Paling sedikit ada tiga alasan mengapa saya memilih judul ini. Alasan pertama ada kaitannya dengan keperdulian Psikologi terhadap pengembangan sumber daya manusia di negara kita, mengingat pembangunan nasional tahap kedua nanti memang akan sangat mengandalkan warga masyarakat yang berkualitas. Psikologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia telah diakui sebagai suatu bidang studi yang memiliki metodologi yang tangguh dan objektif serta telah pula dianggap sebagai suatu teknologi maju dalam rekayasa pengembangan tingkah laku manusia (Mulyono Gandadiputra, 1982). Program studi Psikologi dapat memberi sumbangan dalam pengembangan pendidikan menuju pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional seperti digariskan oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Alasan kedua adalah pertimbangan bahwa pendidikan nasional di negara kita perlu dibina dan dikembangkan sebaik-baiknya agar merata dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Tugas ini adalah amat berat, maka tidak mungkin dipikul sendiri oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Para ahli diharapkan dapat memberi sumbangan saran, pemikiran dan dukungan keahliannya untuk dapat memelihara, menumbuhkan, meningkatkan dan mengembangkan pendidikan nasional (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada acara dialog para ahli pendidikan negara Selatan-Selatan dan Utara-Selatan di Bandung, 17 Mei 1993). Alasan ketiga adaalah untuk ikut urun rembug mencarikan "seutas benang merah", yang dapat memperkecil kontroversi yang timbul dalam masyarakat dewasa ini; tentang siap atau tidak siap pakainya sumber daya manusia setelah mereka mengikuti pendidikan formal.
Beberapa tahun yang 1a1u, UNESCO telah menugaskan Torsten Husen, seorang pendidik kenamaan berkebangsaan Swedia yang telah banyak menulis buku bermutu tentang pendidikan, untuk membuat prediksi tentang kecenderungan pendidikan di dunia sebagai akibat proses globalisasi (Torsten Husen, 1990).
Torsten Husen meramalkan, bahwa banyak negara di dunia akan berkembang menjadi negara industri bahkan akan mencapai tahap pasca industri. Selanjutnya menurut Torsten Husen: "These societies have some interrelated characteristics which constitute a pervasive syndrome of the science-dominated, high technology information society" (him. 46).
Menurut Torsten Husen, dalam era globalisasi, perlu diperhatikan beberapa karakteristik masyarakat yang dianggap terkait dengan perkembangan pendidikan dan akan mempengaruhi kebijakan dan pengambilan keputusan pendidikan.
Perkenankanlah saya pertama-tama memanjatkan puji syukur ke hadhirat Allah SWT atas kurnia dan rahmat-Nya meridhoi kita untuk hadir berkumpul di sini dan kepada saya untuk menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap dalam mata pelajaran Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Gagasan saya untuk memilih judul pidato yang berbunyi "Psikologi dan pembentukan kepribadian yang terintegrasi" timbul pertama-tama dari pengenalan saya sebagai seorang tenaga pengajar dalam bidang yang bersibuk diri dengan permasalahan hidup manusia dalam suatu negara berkembang yang sedang membangun. Seorang tenaga pengajar dari suatu universitas di negara ini hidup dalam dunia pendidikan. Ia memperoleh beban tugas untuk mendidik mahasiswa sebagai manusia muda dalam masyarakat yang sedang berkembang dengan dasar-dasar pendidikan tertentu dan arah tujuan yang tertentu pula. Tugas ini tentu akan terasa sangat berat bila pandangan diarahkan pada sifat manusia yang kompleks dan hidup dalam masyarakat yang kompleks pula.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah saya mengemukakan pandangan-pandangan tentang asumsi-asumsi mengenai manusia, tentang pendidikan, dan tentang prospek pendidikan psikologi di Indonesia. Pandangan-pandangan yang saya kemukakan ini beranjak dari bahan-bahan bacaan, pembicaraan-pembicaraan dalam berbagai forum dan dari pengalaman pribadi selama ini.
Psikologi dewasa ini telah dianggap sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dilihat dari sudut metodologi penelitian dan sifat keilmiahannya serta dianggap sebagai salah satu ilmu yang perlu bekerja sama dengan disiplin-disiplin ilmu lainnya dalam menelaah obyek studinya yang dikenal kompleks, yaitu manusia. Di samping itu, psikologi dewasa ini telah dianggap sebagai teknologi yaitu menggunakan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan untuk menolong manusia mengatasi permasalahan-permasalahan hidup yang dihadapinya. Dewasa ini banyak sarjana yang nafkahnya tergantung pada bidang psikologi atau salah satu bidang daripadanya. Karenanya, psikologi dewasa ini telah dianggap pula sebagai suatu profesi.
Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang bersibuk diri dengan manusia. Berbagai macam teori telah diciptakan untuk menggarap kemampuan akal dan penggunaannya dalam kehidupan manusia, misalnya teori Spearman (1927), teori Piaget (1952), teori Guilford (1956) dan lain lain. Pribadi manusia juga merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan untuk kepentingan manusia dan lingkungannya. Sejak dari Aristoteles sampai pada Bloom, bahkan sampai dengan sekarang ini orang telah mengetahui bahwa secara teoritis semua potensi manusia dapat dikategorikan pada apa yang disebut : (1) Cognitive Psychomotor Domain (Kawasan Psiko-Gerak) yang dalam percakapan Domain (Kawasan Akal), (2) Affective Domain (Kawasan Perasaan), dan (3) kita sehari-hari barangkali sejalan dengan apa yang disebut cipta, rasa, karsa.