Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurmalita Amelia Nugrahaningsih
Abstrak :
Maraknya hijaber yang bermunculan menciptakan sebuah fenomena yang unik, seperti hijaber syar rsquo;i dan modis. Di satu sisi, dapat mengajak perempuan untuk mengenakan hijab, akan tetapi di sisi lain juga melakukan tindakan-tindakan yang memberikan keuntungan ekonomi pada beberapa pihak. Penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana bentuk-bentuk komodifikasi nilai-nilai muslimah dalam media sosial. Metode yang digunakan adalah analisis semiotika Barthes. Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat mitos kecantikan, tubuh ideal, dan peran-peran domestik pad perempuan, bentuk komodifikasi agama antara hijaber syar rsquo;i dan modis dilakukan dengan cara yang berbeda satu sama lain, serta penggunaan agama sebagai alat untuk memudahkan komodifikasi. ...... The rise of emerging hijabers creates a unique phenomenon, such as the hijaber syar 39 i and fashionable. On the other hand, it can invite women to wear hijab, but on the other hand also perform actions that provide economic benefits to some people. This research will discuss about how the forms of commodification of muslimah values in social media. Using Barthes semiotics analysis, this study know that there are beauty myths, ideal bodies, and domestic roles in women, the form of religious commodification between hijaber syar 39 i and fashion is done in different ways from each other, and the use of religion as a means to facilitate commodification.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini
Abstrak :
ABSTRAK
Jilbab kini dianggap sebagai pakaian "normal" bagi perempuan Muslim di Indonesia. Pandangan bahwa berjilbab merupakan tindakan yang harus dilakukan oleh perempuan muslim menguat. Dalam situasi normalisasi jilbab tersebut, pilihan perempuan untuk memiliki otonomi dalam mengatur tubuhnya menjadi pertanyaan. Perempuan berjilbab yang kemudian melepas jilbab sebagai keinginan sendiri menghadapi situasi yang menekan otonomi atas tubuhnya. Penelitian ini menekankan pengalaman perempuan yang melepas jilbab membangun otonomi atas tubuhnya dalam situasi normalisasi jilbab. Studi ini bertujuan menelusuri proses normalisasi, pemaknaan jilbab dan otonomi atas tubuh, dan strategi perempuan yang melepas jilbab mempertahankan otonomi atas tubuhnya dalam relasi dengan berbagai pihak di sekitarnya. Studi kualitatif ini dilakukan dengan pendekatan feminis dan metode pengambilan data melalui wawancara mendalam dan penelusuran sejarah hidup lima perempuan yang melepas jilbab. Teori pendisiplinan gender oleh Sandra Lee Bartky, teori otonomi relasional Mackenzie dan Stoljar, dan teori imanensi oleh Simone de Beauvoir dipilih untuk menganalisis data hasil temuan. Hasil penelitian menunjukkan normalisasi jilbab mengatur tubuh perempuan melalui pendisiplinan tubuh feminin. Pendisiplinan tersebut berlaku lewat dua karakter yaitu subjek pendisiplinan dan internalisasi standar feminitas. Pendisiplinan tubuh feminin mengatur perilaku yaitu sesuai normativitas gender dan pelaksanaan kegiatan beribadah, dan penampilan perempuan lewat ornamen jilbab. Penelitian ini juga menemukan perempuan yang melepas jilbab membangun otonomi tubuhnya dan mengalami kontestasi pemaknaan jilbab. Dari pemaknaan jilbab tersebut, ditemukan ada dimensi baru dalam jilbab yaitu otonomi. Temuan lainnya yaitu relasi sosial dapat menguatkan atau menghambat kapasitas otonomi perempuan melepas jilbab. Selain itu, perempuan melepas jilbab berkompromi dengan situasi mereka untuk mempertahankan otonomi atas tubuhnya. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan perempuan melepas jilbab tidak sepenuhnya otonom mengatur tubuhnya karena mereka menghadapi imanensi yang terus mendesak normativitas perempuan berjilbab. Rekomendasi dari penelitian ini dapat berkontribusi bahwa otonomi atas tubuh perempuan perlu dipertimbangkan dalam pembuatan peraturan terkait berbusana.
