Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia Zahra Afifah
Abstrak :
Latar belakang: Kanker kolorektal merupakan kanker dengan insidensi tertinggi ketiga di dunia dengan angka mortalitas 880.792 jiwa (Globocan 2018). Saat ini tata laksana kanker kolorektal terbatas pada kemoterapi dan operasi dengan hasil klinis yang buruk. Adapun terapi target yang baru-baru ini dikembangkan ternyata memiliki efek samping yang cukup parah dan indikasinya terbatas. Di sisi lain, protein iNOS ditemukan meningkat pada jaringan yang mengalami inflamasi, termasuk pada kanker kolorektal. Peningkatan ekspresi iNOS dikorelasikan dengan prognosis kanker yang buruk sehingga berpotensi dijadikan sebagai target terapi dalam penanganan kanker kolorektal. Moringa oleifera merupakan tanaman obat yang diketahui khasiatnya sebagai agen antioksidan, antiinflamasi, dan antikanker. Penelitian ini ditujukan untuk menilai pengaruh ekstrak etanol daun Moringa oleifera terhadap ekspresi iNOS sel HT-29. Metode: Ekstrak etanol daun Moringa oleifera diuji secara in vitro pengaruhnya terhadap ekspresi iNOS sel HT-29. Pengujian dilakukan secara imunositokimia dengan tiga serial konsentrasi ekstrak, yaitu 50, 100, dan 200 ppm, tanpa disertai kontrol. Ekspresi iNOS diukur dengan H-score melalui bantuan aplikasi ImageJ. Hasil: Ekstrak etanol daun Moringa oleifera menurunkan ekspresi iNOS sel HT-29 pada konsentrasi 200 ppm dengan rerata H-score sebesar 118,67 ± 1,68. Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol daun Moringa oleifera pada konsentrasi 200 ppm secara signifikan (p < 0,05) dapat menurunkan ekspresi iNOS sel kanker kolorektal HT-29. ......Introduction: Colorectal cancer is cancer with the third-highest incidence globally with 880.792 mortality (Globocan 2018). Currently, the management of colorectal cancer is limited to chemotherapy and surgery with poor clinical outcomes. The recently developed targeted therapy has quite severe side effects and has limited indication. On the other hand, the iNOS protein was found to be increased in number in inflamed tissues, including colorectal cancer. Increased iNOS expression is correlated with a poor cancer prognosis so that it has the potential to be used as a therapeutic target in the treatment of colorectal cancer. Moringa oleifera is a medicinal plant known for its properties as an antioxidant, anti-inflammatory, and anticancer agent. This study aimed to assess the effect of Moringa oleifera leaf extract on iNOS expression in HT-29 cells. Method: Ethanol extract from Moringa oleifera leaf tested in vitro for its effect on iNOS expression in HT-29 cells. The test was carried out through an immunocytochemical procedure with three serial concentrations of the extract, 50, 100, and 200 ppm. iNOS expression was measured by H-score using ImageJ application. Result: Moringa oleifera leaf extract decreased the iNOS expression of HT-29 cells when given the extract with a concentration of 200 ppm with an average H-score of 118.67 ± 1.68. Conclusion: The administration of Moringa oleifera leaf extract at a concentration of 200 ppm significantly (p < 0.05) can decrease iNOS expression in HT-29 colorectal cancer cells.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yulia Ratna Dewi
Abstrak :
Penyakit neurodegeneratif cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, dan salah satu penyebabnya adalah stres oksidatif. Stres oksidatif terjadi ketika peningkatan ROS yang berlebihan tidak dapat diimbangi oleh antioksidan tubuh. Peningkatan ROS dapat disebabkan oleh pemberian H2O2, namun dapat diatasi dengan pemberian antioksidan eksogen seperti Moringa oleifera (MO) yang kaya akan flavonoid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efek ekstrak air MO pada sel neuroblastoma SH-SY5Y yang terpapar H2O2, dengan fokus pada stres oksidatif, apoptosis, dan penanda neuroprotektif. Metode penelitian dilakukan secara in vitro menggunakan sel SH-SY5Y yang diuji dengan berbagai konsentrasi H2O2 atau MO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air MO pada konsentrasi 25 ug/ml dapat mencegah stres oksidatif pada sel SH-SY5Y yang terpapar H2O2 dengan konsentrasi 1 mM. Mekanisme