pharmacy services and management of pharmaceutical preparations. Therapy drug monitoring (TDM) is one of the clinical pharmacy activities by pharmacists in hospitals to determine the success or failure of drug therapy. Based on this, TDM was chosen as a PKPA special assignment at Fatmawati Hospital. This activity is carried out with the aim that prospective pharmacists can review drug selection, dosage and method of drug administration, therapeutic response, unwanted drug reactions, monitor drug effectiveness and side effects, and provide recommendations for solving drug-related problems or DRP. Drug monitoring was carried out in patients with dyspnea et causa suspected lung tumors with a history of tuberculosis in the inpatient unit of the Teratai building at Fatmawati General Hospital. TDM is carried out by analyzing the DRP according to PCNE V9.0 guidelines using the SOAP method. In this case, several DRPs were found that needed to be re-evaluated."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Deani Nurul Mubarika
"Setiap pasien yang mendapatkan terapi obat memiliki resiko mengalami masalah terkait obat seperti efek samping obat, kontraindikasi hingga polifarmasi. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat, serta respon pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya masalah terkait obat. Hal tersebut menjadi dasar perlunya dilakukan pemantauan terapi obat dalam praktik profesi untuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki. Pasien dengan diagnosis epilepsi mendapatkan terapi obat keppra, depakene serta vitamin D. Pasien dengan diagnosis tukak lambung mendapatkan terapi obat pariet, dan obat racikan yang berisikan obat clast, domperidone, disflatyl, dan irbosyd. Pasien dengan diagnosis epilepsi mendapatkan terapi obat keppra (levetiracetam) dengan dosis yang tinggi sehingga apoteker perlu melakukan diskusi dengan dokter yang mendiagnosis terkait dosis yang digunakan. Pasien dengan diagnosis tukak lambung mendapatkan polifarmasi untuk terapi antiemetik sehingga perlu di hentikan salah satu dari antiemetik yang sedang dikonsumsi. Selain itu, terdapat interaksi antara obat antisekresi dengan domperidon apabila dikonsumsi secara bersamaan. Kemudian, dosis dari obat-obat racikan tidak sesuai dan perlu dilakukan peninjauan ulang atau dilakukan diskusi antara apoteker dengan dokter.
Patients who gets drug therapy has the risk of experiencing drug-related problems such as drug side effects, contraindications to polypharmacy. The complexity of the disease and drug use, as well as the highly individualized patient response increases the emergence of drug-related problems. This is the basis for the need to monitor drug therapy in professional practice to optimize the effect of therapy and minimize undesirable effects. Patients with a diagnosis of epilepsy received drug therapy for prescription drugs, depakene and vitamin D. Patients with a diagnosis of gastric ulcers received parietal drug therapy, and a concocted drug containing clast, domperidone, dysflatyl, and irbosyd drugs. Patients with a diagnosis of epilepsy receive high doses of prescription drug therapy (levetiracetam) so that pharmacists need to have a discussion with the doctor who diagnoses the dosage used. Patients with a diagnosis of gastric ulcers receive polypharmacy for antiemetic therapy so it is necessary to stop one of the antiemetics that is being consumed. In addition, there is an interaction between antisecretory drugs and domperidone when taken simultaneously. Then, the dosage of the concocted drugs is not appropriate and needs to be reviewed or discussed between the pharmacist and the doctor."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Riezki Tri Wahyuni
"Dalam bidang pelayanan kesehatan puskesmas berperan sebagai fasilitas pelayanan masyarakat tingkat pertama untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, puskesmas memiliki pelayanan kefarmasian yang merupakan satu kesatuan dari pelaksanaan upaya kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayan kesehatan bagi masyarakat. Permasalahan umum dalam pelayanan kefarmasian yang biasa terjadi di puskesmas adalah stok obat yang berlebih atau kurang dan adanya obat rusak atau kadaluarsa yang masih ditemukan di gudang penyimpanan obat. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melakukan pemantauan terhadap pengelolaan obat kadaluarsa dan mengetahui metode penandaan obat kadaluarsa di unit farmasi Puskesmas Pasar Rebo. Penelitian dilakukan pada tanggal 03 - 17 April 2023. Dari penelitian yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pengelolaan obat kadaluarsa di Puskesmas Pasar Rebo yang diterapkan sudah mengacu kepada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku dan penandaan obat kadaluarsa yang diterapkan di tiap kemasan obat di ruang farmasi Puskesmas Pasar Rebo yaitu menggunakan metode traffic light dengan label warna merah, kuning, dan hijau.
