Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Khalisha Salsabila
"ABSTRACT
Skripsi ini mengkaji peran monumen peringatan sebagai representasi kota, menelusuri bagaimana suatu monumen untuk mengingat suatu peristiwa hadir di tengah kota dan kemudian merepresentasikan kota tersebut. Selain itu, penelitian ini akan melihat relevansi monumen yang mengandung memori ini dengan kota yang terus berkembang, dengan Tugu Muda Semarang sebagai studi kasusnya.

ABSTRACT
This thesis examines the roles of monuments as representation of a city, exploring how a monument to commemorate an event is presented in the city and represent the city itself. This study will also look at the relevance of this memory containing monument to the ever growing city, with Tugu Muda Semarang as the case study. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reko Tjatur B.
"ABSTRAK
Analisis yang memperhatikan situs sebagai satuan ruang penelitian pada tingkat meso telah kerapkali dilakukan dengan berbagai cara dan tujuan. Penelitian kali ini bertujuan untuk menganalisis situs guna mengetahui keteraturan-keteraturan dari temuan dalam situs. Hal tersebut dikaji dengan cara memperhatikan faktor-faktor bentuk dan ukuran batuan, jarak antar batu, dan denah tata letak batu. Kali ini analisis situs tersebut diterapkan pada situs masa megalitik di Desa Belumai, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Di dalam situs Belumai yang diteliti tersebut terdapat 103 batu, yang terdiri atas 2 lumpang batu, 1 batu gajah, 1 batu datar, dan 99 batu tegak. Situs ini dipilih dari sejumlah situs di daerah Pasemah karena banyaknya jumlah batuan, terutama batu tegaknya, dan terkonsentrasinya temuan tersebut pada satu lahan datar, sementara daerah sekitarnya berlembah dan berbukit-bukit. Data penelitian dikumpulkan melalui survei lapangan, dengan cara mengukur masing-masing batu serta jarak antar batunya, sedang analisisnya menggunakan analisis pola titik (point pattern analysis). Setelah keletakan ruangnya dalam situs dipetakan, barulah dapat diungkap adanya himpunan batuan. Setiap himpunan tersebut disebut dengan Kelompok, yang terbagi atas Kelompok Utama, Kelompok Kedua, dan Kelompok Lain-lain. Setiap Kelompok tersebut diberi kode 3 angka, sehingga dapat mewakili tata letak batuannya. Angka-angka hasil pengukuran di atas kemudian divisualisasikan dalam bentuk gambar grafik garis, di mana masing-masing Kelompok batuan membentuk pola garis yang tertentu pula. Semakin sejajar grafik garisnya dengan sumbu horisontal maka semakin tampak keteraturan-keteraturannya. Dari bukti-bukti keteraturan tersebutlah dapat diperkirakan adanya norma budaya masyarakat masa megalitik di situs Belumai.

"
1996
S11883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hoop, Van Der
Netherland: W. J. Thieme, [t. th.]
571.2 HOO m (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Satyawati Suleiman
Jakarta: Proyek Pelita, Pembinaan Kepurbakalaan dan Peninggalan Nasional, Departemen P &​ K,, 1976
959.801 SAT m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Satyawati Suleiman
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
732.4 SAT m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Benyamin Lufpi
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T4093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bulaksumur, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2016
930.12 EKS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Margareta Pamus
"Masyarakat Manggarai dalam kehidupannya memiliki unsur spiritual dan nilai simbolis yang digambarkan dengan kepercayaan masyarakat akan keberadaan leluhur yang diekspresikan dengan adanya tinggalan kebudayaan Megalitik. Permasalahan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah bagaimanakah bentuk tinggalan megalitik yang berada di Kampung adat Ruteng Pu’u Manggarai,NTT serta makna tinggalan budaya megalitik tersebut bagi masyarakat. Metode yang digunakan adalah pendekatan etnoarkeologi Tahapan penelitian ini mengacu pada Sharer dan Ashmore (2010), yaitu formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk tinggalan megalitik pada Kampung adat Ruteng Pu’u terdiri dari punden berundak, menhir, batu temu gelang,batu datar jalanan batu dan monolit dengan maknanya sebagai pelindung kampung dari segala marabahaya dan sebagai lambang kekuatan, persatuan, perlindungan dan jembatan relasi antara warga kampung dengan penjaga kampung (para leluhur,Tuhan).