ABSTRACT
Jilbab or veil is now considered as "normal" dress in Indonesia nowadays that strengthens the views veiling as an obligation for Moslem women. In the veil normalisation, women's choice to have autonomy in controling their bodies is in question. The veiled women who then removes the veil as her own choice to face situation that opresses autonomy over her body. This research emphasizes the experience of former veiled women develop autonomy over their bodies in the veil normalisation. This study aims to explore the process of normalisation, the meaning of the veil and autonomy over the body, and the strategy of former veiled women to defend autonomy over their bodies to their social relation. This qualitative study was conducted using a feminist approach and data collection methods through in-deept interviews and tracing her life story of five former veiled women. The theory of gender discipline by Sandra Lee Bartky, theory of relational autonomy by Mackenzie and Stoljar, and the theory of immanence by Simone de Beauvoir were chosen to analyze the findings data. The research found the veil normalisation controls the female body through disciplining the feminine body, that act with two characters namely the subject of discipline and internalisation of femininity standards. Discipline of the feminine body controls behavior that is in line with gender normativity and the practice of worship activities, and the women's appearance with veil ornaments. The study also found that former veiled women developed their autonomy and experienced reconceptualize the meaning of the veil. There was found a new dimension in the meaning of the veil, namely autonomy. Another finding is that social relations can strengthen or weaken women's autonomy capacity to defend their decision to remove the veil. In addition, former veiled women compromise with their situation to defend autonomy over their bodies. The conclusion from this research shows that former veiled women are not fully autonomous in controling their own bodies, because they have to deal with immanence that continues to insist on the normativity of veiled women. Recommendations from this study can contribute that autonomy over women's bodies needs to be considered in decicion making of regulation related to dress code.
2020
T55326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kannya Arsyitadanti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kluster hijabers muda yang terbentuk berdasarkan shopping orientation, brand preference, dan product preference dengan menggunakan objek penelitian busana muslim wanita yang meliputi beberapa objektif: mengetahui dimensi-dimensi baru dari shopping orientation; mengidentifikasi kluster-kluster berdasarkan shopping orientation; mengetahui profil kluster berdasarkan shopping orientation, brand preference, dan product preference pada busana muslim wanita dan variabel demografis-psikografis; dan membedakan kluster-kluster dan tiga kategori merek busana muslim wanita berdasarkan shopping orientation dan pengeluaran per bulan untuk membeli busana muslim wanita. Data diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 308 responden wanita Muslim berhijab, berusia 20 s.d. 35 tahun, berdomisili di Jabodetabek, dan pernah membeli kerudung, atasan berlengan panjang, terusan, celana panjang, atau rok panjang dalam satu tahun terakhir untuk dipakai saat bepergian santai. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, hierarchical cluster, K-means cluster, one-way ANOVA, crosstab, dan diskriminan dengan SPSS 22. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga kluster hijabers muda yang terbentuk (trendy hijab shoppers, picky hijab shoppers, apathetic and simple hijab shoppers). Shopping orientation dan pengeluaran per bulan untuk membeli busana muslim wanita dapat membedakan ketiga kluster secara signifikan, tetapi tidak dapat membedakan tiga kategori merek busana muslim wanita. ...... This study aims to explore clusters of young ?hijabers? based on shopping orientation, brand preference, and product preference by using women Muslim wear as the object with the following objectives: to understand new dimensions of shopping orientation; to identify clusters based on shopping orientation; to profile clusters based on shopping orientation, brand preference, and product preference on women Muslim wear and demographic-psychographic variables; and to differentiate clusters and three categories of women Muslim wear brand based on shopping orientation and monthly spending for women Muslim wear. The data were collected using questionnaire distributed to 308 respondents of 20 to 35 year-old Muslim women who wear hijab, domiciled in Jabodetabek region, and have ever bought veil, long sleeve tops, dress, long pants, or long skirt within the past one year that were worn for casual hangouts. Descriptive, hierarchical cluster, K-means cluster, one-way ANOVA, crosstab, and discriminant analysis with SPSS 22 were employed for data analysis. Results showed that three clusters of young hijabers were identified (i.e. trendy hijab shoppers, picky hijab shoppers, apathetic and simple hijab shoppers). Shopping orientation and monthly spending for women Muslim wear differentiated three clusters significantly, but did not differentiate three categories of women Muslim wear brand.