In the field of health services, community health centers act as first level community service facilities to achieve optimal levels of health. Community health centers have pharmaceutical services which are an integral part of implementing health efforts to improve the quality of health services for the community. Common problems in pharmaceutical services that usually occur in community health centers are excessive or insufficient stock of medicines and damaged or expired medicines that are still found in medicine storage warehouses. The aim of this research is to monitor the management of expired medicines and find out methods for marking expired medicines in the Pasar Rebo Community Health Center pharmacy unit. The research was conducted on 03 - 17 April 2023. From the research that has been carried out it can be concluded that the management of expired medicines at the Pasar Rebo Community Health Center which is implemented refers to the applicable Standard Operating Procedures (SOP) and the marking of expired medicines which is applied on each medicine packaging in the room. The Pasar Rebo Community Health Center pharmacy uses the traffic light method with red, yellow and green labels."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Syifa Mediati Firdausya
"Stroke non hemoragik (SNH) atau stroke iskemik disebabkan oleh adanya sumbatan pada aliran darah menuju otak dan merupakan jenis patologi yang paling umum. Penanganan stroke dengan faktor risikonya dapat menyebabkan DRP dikarenakan kompleksitas regimen dan termasuk jenis obat dengan risiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis DRP dan terapi obat berdasarkan SOAP, serta melakukan rencana tindak lanjut berdasarkan analisis risiko yang terjadi dan/atau potensial terjadi. Metode yang digunakan dalam pemantauan terapi obat pasien SNH yaitu studi kasus menggunakan rekam medis pasien. Kriteria inklusi yang digunakan adalah pasien stroke, tidak memperoleh monoterapi, dan waktu MRS lebih dari 24 jam. Kriteria eksklusi yaitu pasien stroke dengan status akan pulang atau discharge kurang dari 24 jam. Analisis data menggunakan metode SOAP dan PCNE untuk DRP. Data dianalisis dan ditinjau kesesuaian penggunaan obat berdasarkan AHA Guidelines dan JNC 8. Hasil pemantauan menunjukkan terdapat enam masalah terkait obat yang potensial terjadi, yaitu: satu masalah terkait gejala atau indikasi yang tidak diobati, dua masalah terkait kejadian efek samping obat yang mungkin terjadi, dan 3 masalah terkait efek terapi obat tidak optimal. Tindak lanjut mengenai masalah terkait gejala atau indikasi yang tidak diobati dengan meresepkan obat, masalah terkait kejadian efek samping obat dengan perubahan waktu penggunaan obat atau penundaan penggunaan obat, masalah terkait efek terapi obat tidak optimal dengan meningkatkan dosis; mengubah waktu penggunaan obat; menurunkan dosis obat.