penurunan stres oksidatif ditandai dengan peningkatan ekspresi mRNA SOD1, GPx1, dan katalase, serta penurunan apoptosis yang ditandai dengan penurunan ekspresi mRNA Bax dan Caspase-3. Pemberian ekstrak air MO juga meningkatkan ekspresi mRNA BDNF. Oleh karena itu, MO memiliki potensi sebagai agen antioksidan yang efektif dalam melindungi sel saraf dari kerusakan oksidatif dan mencegah neurodegenerasi yang terkait dengan stres oksidatif. Penelitian ini memberikan pandangan awal yang menjanjikan untuk pengembangan ekstrak MO dengan fokus pada stres oksidatif, apoptosis, dan penanda neuroprotektif lebih lanjut di masa depan. ......Neurodegenerative diseases tend to increase with age, and one of the causes is oxidative stress. Oxidative stress occurs when excessive reactive oxygen species (ROS) cannot be balanced by the body's antioxidants. Increased ROS can be induced by hydrogen peroxide (H2O2) administration, but it can be mitigated by the administration of exogenous antioxidants such as Moringa oleifera (MO), which is rich in flavonoids. The objective of this research was to analyze the effects of MO water extract on SH-SY5Y neuroblastoma cells treated with H2O2, focusing on oxidative stress, apoptosis, and neuroprotective markers. The research was conducted in vitro using SH-SY5Y cells exposed to various concentrations of H2O2 or MO. The results showed that the administration of MO water extracts at a concentration of 25 μg/ml could prevent oxidative stress in SH-SY5Y cells treated with 1 mM H2O2. The mechanism of oxidative stress reduction was characterized by increased mRNA expression of SOD1, GPx1, and catalase, as well as decreased apoptosis indicated by decreased mRNA expression of Bax and Caspase-3. The administration of MO water extract also increased BDNF mRNA expression. Therefore, MO has the potential as an effective antioxidant agent to protect nerve cells from oxidative damage and prevent oxidative stress-related neurodegeneration. This research provides promising preliminary insights for further development of MO extract focusing on Oxidative Stress, Apoptosis, and Neuroprotective markers in the future.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Sadam Safutra
Abstrak :
Moringa oleifera (MO) telah terbukti memiliki efek neuroprotektif, namun efek neuroprotektif melalui jalur senescence belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek neuroprotektif ekstrak air daun (MOE) dan minyak biji MO (MOO) terhadap disfungsi otak melalui jalur senescence pada mencit yang diberi diet tinggi lemak dan fruktosa. Mencit DDY jantan sebanyak 10 ekor dibagi secara acak menjadi 4 kelompok: Normal; Diet Tinggi Lemak + Fruktosa 25% (HFD+FR); HFD+FR + MOE 500 mg/kgBB (HFD+FR+MOE); dan HFD+FR + MOO 2 mL/kgBB (HFD+FR+MOO). Dilakukan penilaian kognitif dengan Uji Y-maze dan Novel Objective Recognition (NOR). Dianalisis ekspresi p16, p21, dan BDNF dengan metode RT-PCR serta pewarnaan SA-β-Gal pada jaringan otak. Dilakukan analisis interaksi senyawa ekstrak air daun dan minyak biji Moringa oleifera terhadap protein target dengan molecular docking. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian bersama MOE maupun MOO dapat meningkatkan persentase alternasi dan pengenalan objek baru, menurunkan ekspresi p16 dan p21, meningkat ekspresi BDNF, menurunkan intensitas warna biru pada organ otak. Berdasarkan analisis dengan molecular docking menunjukkan adanya interaksi senyawa terhadap reseptor TrkB. Temuan-temuan ini menunjukkan ekstrak air daun dan minyak biji Moringa oleifera memiliki potensi neuroprotektif melalui jalur senescence. ......Moringa oleifera (MO) has been shown to have neuroprotective effects, but neuroprotective effects through the senescence pathway are not yet known. This study aimed to determine the neuroprotective effect of leaf water extract (MOE) and MO seed oil (MOO) against brain dysfunction through the senescence pathway in mice fed a diet high in fat and fructose. 