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cherin Vadila Yuniartha
Abstrak :
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah religiusitas, need for uniqueness, self-concept, brand image, word of mouth dan perceived quality merupakan faktor-faktor yang secara signifikan dan positif memengaruhi clothing interest terhadap pakaian muslimah syari, pengaruh dan arah hubungan dari clothing interest terhadap purchase intention pada pakaian muslimah syari, dan menentukan efek moderating dari price consciousness terhadap hubungan antara clothing interest dengan purchase intention terhadap pakaian muslimah syari. Data diperoleh dari kuesioner daring yang terdiri dari 324 responden wanita beragama Islam yang merupakan WNI berusia 17 tahun keatas. Analisis data dilakukan menggunakan SPSS 22 dalam uji validitas dan reliabilitas data, dan LISREL 8.5.1 dalam analisis model pengukuran dan model struktural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas dan perceived quality memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap clothing interest pakaian muslimah syari, self-concept dan brand image berpengaruh negatif dan signifikan terhadap clothing interest pakaian muslimah syari, clothing interest berpengaruh positif dan signifikan terhadap purchase intention pakaian muslimah syari, dan price consciousness memiliki efek moderating yang positif dan signifikan terhadap dari clothing interest terhadap purchase intention pakaian muslimah syari.
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine whether religiosity, need for uniqueness, self-concept, brand image, word of mouth and perceived quality are determinants of clothing interest towards sharia moslema clothing positively and significantly. Therefore, this study will examine whether clothing interest has a positive and significant impact towards purchase intention of sharia moslema clothing, and whether price consciousness has a significant and positive moderating effect between clothing interest and purchase intention of sharia moslema clothing. Data obtained using online questionnaire with total data of 324 respondents which are Islamic women who are residents of Indonesia aged at least 17 years old. Data analysis is conducted using SPSS 22 for data analysis and LISREL 8.5.1 for measurement and structural model analysis. The results indicate that religiosity and perceived quality have a positive and significant impact towards clothing interest of sharia moslema clothing, self-concept and brand image have a negative and significant impact towards clothing interest of sharia moslema clothing and clothing interest has a positive and significant impact towards purchase intention of sharia moslema clothing. Finally, price consciousness has a positive and significant moderating effect between clothing interest and purchase intention of sharia moslema clothing.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Zakiah
Abstrak :
Penelitian ini mencoba menggambarkan teks budaya populer Majalah Laiqa sebagai fenomena Post-Islamisme: menyeimbangkan antara menjadi muslimah muda urban pengguna hijab yang modern dan taat secara bersamaan. Peneliti menggunakan majalah Laiqa, majalah fashion muslim dan gaya hidup Islam, milik HIJUP.com ? e-dagang pakaian muslim untuk segmentasi muslimah kelas menengah, sebagai teks budaya populer. Menggunakan paradigma konstruktivis, peneliti berfokus mencari gambaran muslimah muda urban pengguna hijab melalui cara berpakaian dan industri busana muslim dalam teks Majalah Laiqa dan kaitannya dengan fenomena Post-Islamisme. Untuk menjawabnya, penelitian ini mengumpulkan data melalui koleksi data berupa artikel dan kutipan wawancara dari berbagai sumber serta wawancara mendalam terhadap pembuat konten di Laiqa dan pembaca Laiqa. Studi ini menemukan bahwa terdapat muslimah muda urban pengguna hijab memiliki otoritas diri dalam menentukan pakaian yang ia kenakan, namun, di sisi lain, mereka tetap harus mengikuti aturan-aturan yang membatasi