Stroke non hemorrhagic (SNH) or ischemic stroke is caused by a blockage in the blood flow to the brain and is the most common type of pathology. Treatment of stroke with its risk factors can cause DRP due to the regimen complexity and it is a high risk type of drugs. This study aims to analyze DRP and drug therapy based on SOAP, as well as carry out a follow up plan based on an analysis of the risks that have occurred and/or have the potential to occur. The method used in monitoring drug therapy for SNH patients is a case studi using patient’s medical record. The inclusion criteria were stroke patients, not receiving monotherapy, and hospitalized time of more than 24 hours. Exclusion criteria were stroke patients with discharge status less than 24 hours. Data were analyzed using SOAP and PCNE methods for DRP. Data were reviewed for suitability for drug use based on the AHA Guidelines and JNC 8. The monitoring showed that there were six potential drug related problems, which one problem related to untreated symptoms or indication, two problems related to possible drug side effect, and three problems related to suboptimal drug therapy effects. Follow up regarding problems related to untreated symptoms or indications by prescribing drugs, problems related to occurrence of drug side effects with changes in the time of drug use, problems related to suboptimal drug therapy effects by increasing the dose; change the time of drug use; lowering the drug dose."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Farhan Mahmudi Wicaksono
"Perdarahan gastrointestinal atas (upper gastrointestinal bleeding, UGIB) adalah kondisi terjadinya perdarahan di saluran gastrointestinal atas, termasuk esofagus, lambung, dan usus halus. Perdarahan gastrointestinal atas adalah penyakit yang umum terjadi, dengan perkiraan 80-150 dari 100.000 orang menderita perdarahan gastrointestinal atas setiap tahunnya. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus di hati. Sekitar 30% dari populasi dunia memiliki tanda-tanda serologis dari infeksi hepatitis B yang sudah selesai atau masih berlangsung. Kerusakan hati kronis yang disebabkan oleh hepatitis dapat berujung ke berbagai penyakit, di antaranya sirosis dan ascites. Dalam pasien yang menderita sirosis hati, penyebab paling umum dari perdarahan gastrointestinal atas adalah adanya penyakit varises esofagus (PVO). Perdarahan varises adalah komplikasi sirosis yang berbahaya, dengan mortalitas total di antara 10% sampai 20%, oleh karena itu, manajemen pasien yang tepat diperlukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien.
Upper gastrointestinal bleeding (UGIB) is a condition where bleeding occurs in the upper gastrointestinal tract, including the esophagus, stomach, and small intestine. Upper gastrointestinal bleeding is a common disease, with an estimated 80-150 in 100,000 people suffering from upper gastrointestinal bleeding each year. Hepatitis B is a disease caused by a viral infection in the liver. About 30% of the world's population has serological signs of completed or ongoing hepatitis B infection. Chronic liver damage caused by hepatitis can lead to various diseases, including cirrhosis and ascites. In patients suffering from cirrhosis of the liver, the most common cause of upper gastrointestinal bleeding is the presence of esophageal variceal disease. Variceal bleeding is a dangerous complication of cirrhosis, with a total mortality of between 10% and 20%, therefore, appropriate patient management is necessary to reduce patient morbidity and mortality."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Farhan Mahmudi Wicaksono
"Perdarahan gastrointestinal atas (upper gastrointestinal bleeding, UGIB) adalah kondisi terjadinya perdarahan di saluran gastrointestinal atas, termasuk esofagus, lambung, dan usus halus. Perdarahan gastrointestinal atas adalah penyakit yang umum terjadi, dengan perkiraan 80-150 dari 100.000 orang menderita perdarahan gastrointestinal atas setiap tahunnya. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus di hati. Sekitar 30% dari populasi dunia memiliki tanda-tanda serologis dari infeksi hepatitis B yang sudah selesai atau masih berlangsung. Kerusakan hati kronis yang disebabkan oleh hepatitis dapat berujung ke berbagai penyakit, di antaranya sirosis dan ascites. Dalam pasien yang menderita sirosis hati, penyebab paling umum dari perdarahan gastrointestinal atas adalah adanya penyakit varises esofagus (PVO). Perdarahan varises adalah komplikasi sirosis yang berbahaya, dengan mortalitas total di antara 10% sampai 20%, oleh karena itu, manajemen pasien yang tepat diperlukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien.