10 male DDY mice were randomly divided into 4 groups: Normal; High Fat + Fructose Diet 25% (HFD+FR); HFD+FR + MOE 500 mg/kgBB (HFD+FR+MOE); and HFD+FR + MOO 2 mL/kgBB (HFD+FR+MOO). Cognitive assessment was carried out with the Y-maze Test and Novel Objective Recognition (NOR). Expression of p16, p21, and BDNF was analyzed by RT-PCR method and SA-β-Gal staining in brain tissue. Analysis of the interaction of leaf water extract compounds and Moringa oleifera seed oil on target proteins by molecular docking was carried out. The results of the analysis showed that co-administration of MOE and MOO can increase the percentage of alternation and recognition of new objects, decrease p16 and p21 expression, increase BDNF expression, decrease the intensity of blue color in brain organs. Based on analysis with molecular docking showed the interaction of compounds with TrkB receptor. These findings suggest the leaf water extract and seed oil of Moringa oleifera have neuroprotective potential through the senescence pathway.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghaisani Fadiah Qisthina
Abstrak :
ABSTRAK Daun kelor (Moringa oleifera Lam.) berpotensi sebagai tanaman obat. Daun kelor mengandung senyawa flavonoid yang dapat beraktivitas sebagai antiinflamasi, maka dari itu daun kelor dapat dikembangkan sebagai antiinflamasi. Obat antiinflamasi baik golongan non-setroid maupun steroid memiliki banyak efek samping apabila dipakai dalam jangka panjang. Banyak masyarakat menggunakan sedian bahan alam sebagai alternatif pengobatan inflamasi, antara lain sediaan ekstrak daun kelor. Tujuan penulisan review ini untuk mengkaji pengembangan sediaan gel dan krim ekstrak daun kelor antiinflamasi. Berdasarkan beberapa penelitian saat ini, sediaan antiinflamasi yang ada berbentuk gel dan krim. Artikel yang direview diperoleh dari penelusuran literatur pada platform seperti Google Scholar, PubMed, dan NCBI, yaitu artikel ilmiah yang melaporkan hasil formulasi sediaan gel dan formulasi sediaan krim antiinflmasi, evaluasi sediaan, dan pengujian daya antiinflamasi. Dari hasil review didapatkan formulasi yang sesuai untuk dikembangkan pada pembuatan sediaan gel dan krim ekstrak daun kelor antiinflamasi.
ABSTRACT Moringa oleifera Lam. (Moringa oleifera) leaves have potential as medicinal plants. Moringa leaves contain flavonoid compounds that can act as an anti-inflammatory, therefore Moringa leaves can be developed as an anti-inflammatory. Anti-inflammatory both steroid and steroids have many side effects when used in the long run. Many people use natural dosage form as an alternative for inflammatory medication, such as Moringa leaf extract preparations. The aim of this review is to examine the development of anti-inflammatory Moringa leaf extract gel and cream. Based on some current research, existing anti-inflammatory preparations are gels and creams. The articles reviewed was obtained from literature searches on platforms such as Google Scholar, PubMed, and NCBI, namely scientific articles that report the results of formulataion of gel and cream anti-inflammatory, evaluation of preparation, and testing of anti-inflammatory activity. From the results of the review, it was found that a suitable formulation was developed for the preparation of anti-inflammatory Moringa leaf extract gel and cream.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lyanna Azzahra Baihaqi
Abstrak :
Virus dengue (DENV), yang menyebabkan Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD), merupakan salah satu virus vector-borne dengan tingkat penularan tertinggi di dunia. Saat ini, belum ditemukan obat antivirus terhadap DENV yang terbukti efektif. Moringa oleifera (M. oleifera) merupakan salah satu tanaman herbal yang sering digunakan untuk pengobatan dikarenakan memiliki banyak efek, yang salah satunya adalah sebagai antivirus. Pada studi ini, penelitian dilakukan untuk mengetahui adanya efek antivirus pada ekstrak fraksi heksana ekstrak etanol daun M. oleifera terhadap DENV. Studi ini dilakukan secara in vitro (pada sel Vero) dengan menghitung IC50 (metode focus assay) dan CC50 (metode MTT assay) untuk menemukan indeks selektivitas (SI). Nilai IC50 didapatkan sebesar 55,19 μg/mL, sementara CC50 dengan nilai yang belum dapat ditentukan namun melebihi 320 μg/mL. Dari hasil IC50 dan CC50, didapatkan SI lebih dari 5,79. ......Dengue