ekspresi diri mereka. Lalu, di tataran industri, fashion muslim tetap berprilaku kapital, namun konsumen tetap dapat mengakalinya. ...... This research describe pop culture text in Laiqa Magazine as Post-Islamism phenomena: being modern yet modest young urban Muslim women. Researcher uses Laiqa magazine ? muslim fashion and Islamic lifestyle magazine, owned by HIJUP.com, a muslim clothes e-commerce for middle class muslim ? as analysis unit of pop culture text. Using constructivist paradigm, researcher tend to explore description of young urban muslim women wearing hijab through their dress up and muslim fashion industry in Laiqa magazine and its relation to Post-Islamism phenomena. For answering, this research gathers data through collecting data, such as articles from various sources and interviewing Laiqa magazine?s content producers and readers. This study find that young urban muslim women have authority to explore their style and expression through the way they dress up. But, on the other hand, they have to follow small authority which restrict their expression. Then, on industry level, muslim fashion is following capital logic, but consumers can trick the producers.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S65376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Hasna Annuha
Abstrak :
Saat ini wanita muslim telah melakukan revolusi gaya berpakaian dengan mengikuti tren fashion namun tetap sesuai aturan agama Islam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fashion consciousness terhadap hijab fashion consumption pada hijabers Generasi X dan Y. Penelitian ini melibatkan 430 hijabers dari seluruh Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fashion consciousness secara signifikan berpengaruh terhadap hijab fashion consumption. Fashion consciousness pada Generasi X dipengaruhi oleh source of fashion knowledge dan fashion uniqueness. Fashion consciousness pada Generasi Y dipengaruhi oleh source of fashion knowledge, dressing style dan fashion uniqueness. Pada kedua generasi, fashion consciousnesss tidak dipengaruhi oleh fashion motivation. ......Muslim women have transformed themselves in the way they dress to follow fashion trends while complying Islamic rules. This study aims to analyze the effect of fashion consciousness towards hijab fashion consumption on hijabers Generation X and Y. Data for this research were 430 hijabers from around Indonesia. The result of this research shows that fashion consciousness has significant effect on hijab fashion consumption. Fashion consciousness on Generation X is significantly affected by source of fashion knowledge and fashion uniqueness. Meanwhile fashion consciousness on Generation Y is significantly affected by source of fashion knowledge, dressing style and fashion uniqueness. On both generations, fashion consciousnesss is not affected by fashion motivation.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S69829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Ayu Hadianty
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan fesyen muslim sejak tahun 2010 sampai dengan sekarang memiliki makna dibalik keindahan estetika atau tampilan luar yang terlihat. Fesyen muslim membuka peluang untuk perempuan muslim terlibat aktif di dalam masyarakat. Studi kualitatif ini menggunakan analisis data wawancara mendalam disertai dengan data-data pendukung untuk menjelaskan bagaiman proses pembentukan dan perubahan identitas perempuan Islam melalui fesyen muslim dalam lingkup HIJUP. Perkembangan fesyen muslim tidak hanya terkait dengan hal estetika atau penampilan luar seorang perempuan muslim, melainkan juga membentuk pandangan, nilai-nilai, cara hidup seorang perempuan. Terdapat makna mendalam yang terkandung dalam perkembangan fesyen muslim. Tetapi yang terlihat selama perkembangan awal hanya sebatas tampilan.
ABSTRACT
Muslim fashion developments since the year 2010 up to now have the meaning behind the aesthetic or outward appearance looks. Muslim fashion opens opportunities for muslim women actively involved in the community. This qualitative study using in-depth interview data analysis accompanied with supporting data to explain how the process of the formation and changes of identity of Islamic women through muslim fashion within the scope of HIJUP. Muslim fashion development is not only related with the aesthetic or outward appearance of a musim women, but also shaping the view, values, way of life for a woman. There is a deep meaning embodied in the development of muslim fashion. But seen during early development only as appearance.
2017
S65822
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library