Upper gastrointestinal bleeding (UGIB) is a condition where bleeding occurs in the upper gastrointestinal tract, including the esophagus, stomach, and small intestine. Upper gastrointestinal bleeding is a common disease, with an estimated 80-150 in 100,000 people suffering from upper gastrointestinal bleeding each year. Hepatitis B is a disease caused by a viral infection in the liver. About 30% of the world's population has serological signs of completed or ongoing hepatitis B infection. Chronic liver damage caused by hepatitis can lead to various diseases, including cirrhosis and ascites. In patients suffering from cirrhosis of the liver, the most common cause of upper gastrointestinal bleeding is the presence of esophageal variceal disease. Variceal bleeding is a dangerous complication of cirrhosis, with a total mortality of between 10% and 20%, therefore, appropriate patient management is necessary to reduce patient morbidity and mortality."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Dezh Nahda Athiyya
"Evaluasi penggunaan obat (EPO) merupakan suatu metode yang bertujuan mengidentifikasi masalah terkait penggunaan obat (WHO, 2003). Evaluasi penggunaan obat merupakan salah satu standar pelayanan kefarmasian yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 (Kementrian Kesehatan, 2016). Evaluasi penggunaan obat dapat melihat dan menilai penggunaan obat secara bijak. WHO telah merekomendasikan metode Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) / Defined Daily Dose (DDD) dalam mengevaluasi penggunaan obat. Metode ini mengukur secara kuantitatif besarnya nilai DDD penggunaan antibiotik (WHO, 2021). Perbaharuan data kode ATC/DDD di Rumah Sakit Universitas Indonesia dilakukan dengan mengumpulkan data dari web WHO dan menghasilkan data yang berisi kode internasional obat (ATC), dosis harian (DDD), unit dose, dan rute pemberian obat yang dapat digunakan sebagai basis data untuk kebutuhan rumah sakit salah satunya dalam melakukan evaluasi penggunaan obat pasien Rumah Sakit Universitas Indonesia. Sebanyak 2.120 dari 2.331 sediaan farmasi telah terisi kode ATC/DDD yang terdiri dari 990 sediaan oral, 322 sediaan parenteral, 14 sediaan rektal, 3 sediaan transdermal, dan 3 sediaan vaginal.
Evaluation of drug use is a method that aims to identify problems related to drug use (WHO, 2003). Evaluation of drug use is one of the pharmaceutical service standards regulated in the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 74 of 2016 (Ministry of Health, 2016). Evaluation of drug use can see and assess drug use wisely. WHO has recommended the Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) / Defined Daily Dose (DDD) method in evaluating drug use. This method quantitatively measures the DDD value of antibiotic use (WHO, 2021). Updating ATC/DDD code data at the University of Indonesia Hospital is carried out by collecting data from the WHO website and producing data containing international drug codes (ATC), daily dose (DDD), unit dose, and route of drug administration which can be used as a database for One of the hospital needs is evaluating the use of medicines for patients at the University of Indonesia Hospital. A total of 2,120 of the 2,331 pharmaceutical preparations were filled with ATC/DDD codes, consisting of 990 oral preparations, 322 parenteral preparations, 14 rectal preparations, 3 transdermal preparations and 3 vaginal preparations."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Tasya Wijayanti
"Pemantauan terapi obat adalah salah satu metode untuk memastikan ketepatan penggunaan obat. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Kimia Farma apotek merupakan perusahaan yang bergerak dalam bisnis penjualan obat dan alat kesehatan yang memiliki 1300 cabang di seluruh Indonesia. Dalam pembangunannya, terdapat beberapa outlet yang disertai dengan klinik dan dokter umum serta dokter spesialis. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan terapi obat terhadap pasien yang mendapatkan terapi yang dilakukan di klinik dan penyiapan obat di kimia farma apotek. Pengambilan data diambil secara retrospektif terhadap data sekunder, yaitu resep pasien yang dilakukan pelayanan resep Ny. K. di apotek kimia farma. Berdasarkan hasil pemantauan terapi obat yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengobatan pada pasien Ny. K sudah sesuai indikasi, akan tetapi terdapat permasalahan terkait obat seperti potensi interaksi, ketidak sesuaian dosis dan interval penggunaan.