viruses (DENV), which cause dengue hemorrhagic fever (DHF) and dengue shock syndrome (DSS), are one of the most highly transmitting vector-borne virus worldwide. To this day, there has not been any effective antiviral drugs found for DENV. Moringa oleifera (M. oleifera) is one of the traditional herbs often used for mediations due to some beneficial effects, one which being the antiviral effect. The purpose of this study is to investigate the antiviral effect of the hexane fraction ethanol extract of M. oleifera leaves to the replication of DENV. This is an in vitro study (using Vero cells) conducted by calculating the IC50 (focus assay method) and CC50 (MTT assay method), therefore calculating the selectivity index (SI) of the extract. From the result of this study, the IC50 value is 55,19 μg/mL, CC50 value is not determined yet but is higher than 320 μg/mL. From both the IC50 and CC50 values, the SI is calculated to be more than 5,79. Statistically, there are no significant differences between all subject groups in this study for both infectivity and viability data.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidia Puspita Hasri
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan manifestasi klinis berupa trombositopenia, leukopenia, dan tanda-tanda kebocoran pembuluh darah. DBD masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang hingga saat ini tatalaksananya hanya berupa terapi suportif karena antivirus maupun vaksin dengue belum ditemukan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencari kandidat antivirus dengue, termasuk penelitian tanaman herbal. Moringa oleifera sebagai salah satu tanaman herbal banyak ditemukan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek antivirus dengue pada ekstrak etanol daun M. oleifera. Penelitian ini menggunakan sel Vero dan dilakukan secara invitro. Efek inhibisi ekstrak terhadap sel dapat dievaluasi dengan metode focus assay sehingga didapatkan nilai IC50. Efek toksisitas ekstrak terhadap sel dilakukan dengan metode MTT assay dan diperoleh nilai CC50. Perbandingan CC50 dengan IC50 menghasilkan nilai indeks selektivitas (SI). Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai IC50 dan CC50 yaitu < 2,5 μg/mL dan >320 μg/mL sehingga nilai SI > 128. Berdasarkan hasil tersebut, ekstrak etanol daun M. oleifera berpotensi menjadi antivirus dengue. ......Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by the dengue virus (DENV) with clinical manifestations, such as thrombocytopenia, leukopenia, and leakage of blood vessels. DHF is one of the health problems in Indonesia which management is only by supportive therapy because neither antivirus nor dengue vaccine has been found. Several studies have been conducted to find antiviral candidates for DENV, including research on herbal plants. Moringa oleifera is one of the herbal plants that easily found in Indonesia. This study was conducted to determine the dengue antiviral effect of the ethanol extract of M. oleifera leaf. This study was conducted as an in vitro study using Vero cells. The inhibitory effect of the extract on cells can be evaluated by focus assay method to obtain the IC50 value. The toxicity of the extract on cells was calculated using MTT assay to get the CC50 value. The CC50 was divided by IC50 to determine the selectivity index (SI). The results of this study showed the IC50 and CC50 values of <2.5 μg/mL and >320 μg/mL. So, the SI value is > 128. Based on these results, the ethanol extract of M. oleifera leaf has the potential to be antivirus dengue.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Caesar Raja Mandala
Abstrak :