The people of Manggarai in their lives have spiritual elements and symbolic values that are illustrated by the community's belief in the existence of ancestors expressed by the remains of Megalithic culture. The problem that will be studied in this paper is how the form of megalithic remains in the traditional village of Ruteng Pu'u Manggarai, NTT and the meaning of these megalithic cultural remains for the community. The method used is an ethnoarchaeological approach This research stage refers to Sharer and Ashmore (2010), namely formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, and interpretation. The results of this study show that the form of megalithic remains in the Ruteng Pu'u traditional village consists of punden berundak, menhirs, stone circle, flat stones, stone roads and monoliths with their meaning as a protector of the village from all dangers and as a symbol of strength, unity, protection and also a bridge of relations between the residents of Ruteng Pu'u traditional village and village guards (ancestors, God)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azmi Gagatraino
"Penelitian ini dilakukan di kawasan Situs Megalitik Cibalay yang terletak di Desa Tapos 1, Kelurahan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Lingkungan dan manusia merupakan dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Lingkungan dinilai sebagai salah satu komponen yang membentuk suatu kebudayaan masyarakat. Oleh sebab itu dapat diartikan bahwa situs-situs megalitik yang ada di kawasan Cibalay merupakan hasil dari gagasan dan perilaku  manusia saat itu. Dalam penelitian ini, situs arkeologi tidak lagi dilihat sebagai entitas tersendiri, namun situs dilihat dalam konteks yang lebih luas yaitu dengan aspek lingkungan di sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui peranan lingkungan terhadap kebudayaan Kawasan Situs Megalitik Cibalay. Untuk memahami hal tersebut maka digunakan konsep determinisme lingkungan. Konsep ini menyatakan bahwa kebudayaan merupakan produk dari lingkungan alam di sekitarnya. Metode yang digunakan ialah pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa situs-situs megalitik di kawasan Cibalay menempati kondisi lahan yang potensial. Selain itu pula diketahui bahwa kebudayaan di kawasan Cibalay sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.

This research was conducted in the Megalithic Site of Cibalay, located in Tapos 1 Village, Tenjolaya Subdistrict, Bogor Regency. The environment and human beings are two elements that are difficult to separate. The environment is considered one of the components that shape a community's culture. Therefore, it can be interpreted that the megalithic sites in the Cibalay area are the result of human ideas and behavior from that time. In this research, archaeological sites are no longer viewed as independent entities but rather within a broader context, considering the surrounding environmental aspects. The aim of this research is to understand the role of the environment in shaping the culture of the Megalithic Site of Cibalay. To comprehend this, the concept of environmental determinism is employed. This concept asserts that culture is a product of the surrounding natural environment. The methods used in this research include data collection, data processing, and interpretation. Based on the processed data, it was found that the megalithic sites in the Cibalay area occupy potential land conditions. It was also revealed that the culture in the Cibalay area is significantly influenced by its surrounding environment."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Fransiskus Hia
"Nias merupakan salah satu pulau dengan tinggalan kebudayaan megalitik yang memiliki variasi lokal. Salah satu situsnya adalah Situs Ononamölö Tumba Ana’a yang memiliki tinggalan berupa arca megalitik, patung hewan, menhir, niogadi, dane-dane, dan amorphous. Sebelumnya tidak ada penelitian yang dilakukan secara mendalam di situs ini, hanya sebatas deskripsi ragam megalitik. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana bentuk-bentuk megalitik di Situs Ononamölö Tumba Ana’a terbaru dari hasil pendataan yang sebelumnya dilakukan oleh Balai Arkeologi Sumatera Utara. Kemudian memberikan gambaran bagaimana situs itu berfungsi pada masa lalu berdasarkan tinggalan arkeologis dan data etnografi. Adapun model penelitian arkeologis yang digunakan menurut Ashmore dan Sharer (2010) yang terdiri dari beberapa tahapan. Berdasarkan bentuk, tiap jenis megalitik memiliki ukuran yang berbeda-beda dan tidak ada ornamen yang terdapat di situs tersebut. Berdasarkan tata letak, tinggalan megalitik membentuk linear dengan dua baris yang saling berhadapan di sisi selatan dan sisi utara. Kesimpulan penelitian ini adalah segala bentuk pembangunan megalitik harus melalui owasa (pesta jasa/status sosial) sehingga tidak semua orang bisa melakukannya, serta tidak adanya ornamen menunjukkan keberadaan batu sudah cukup untuk menunjukkan eksistensi di masyarakat.

Nias is one of the islands with megalithic cultural remains that have local variations. One of the sites is the Ononamölö Tumba Ana'a Site which has remains in the form of megalithic statues, animal statues, menhirs, niogadi, dane-dane, and amorphous. Previously, no in-depth research was conducted on this site, only a description of the megalithic variety. This study aims to provide an overview of the megalithic forms at the latest Ononamölö Tumba Ana'a Site from the results of data collection which were previously carried out by the Archeology Center of North Sumatra. Then it provides an overview of how the site functioned in the past based on archaeological remains and ethnographic data. The archaeological research model used according to Ashmore and Sharer (2010) consists of several stages. Based on the shape, each type of megalith has different sizes and there are no ornaments found on the site. Based on the layout, the megalithic remains are linear with two rows of houses facing each other on the south and north sides. The conclusion of this study is that all forms of megalithic development must go through an owasa (service party/social status), so that not everyone can do it, and the absence of ornaments indicates that the presence of stone is sufficient to show its existence in society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>