Monitoring drug therapy is one method to ensure the accuracy of drug use. The aim of this activity is to ensure safe, effective, and rational drug therapy for patients. Kimia Farma Pharmacy is a company engaged in the business of selling drugs and medical devices which has 1300 branches throughout Indonesia. During its development, there are several outlets accompanied by clinics and general practitioners and specialist doctors. Therefore, it is necessary to monitor drug therapy for patients who receive therapy carried out in clinics and preparation of drugs in pharmacy pharmacies. Data collection was taken retrospectively on secondary data, namely patient prescriptions for Ny. K. in a chemical pharmacy pharmacy. Based on the results of monitoring drug therapy that has been carried out, it can be concluded that the treatment of Mrs. K is indicated according to indications, but there are problems related to drugs such as potential interactions, mismatched doses and intervals of use."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Cindy Alti
"Trauma Brain Injury (TBI) merupakan kondisi cedera pada otak yang terjadi ketika terjadi serangan fisik secara tiba-tiba dari kondisi eksternal. Kerusakan dapat bersifat focal (terbatas pada satu area otak) atau diffuse (terjadi di lebih dari satu area otak). Perubahan fisiologis pada pasien geriatri seperti penurunan fungsi ginjal, fungsi hati dan komposisi tubuh menyebabkan adanya perbedaan farmakokinetika dan farmakodinamika pada pasien geriatri. Dengan dilakukannya PTO diharapkan dapat mengoptimalkan efek terapi obat dan mencegah atau meminimalkan efek merugikan akibat penggunaan obat. Apoteker berperan penting dalam pelaksanaan PTO untuk mencegah terjadinya masalah terkait obat. Tujuan dalam penyusunan laporan tugas khusus ini adalah melakukan pemantauan terapi obat dan mengidentifikasi masalah terkait penggunaan obat pada pasien Ny. YS di lantai 6 Selatan Gedung Anggrek di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Berdasarkan hasil kegiatan Pemantauan Terapi Obat pada pada pasien Ny. YS dengan Trauma Brain Injury di Gedung Teratai Lantai 6 Selatan RSUP Fatmawati dapat disimpulkan bahwa pengobatan yang diterima oleh pasien Ny. YS telah tepat indikasi dan tepat dosis. Penggunaan antibiotik seftriakson telah tepat sesuai dengan PPK KSM Bedah Saraf RSUP Fatmawati dengan diagnosis Trauma Brain Injury. Namun durasi penggunaannya terlalu lama yaitu 22 hari.
Trauma Brain Injury (TBI) is a condition of injury to the brain that occurs when there is a sudden physical attack from external conditions. Damage can be focal (limited to one area of the brain) or diffuse (occurring in more than one area of the brain). Physiological changes in geriatric patients such as decreased kidney function, liver function and body composition lead to differences in pharmacokinetics and pharmacodynamics in geriatric patients. Drug Therapy Monitoring can optimize the effects of drug therapy and prevent or minimize adverse effects due to drug use. Apothecary play an important role in implementing Drug Therapy Monitoring to prevent drug-related problems. The purpose of preparing this special assignment report is to monitor drug therapy and identify problems related to drug use in Mrs. YS on the 6th floor South of the Orchid Building at Fatmawati General Hospital. Based on the results of monitoring drug therapy activities in patients Ny. YS with Trauma Brain Injury at Teratai Building South Floor 6 Fatmawati Hospital, it can be concluded that the treatment received by patient Ny. YS has the right indication and the right dose. The use of ceftriaxone antibiotics was appropriate according to PPK KSM Neurosurgery at Fatmawati Hospital with a diagnosis of Trauma Brain Injury. But the duration of use is too long (22 days)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library