Pengemasan makanan penting dari produk makanan untuk melindungi kualitas makanan dan keamanan dari produk makanan. Material pembungkus makanan dengan ketahanan tarik, ketahanan panas, biodegradable, dan memiliki sifat antibakteri diperlukan untuk keamanan makanan dan memperpanjang waktu penyimpanan, terutama dari kontaminasi makanan akibat bakteri patogen makanan. Kini, plastik berbahan dasar minyak bumi digunakan dalam industri pengemasan makanan. Plastik ini sulit didegradasi sehingga menyebabkan masalah lingkungan yang serius. Oleh karena itu, plastik biodegradable dengan penambahan senyawa antibakteri dibutuhkan. PVA/pati crosslink sering digunakan sebagai material pengemasan makanan karena harganya murah, biodegradable, dan memiliki sifat mekanik yang baik. Daun kelor mudah dicari, harganya murah, dan memiliki sifat antibakteri yang baik. Inilah yang menyebabkan daun kelor sebagai kandidat yang baik sebagai senyawa antibakteri pada bioplastik. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat bioplastik Poli(vinil alkohol) (PVA)/pati ter-crosslink dengan penambahan senyawa antibakteri dari ekstrak daun kelor. Bioplastik PVA/pati crosslink dibuat dengan terlebih dahulu daun kelor yang telah dicuci bersih dimaserasi, dikeringkan dan digerus hingga berukuran kecil dengan pelarut metanol, setelah itu ekstrak kemudian dipisahkan dengan pelarut etil asetat. Setelah dipisahkan, fasa organik dan fasa air dari ekstrak daun kelor diambil, lalu masing-masing diencerkan dengan air dengan konsentrasi 1:20 dan 2:20 (v/v), kemudian dibuat menjadi bioplastik dengan reaksi crosslink antara PVA dengan pati. Senyawa bioplastik yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan instrumen FTIR, TGA, SEM, dan uji antibakteri terhadap bakteri Staphlyococcus aureus dan Escherichia coli. Bioplastik dengan ketahanan panas terbaik ialah bioplastik PVA/pati dengan ekstrak daun kelor pada fasa air dengan pengenceran 2:20, dengan ketahanan panas hingga suhu 190oC.
Food packaging is an essential part of food products to protect food quality and safety of food products. Food packaging materials with sufficient thermal stability, mechanical strength, and antibacterial properties is necessary for food safety and extending the shelf life of packaged foods, especially from food contamination by foodborne pathogens. Currently, petroleum-based plastics used to the food packaging industry. However, this kind of plastic is non-degradable and can cause a more serious environmental problem. Therefore, biodegradable plastic with the addition of antibacterial is needed. PVA/starch crosslinked bioplastic is commonly used as a food packaging material because its cheap, biodegradable and have excellent mechanical properties. Kelor (Moringa oleifera) leaf has an antibacterial ability due to its active compounds such as tannin and flavonoid. Kelor leaf is also cheap and easy to find in Indonesia, making it a right candidate for an antibacterial compound for food plastics. Hence, in this research, we made bioplastic PVA/starch crosslink with the addition of antibacterial compound from kelor leaf. Bioplastic PVA/starch crosslink made by maceration of kelor leaf with methanol solvent, then the product separated by extraction with a mixture of ethyl acetate concentrated and water solvent. After being separated, water and organic phase of each extract were diluted by distilled water with concentration 1:20 and 2:20 (v/v), and each concentration was made bioplastic by cross-linking poly(vinyl alcohol) and starch. Each plastic product was characterized by FTIR, SEM, and antibacterial test with S.aureus and E.coli. The best heat-resistant bioplastic was PVA/starch bioplastic with Kelor leaf extract in the water phase with a dilution of 2:20, which has heat resistance up to 190oC.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristofer Baktiar
Abstrak :
Latar Belakang. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri yang masih menjadi masalah infeksi utama dengan kemampuan resistensi yang tinggi. Moringa oleifera (M. Oleifera) adalah tanaman yang ditemukan memiliki efek antimikroba. Kebutuhan antiseptik yang terus ada dan peningkatan resistensi membuat perlunya penelitian yang mencari jenis antiseptik baru yang dapat digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas ekstrak daun M. oleifera sebagai antiseptik terhadap bakteri MRSA. Metode. Penelitian ini menggunakan metode percentage kill dengan menggunakan media MSA. Percentage kill adalah metode yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan bakterisidal atau fungisidal zat tertentu. Hasil percentage kill dinyatakan baik jika menunjukkan hasil ≥90%. Suspensi bakteri dicampur dengan aquades di tabung kontrol dan dengan ekstrak M. oleifera pada tabung perlakuan. Campuran dari tiap tabung akan dipindahkan 1 ml ke 9 ml akuades pada waktu kontak 1, 2, dan 5 menit. Hasil yang didapat akan dipipet ke 3 set cawan petri lalu diinkubasi selama 18—24 jam. Nilai percentage kill kemudian akan dihitung. Hasil. Hasil uji percentage kill ekstrak daun M. oleifera sebagai antiseptik terhadap bakteri MRSA didapatkan 54.24%, 69.92%, dan 90.06% pada waktu kontak 1, 2, dan 5 menit berurutan. Kesimpulan. Ektrak daun M. oleifera efektif sebagai antiseptik terhadap bakteri MRSA pada waktu kontak 5 menit. ......Introduction. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a serious problem that needs to be addressed because of its resistance capabilities. M. oleifera is a plant that has antimicrobial capabilities. The needs of antiseptics that will always be there and the increasing resistance capabilities of bacteria cause the need for a new form of antiseptic. This research aims to test the effectiveness of M. oleifera leaf extract as an antiseptic for MRSA. Method. This research uses the percentage kill method with MSA as the medium. Percentage kill is a method that can be used to determine the bactericidal and fungicidal capabilities of a substance. The results of a percentage kill can be called effective if they’re ≥90%. The bacterial suspension was mixed with aquadest in the control and M. oleifera extract in the treatment test tubes. From the control and extract test tube, 1 ml of the mixture was then pipetted into 9 ml of aquadest with 1, 2, and 5 minutes of contact time. The end products will then be pipetted into three set of petri dishes and incubated for 18—24 hours. The percentage kill will then be counted. Results. The result of the percentage kill test on M. oleifera leaf extract as an antiseptic for MRSA is 54.24%, 69.92%, and 90.06% on 1, 2, and 5 minutes of contact time consecutively. Conclusion. M. oleifera leaf extract is effective as an antiseptic for MRSA with 5 minutes of contact time.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norma Tiku Kambuno
Abstrak :
Latar Belakang : Malnutrisi selama kehamilan dan 1.000 hari pertama kehidupan dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik, fungsi otak dan perkembangan hipokampus. Moringa oleifera (MO), telah digunakan sebagai suplemen makanan pada malnutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas kandungan protein dari ekstrak etanol daun MO (EEMO) dalam mengatasi defisiensi protein pada anakan tikus dari induk defisiensi protein. Metode : Daun MO asal kabupaten Kupang, propinsi NTT diektraksi dengan metode UAE dalam etanol dan dikarakterisasi (EEMO). Anakan tikus Sprangue dawley usia 3 minggu dari induk yang mendapat diet protein rendah (9% protein) diberikan terapi EEMO 400 atau 800 mg/kg BB atau protein normal (KP) selama 5 minggu. Kelompok pembanding adalah anakan dari induk yang diberikan diet protein normal (18% protein) yang tidak diberikan terapi atau diberikan EEMO 800 mg/kg BB selama 5 minggu. Pada akhir pengujian, dilakukan pemeriksaan antropometri, fungsi spasial memori (Y-test), profil biokimia darah dan asam amino darah, analisis histopatologi pada jaringan hati dan hipokampus, serta mikrobiota usus pada feces kolon. Hasil: EEMO yang dihasilkan pada penelitian ini mengandung protein sebesar 45,5% dan senyawa fitokimia utamanya adalah golongan kaempferol. Pemberian EEMO tidak memberikan perbaikan pada profil antropometrik dibandingkan dengan kelompok KP. Pemberian EEMO 400, 800 mg/kg BB dan KP dapat menormalkan spasial memori, yang diikuti dengan penurunan rasio sel pada daerah CA1-4 hipokampus. Hasil analisis histopatologi jaringan hati menunjukkan bahwa EEMO 800 mg/kg BB memperbaiki perlemakan hati lebih baik vs. EEMO 400 mg/kg BB dan KP. EEMO meningkatkan kadar albumin, Hb, BUN dan menurunkan kadar glukosa mendekati kelompok normal, namun belum dapat menetralkan bilirubin, SGPT, SGOT dan kreatinin. Terdapat tendensi perbaikan pada total asam amino esensial dan BCAA pada plasma darah setelah pemberian EEMO dan KP. Selain itu, EEMO dapat memperbaiki relative abundance mikrobiota di usus. Perbaikan pada spasial memori berkorelasi negatif dengan total asam amino non esensial, asam amino alifatik sederhana, asam amino hidroksi alifatik dan berkorelasi negatif dengan kelimpahan famili Peptostreptococcaceae, Erysipelotrichacea dan Staphylococcaceae. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa induk dengan diet rendah protein selama kehamilan akan melahirkan keturunan dengan karakteristik defisiensi protein (DP), termasuk berat badan lahir rendah (BBLR), BMI di bawah 0,45 g/cm², kenaikan berat badan yang lambat, anemia, hypoalbuminemia, rendahnya kadar BUN, penurunan asam amino darah dan gangguan enzim hati. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pemberian EEMO pada anak tikus sampai dengan usia 8 minggu tidak memperbaiki antropometri anakan, namun dapat menormalkan spasial memori, memperbaiki kerusakan sel hipokampus dan meminimalkan perlemakan hati anak tikus DP. Perbaikan tersebut diikuti dengan perbaikan kelimpahan mikrobiota usus di tingkat filum. ......Background: Malnutrition during pregnancy and the first 1,000 days of life can affect physical growth, brain function, and hippocampal development. Moringa oleifera (MO) has been used as a food supplement in malnutrition. This study aims to evaluate the effectiveness of the protein content of an ethanolic extract of MO leaves (EEMO) in overcoming protein deficiency in rat offspring of protein-deficient rats. Methods: Moringa oleifera leaves from the Kupang district, Nusa Tenggara Timur province were extracted using the UAE method in ethanol and then characterized. Offsping of Sprague Dawley rats, aged 3 weeks from mothers on a low protein diet (9% protein) were given 400 or 800 mg/kg BW EEMO or normal protein (KP) for 5 weeks. The comparison groups were offspring from rats given a normal protein diet (18% protein) without therapy or given 800 mg/kg BW EEMO for 5 weeks. At the end of the study, various assessments were conducted, including anthropometric examinations, spatial memory function using the Y-maze test, analysis of blood biochemical and blood amino acid profiles, histopathological analysis of liver and hippocampal tissue, and assessment of intestinal microbiota in colonic faeces. Results: In this research, the EEMO contained 45.5% protein, with the main phytochemical compound being the kaempferol group. The administration of EEMO did not improve anthropometric profiles compared to the KP group. However, the administration of 400 and 800 mg/kg BW EEMO, as well as KP, normalized spatial memory and decreased the damaged cell ratio in the CA1-4 area of the hippocampus. Histopathological analysis of liver tissue revealed that EEMO 800 mg/kg BW was more effective in improving fatty liver than EEMO 400 mg/kg BW and KP. In addition, EEMO increased albumin Hb and BUN levels and reduced glucose levels, bringing them close to the normal group. However, it could not neutralize bilirubin, SGPT, SGOT, and creatinine levels. There was a tendency for improvement in total essential amino acids and BCAA’s in blood plasma after the administration of EEMO and KP. Furthermore, EEMO improved the relative abundance of microbiota in the intestine. Notably, improvements in spatial memory were negatively correlated with total non-essential amino acids, simple aliphatic amino acids, aliphatic-hydroxy amino acids, and the abundance of the Peptostreptococcaceae, Erysipelotrichacea, and Staphylococcaceae families. Conclusions: This research showed that rats with a low protein diet during pregnancy gave birth to offspring with characteristics of protein deficiency (PD), including low birth weight (LBW), BMI below 0.45 g/cm², slow weight gain, anaemia, hypoalbuminemia, low BUN levels, decreased blood amino acids and liver enzyme disorders. The results also showed that administering EEMO to rats' offspring up to 8 weeks of age did not improve the anthropometric measurement but did normalize spatial memory, repair hippocampal cell damage, and minimize fatty liver in PD rats offspring. Additionally, a positive impact of EEMO was observed in the abundance of gut microbiota at the pylum level.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library